BIJAK DALAM BERKATA DAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN
🕌 KHUTBAH JUMAT: BIJAK DALAM BERKATA DAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN
Khutbah Pertama
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena hanya dengan takwa, hidup kita akan dipenuhi keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan pesan penting tentang “Bijak dalam berkata dan menyampaikan kebenaran.”
Jamaah yang dirahmati Allah,
Lisan adalah nikmat besar yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber kebinasaan bila tidak dijaga. Karena itu, Rasulullah ﷺ banyak memperingatkan tentang bahaya lidah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap kata yang keluar dari lisan seorang mukmin harus dipikirkan terlebih dahulu: apakah membawa manfaat, atau justru menimbulkan mudarat?
Hadirin rahimakumullah,
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar mengingatkan:
اِعْلَمْ أَنَّهُ يَنْبَغِي لِكُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَحْفَظَ لِسَانَهُ عَنْ جَمِيعِ الْكَلَامِ إِلَّا كَلَامًا تَظْهَرُ الْمَصْلَحَةُ فِيهِ
“Hendaklah setiap orang menjaga lisannya dari segala pembicaraan, kecuali jika jelas terdapat kemaslahatan di dalamnya.”
Kemudian Imam An-Nawawi menegaskan bahwa bila kita ragu apakah perkataan itu bermanfaat atau tidak, maka lebih baik diam — karena sering kali ucapan yang tampak sepele dapat menyeret seseorang ke dalam dosa besar
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga memberikan nasihat indah:
إِذَا أَرَادَ الْكَلَامَ فَعَلَيْهِ أَنْ يُفَكِّرَ قَبْلَ كَلَامِهِ فَإِنْ ظَهَرَتِ الْمَصْلَحَةُ تَكَلَّمَ وَإِنْ شَكَّ لَمْ يَتَكَلَّمْ حَتَّى تَظْهَرَ
“Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika terlihat ada kemaslahatan, maka bicaralah. Namun bila masih ragu, maka diamlah hingga jelas manfaatnya.”
Betapa dalam nasihat ini, jamaah sekalian. Karena banyak perpecahan, permusuhan, bahkan fitnah besar berawal dari lisan yang tak dijaga.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Dalam menyampaikan kebenaran dan ajaran agama, kita pun diperintahkan untuk menggunakan hikmah dan kelembutan. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَة
“Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.”
Ayat ini mengajarkan bahwa dalam berdakwah, cara dan tutur kata kita sangat penting. Jangan sampai niat baik menyampaikan kebenaran malah membuat orang menjauh karena kerasnya kata-kata atau kasar dalam menyampaikan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Zaman sekarang, media sosial dan teknologi membuat lisan tidak lagi hanya berbentuk ucapan, tetapi juga tulisan dan postingan. Maka kewajiban menjaga lisan kini juga berarti menjaga jari dan tulisan kita. Jangan mudah menyebar berita, komentar, atau informasi yang belum jelas kebenarannya. Jika perkataan kita bisa memicu salah paham dan keributan, lebih baik ditahan.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam An-Nawawi:
“Diam adalah sunnah ketika ucapan dan diam memiliki nilai yang sama, sebab banyak ucapan yang mubah bisa berubah menjadi makruh atau haram bila tidak dijaga.”
Hadirin rahimakumullah,
Mari kita jadikan lisan kita sarana untuk menyebarkan kebaikan, bukan menimbulkan keburukan. Ucapkan kata yang bermanfaat, menenangkan, dan mengandung hikmah. Sebarkan ajaran Islam dengan kelembutan dan kasih sayang, sebagaimana teladan Rasulullah ﷺ yang penuh hikmah dalam berdakwah.
Khutbah Kedua
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita memperbanyak istighfar dan doa agar Allah menjaga lisan kita dari keburukan. Sebab Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka selain hasil dari lisannya.”
(HR. Tirmidzi)
Maka marilah kita senantiasa berdoa:
اَللّٰهُمَّ اهْدِ لِسَانِي وَاحْفَظْهُ مِنَ الزَّلَلِ وَالْخَطَإِ
“Ya Allah, tuntunlah lisanku dan lindungilah dari tergelincir dan kesalahan.”
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang menjaga lisan, berkata baik, dan menyampaikan ajaran agama dengan penuh hikmah dan kelembutan.
Penutup
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat, yang hidup maupun yang telah meninggal dunia.”
اللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan mengikuti yang terbaik darinya.”
Khutbah ini ditutup dengan doa dan permohonan ampun kepada Allah SWT.
Semoga kita semua mampu menjaga lisan, menyebarkan kebaikan, dan berdakwah dengan hikmah.
Post a Comment