Aku Minum Darah Dari Hatiku, Dan Kau Pikir Anggurlah Yang Kuminum (Makna Pengorbanan Ruhani, Maqam Penyatuan, dan Kesalahpahaman Manusia Awam)
Aku Minum Darah Dari Hatiku, Dan Kau Pikir Anggurlah Yang Kuminum
(Makna Pengorbanan Ruhani, Maqam Penyatuan, dan Kesalahpahaman Manusia Awam)
Pendahuluan
Jamaah rahimakumullah,
Dalam perjalanan menuju Allah, ada penderitaan yang tidak terlihat, ada luka yang tidak berdarah, dan ada pengorbanan yang disangka kenikmatan.
Inilah yang diungkapkan oleh para arif billah, sebagaimana Jalaluddin Rumi dalam Fīhī Mā Fīhī:
“Aku meminum darah dari hatiku, dan engkau mengira anggur yang kuminum.”
Orang awam melihat lahirnya,
tetapi tidak mengetahui harga batin yang dibayar oleh para pejalan menuju Allah.
1. Barzanji sebagai Disiplin Ruhani dan Pembagian Waktu
Para salik (calon pejalan spiritual) tidak hidup tanpa aturan. Mereka membagi waktu dengan ketat:
- Waktu ibadah
- Waktu mujahadah
- Waktu pelayanan
- Waktu diam bersama Allah
Hal ini selaras dengan firman Allah tentang malaikat:
Dalil Al-Qur’an
﴿وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ﴾
(QS. Ash-Shaffat: 165–166)
Artinya:
“Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf, dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih.”
Ulasan Ulama
Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan:
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap makhluk ruhani memiliki maqam dan tugas masing-masing; tidak boleh saling melampaui.
➡️ Begitu pula manusia.
Barang siapa mengenal maqam dirinya, ia akan tenang.
Barang siapa melanggar maqam, ia akan gelisah.
2. Pagi Hari: Waktu Turunnya Cahaya dan Kehadiran Ruh Suci
Para wali dan orang shalih menjaga waktu pagi karena jiwa masih murni dan hijab dunia masih tipis.
Dalil Al-Qur’an
﴿أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ﴾
(QS. Ibrahim: 9)
Ayat ini sering ditafsirkan oleh para sufi sebagai peringatan sejarah ruhani:
siapa yang lalai dari waktu-waktu ilahiyah, akan mengulang kehancuran batin umat terdahulu.
Hadis Nabi ﷺ
«اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا»
(HR. Abu Dawud & Tirmidzi)
Artinya:
“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya.”
Komentar Imam Al-Ghazali
Dalam Ihya Ulumuddin:
Barang siapa menyia-nyiakan waktu pagi, ia akan kehilangan kekuatan ruhani sepanjang hari.
3. Tidak Semua Orang Mampu Melihat Realitas Ruhani
Seorang wali bisa dikelilingi malaikat,
tetapi orang di sampingnya tidak melihat apa-apa.
Ini bukan keanehan, tetapi hukum ruhani.
Dalil Al-Qur’an
﴿فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ﴾
(QS. Qaf: 22)
Artinya:
“Maka Kami singkapkan darimu penutupmu, dan penglihatanmu pada hari ini menjadi tajam.”
Ulasan Ibn Katsir
Penutup itu bukan pada mata, tetapi pada hati.
➡️ Maka orang yang hatinya tertutup, walau duduk di majelis wali, tetap tidak mendengar apa pun.
4. Pelayan Raja dan Hakikat Pengabdian
Rumi mengumpamakan salik seperti pelayan raja:
- Ada yang dekat
- Ada yang jauh
- Ada yang tak pernah dilihat raja
Namun semua tetap melayani.
Dalil Al-Qur’an
﴿وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ﴾
(QS. Ar-Ra’d: 23)
Artinya:
“Dan para malaikat masuk menemui mereka dari setiap pintu.”
Makna Tasawuf
Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata:
Pelayanan yang ikhlas lebih cepat mengantar kepada Allah daripada amal yang dipamerkan.
5. “Ambillah Sifat Tuhan”: Hadis Wali Allah
Hadis Qudsi
«فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ…»
(HR. Bukhari)
Artinya:
“Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat…”
Penjelasan Imam Nawawi
Ini bukan hulul (penyatuan zat), tetapi keselarasan kehendak hamba dengan kehendak Allah.
➡️ Namun daya ini berbahaya bila diumbar.
Sedikit saja cahaya hakikat tersingkap, “kota keberadaan” bisa runtuh.
6. Cahaya Allah Menghancurkan Ego
Dalil Al-Qur’an
﴿إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا﴾
(QS. An-Naml: 34)
Artinya:
“Sesungguhnya para raja apabila memasuki suatu negeri, mereka membinasakannya.”
Tafsiran Sufi
Jika Raja langit memasuki hati:
- Ego hancur
- Ambisi runtuh
- Keakuan lenyap
Namun di balik kehancuran itu…
“Harta karun terpendam dalam kehancuran.”
7. Penyatuan Tidak Memiliki Akhir
Orang yang telah mencapai ittihad maknawi (kesatuan kehendak):
- Tidak kembali mentah
- Tidak kembali hijau
Dalil Al-Qur’an
﴿صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً﴾
(QS. Al-Baqarah: 138)
Artinya:
“Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah?”
Komentar Ibnu Atha’illah
Barang siapa telah dicelup oleh cahaya Allah, ia tidak kembali ke warna dunia.
8. Penutup: Darah Hati yang Disangka Anggur
Jamaah sekalian,
Para wali menangis dalam sujud,
tetapi disangka mereka bersenang-senang.
Mereka mengorbankan jiwa,
tetapi dianggap menerima hadiah.
“Aku meminum darah hatiku, dan engkau mengira anggur yang kuminum.”
Maka jangan singkat jalan ini.
Siapa yang mempersingkatnya, akan tersesat di gurun yang mematikan.
Doa Penutup
Ya Allah, jangan Engkau perlihatkan kepada kami lahir para wali tanpa membukakan batin kami.
Jangan Engkau jadikan kami penonton cahaya tanpa mampu merasakannya.
Bimbinglah kami di jalan-Mu hingga Engkau ridha.
Post a Comment