Adab Seorang Guru

Zuhud & Kelembutan Hati

Adab Seorang Guru


Mukadimah

Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh,

Ilmu adalah cahaya, dan guru adalah pembawa cahaya itu. Bila cahaya disampaikan dengan hati yang bersih, ia akan menerangi. Namun bila cahaya dibawa oleh hati yang gelap, ia justru dapat membakar.

Para ulama tazkiyah mengatakan:

“Rusaknya umat sering kali bukan karena kebodohan murid, tetapi karena rusaknya adab guru.”


Analogi Harta dan Ilmu

Sebagaimana manusia berbeda dalam cara memperoleh dan menggunakan harta, demikian pula manusia berbeda dalam hubungannya dengan ilmu.

Empat kondisi manusia terhadap ilmu

  1. Orang yang mencari ilmu
  2. Orang yang telah memperoleh ilmu
  3. Orang yang menikmati dan merenungi ilmunya
  4. Orang yang mengamalkan dan menyebarkan ilmunya

👉 Yang paling mulia adalah yang keempat.

Dalil Keutamaan Guru

Rasulullah ﷺ bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
📚 (HR. al-Bukhari)

Imam Al-Ghazali رحمه الله berkata:

“Mengajar adalah ibadah paling agung setelah kenabian, karena dengannya agama tetap hidup.”
📘 (Ihyā’ ‘Ulūmiddīn)


Ilmu Tanpa Amal: Bahaya Besar

Guru yang mengajarkan ilmu tetapi tidak mengamalkannya diibaratkan:

  • Lilin: menerangi orang lain, dirinya habis terbakar
  • Batu asah: menajamkan pisau, dirinya tumpul
  • Jarum: menjahit pakaian, dirinya telanjang

Allah Ta‘ālā berfirman:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sementara kamu melupakan dirimu sendiri?”
📖 (QS. Al-Baqarah: 44)

Ibn Katsir رحمه الله menafsirkan:

“Ini adalah celaan keras bagi orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya.”


Adab-Adab Seorang Guru

1. Bersikap seperti ayah bagi murid

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ كَالْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“Sesungguhnya aku bagi kalian seperti seorang ayah terhadap anaknya.”
📚 (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i)

📌 Ulasan Ulama
Imam An-Nawawi رحمه الله:

“Guru hendaknya mendidik dengan kasih sayang, bukan sekadar menyampaikan materi.”


2. Ikhlas, tidak menjadikan ilmu sebagai alat dunia

Allah Ta‘ālā berfirman:

وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Aku tidak meminta upah dari kalian. Upahku hanyalah dari Rabb semesta alam.”
📖 (QS. Asy-Syu‘ara: 109)

Imam Ahmad رحمه الله berkata:

“Jika niat mengajar telah bercampur dunia, maka hilanglah keberkahannya.”


3. Menasihati murid tentang tujuan ilmu

Guru wajib menanamkan bahwa:

  • Ilmu bukan untuk jabatan
  • Ilmu bukan untuk popularitas
  • Ilmu adalah jalan menuju Allah

Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
📖 (QS. Adz-Dzariyat: 56)


4. Mencegah kemungkaran dengan lemah lembut

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ
“Tidaklah kelembutan ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya.”
📚 (HR. Muslim)

Imam Ibn Rajab رحمه الله:

“Keras dalam nasihat sering melahirkan pembangkangan, bukan perbaikan.”


5. Tidak merendahkan disiplin ilmu lain

Allah Ta‘ālā berfirman:

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
“Di atas setiap orang yang berilmu, masih ada yang lebih berilmu.”
📖 (QS. Yusuf: 76)

📌 Hikmah
Merendahkan ilmu lain adalah tanda kesombongan ilmiah, bukan kedalaman ilmu.


6. Mengajar sesuai kemampuan murid

Rasulullah ﷺ bersabda:

نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُكَلِّمَ النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُولِهِمْ
“Kami para Nabi diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan tingkat akal mereka.”
📚 (HR. Abu Dawud)

Sayyidina ‘Ali r.a. berkata:

“Berbicaralah kepada manusia sesuai kadar pemahamannya, apakah engkau ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?”


7. Tidak membuka perkara rumit di hadapan orang awam

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ إِلَّا كَانَ فِتْنَةً لِبَعْضِهِمْ
“Tidaklah engkau berbicara kepada suatu kaum dengan sesuatu yang akal mereka belum mampu mencapainya, kecuali itu akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka.”
📚 (HR. Muslim)


8. Mengamalkan ilmu sebelum mengajarkannya

Allah Ta‘ālā berfirman:

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”
📖 (QS. Ash-Shaff: 3)

Imam Al-Ghazali رحمه الله:

“Ilmu tanpa amal adalah hujjah atas pemiliknya, bukan pembelanya.”


Penutup Ceramah

Ma‘āsyiral muslimīn,

Guru bukan hanya pengajar, tetapi pembentuk jiwa. Bila guru lurus, murid akan tumbuh lurus. Bila guru bengkok, ilmu justru menjadi sebab kebinasaan.

Doa Penutup untuk Guru dan Penuntut Ilmu

اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ، وَاجْعَلْ عِلْمَنَا نُورًا وَعَمَلَنَا صِدْقًا، وَاجْعَلْنَا مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ، وَارْزُقْنَا الْإِخْلَاصَ فِي التَّعْلِيمِ وَالتَّعَلُّمِ



Tidak ada komentar