HASAD: PENYAKIT HATI YANG MEMBAKAR AMAL
MATERI CERAMAH TAZKIYATUN NAFS
HASAD: PENYAKIT HATI YANG MEMBAKAR AMAL
I. MUQADDIMAH
Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn.
Segala puji bagi Allah ﷻ yang membersihkan hati orang-orang beriman, dan mengingatkan mereka dari penyakit batin yang halus namun mematikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sang tabib hati, yang mengajarkan cara menyelamatkan jiwa sebelum datangnya hari hisab.
Hadirin rahimakumullāh,
di antara penyakit hati yang paling mudah menyusup, paling sulit dikenali, dan paling cepat merusak amal adalah hasad.
Ia tidak selalu tampak dalam perbuatan,
tidak selalu keluar dalam ucapan,
namun ia hidup di dalam hati, dan membakar kebaikan secara diam-diam.
II. PENGERTIAN HASAD MENURUT ULAMA
Definisi Hasad
Imam al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa hasad memiliki dua bentuk:
- Membenci nikmat orang lain dan berharap nikmat itu hilang
- Menginginkan nikmat serupa tanpa berharap nikmat itu hilang (inilah yang disebut ghibthah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
الْحَسَدُ هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ
“Hasad adalah rasa benci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.”
(Majmū‘ al-Fatāwā, 10/111)
Komentar Ulama
- Ibnu Qayyim: “Hasad adalah permusuhan terhadap takdir Allah.”
- Al-Ghazali: “Hasad bukan hanya membenci manusia, tetapi juga menentang pembagian Allah.”
III. HAKIKAT ORANG HASAD
Orang yang hasad:
- Tidak senang melihat kelebihan orang lain
- Bisa membenci tanpa sebab yang rasional
- Bahkan bisa membenci orang yang sebenarnya tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa senang jika orang lain jatuh dalam kesulitan
Ia lebih sibuk mengamati nikmat orang lain
daripada memperbaiki kekurangan dirinya sendiri
IV. BAHAYA HASAD MENURUT SUNNAH
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ:
«إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ»
“Jauhilah oleh kalian sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud)
Ulasan Ulama
- Imam Ibn Rajab: “Hasad menghapus pahala sebelum amal itu sampai ke timbangan.”
- An-Nawawi: “Ini ancaman keras karena hasad termasuk dosa hati yang besar.”
V. DAMPAK HASAD DALAM KEHIDUPAN
Karena hasad:
- Timbul ghibah
- Muncul fitnah
- Terjadi permusuhan
- Hati menjadi gelisah dan tidak tenang
Orang hasad:
- Tidak ikhlas dalam berbuat baik
- Kebaikannya hanya topeng untuk menutupi kebusukan niat
Imam al-Ghazali berkata:
“Kebaikan yang lahir dari hati yang busuk tidak akan sampai kepada Allah.”
VI. HASAD DAN PERLINDUNGAN DALAM AL-QUR’AN
Karena hasad adalah kejahatan tersembunyi, Allah memerintahkan kita berlindung dari pendengki.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
(QS. al-Falaq: 1–5)
Artinya:
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki apabila ia dengki.”
Komentar Ulama
- Ibnu Katsir: “Allah menyebut hasad secara khusus karena bahayanya besar dan sering tersembunyi.”
- Al-Qurthubi: “Pendengki bisa mencelakakan tanpa terlihat.”
VII. HASAD YANG DIBOLEHKAN (GHIBTHAH)
Islam tidak menutup pintu motivasi, namun mengarahkannya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ:
«لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا»
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya:
“Tidak dibolehkan hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberi Allah harta lalu ia infakkan di jalan kebenaran, dan seseorang yang diberi Allah ilmu lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya.”
Penjelasan Ulama
- Imam Nawawi: “Ini bukan hasad tercela, melainkan ghibthah—motivasi untuk meniru kebaikan.”
- Ibnu Hajar: “Yang dicontoh adalah amalnya, bukan nikmatnya.”
VIII. TERAPI TAZKIYATUN NAFS DARI HASAD
- Ridha terhadap takdir Allah
- Memperbanyak syukur
- Mendoakan kebaikan bagi orang yang dihasad
- Fokus memperbaiki diri, bukan membandingkan diri
- Mengingat bahaya hasad terhadap amal
Ibnu Qayyim berkata:
“Obat hasad adalah ridha, doa, dan kejujuran terhadap diri sendiri.”
IX. PENUTUP
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Hasad adalah api,
dan ghibthah adalah cahaya.
Hasad membakar amal,
ghibthah menumbuhkan iman.
Mari kita berlomba menuju surga,
bukan saling menjatuhkan di dunia.
Doa
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الْحَسَدِ وَالْحِقْدِ، وَارْزُقْنَا قُلُوبًا سَلِيمَةً يَوْمَ نَلْقَاكَ
Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.
Post a Comment