Ketika Amanah Ilahi Dikhianati dan Hati Menjadi Terkunci

“Ketika Amanah Ilahi Dikhianati dan Hati Menjadi Terkunci”


I. PERINTAH TAUBAT YANG DIREMEHKAN

(Ayat 161–162)

Ayat

وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ اسْكُنُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَغْفِرْ لَكُمْ خَطِيئَاتِكُمْ ۚ سَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ

“Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka: ‘Tinggallah kamu di negeri ini, dan makanlah dari hasil buminya di mana saja kamu kehendaki. Dan ucapkanlah: Hiththah (ampunilah kami), dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, niscaya Kami ampuni dosa-dosamu. Kelak Kami akan tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.’”
(QS. Al-A‘rāf: 161)

Namun mereka mengubah lafaz perintah, mengganti taubat dengan ejekan.

Komentar Ulama

  • Imam Al-Qurthubi:

    Mengubah lafaz perintah Allah adalah tanda kerasnya hati, walau tampak sepele.

  • Ibnu Katsir:

    Mereka tidak menolak perintah secara terang-terangan, tetapi merusaknya dengan sikap meremehkan.

📌 Pelajaran
Sering kali kebinasaan bukan karena menolak kebenaran,
tetapi mempermainkannya.


II. MAKSIAT BERDALIH SYARIAT

(Ayat 163–166: Pelanggaran Hari Sabtu)

Ayat

وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ…

“Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di tepi laut, ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu…”
(QS. Al-A‘rāf: 163)

Mereka membuat siasat:
ikan ditangkap setelah Sabtu, padahal perangkap dipasang sebelumnya.

Hadis Pendukung

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ…

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian…”
(HR. Bukhari & Muslim)

Komentar Ulama

  • Imam Asy-Syathibi:

    Hilah (rekayasa hukum) untuk menghalalkan yang haram adalah pintu kehancuran umat.

  • Ibnu Taimiyah:

    Siapa yang mengakali syariat, hakikatnya ia menentang Allah dengan kecerdikan.

📌 Pelajaran
Tidak semua yang terlihat halal itu diridhai Allah.


III. AMAR MA‘RUF TETAP WAJIB MESKI DITOLAK

(Ayat 164–165)

Ayat

مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Agar kami mempunyai alasan (di hadapan) Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.”
(QS. Al-A‘rāf: 164)

Komentar Ulama

  • Imam An-Nawawi:

    Amar ma‘ruf bukan dinilai dari hasil, tetapi dari ketundukan kepada perintah Allah.

  • Ibnu Rajab:

    Diam saat maksiat merajalela adalah dosa kolektif bila mampu mencegah.

📌 Pelajaran
Tugas kita menyampaikan, bukan memastikan hasil.


IV. HUKUMAN YANG MENGHINA: MENJADI KERA

(Ayat 166)

Ayat

كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Jadilah kamu kera yang hina.”
(QS. Al-A‘rāf: 166)

Komentar Ulama

  • Ibnu Abbas: perubahan hakiki, bukan sekadar perumpamaan.
  • Fakhruddin Ar-Razi:

    Mereka menyerupai kera karena hilangnya akal yang taat.

📌 Pelajaran
Saat manusia menolak fungsi hati dan akal,
Allah bisa mengembalikannya ke derajat hewan.


V. ILMU TANPA AMAL: BAL‘AM BIN BA‘URA

(Ayat 175–176)

Ayat

فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ

“Ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu setan mengikutinya…”
(QS. Al-A‘rāf: 175)

Hadis Pendukung

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ

“Manusia yang paling keras siksaannya adalah alim yang tidak mengamalkan ilmunya.”
(HR. Thabrani)

Komentar Ulama

  • Imam Al-Ghazali:

    Ilmu tanpa amal adalah hujjah Allah untuk menghukum, bukan membela.

  • Ibnu Qayyim:

    Dunia adalah racun bagi ilmu bila hati tidak dijaga.


VI. FITRAH TAUHID & PERJANJIAN AZALI

(Ayat 172–174)

Ayat

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ

“Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul.”
(QS. Al-A‘rāf: 172)

Hadis

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Komentar Ulama

  • Ibnu Taimiyah:

    Tauhid bukan dipelajari pertama kali, tetapi diingat kembali.

  • Asy-Sya‘rawi:

    Dakwah sejati adalah membangunkan kesaksian lama dalam jiwa.


VII. MANUSIA LEBIH SESAT DARI BINATANG

(Ayat 179)

Ayat

أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

“Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat.”
(QS. Al-A‘rāf: 179)

📌 Mengapa lebih sesat?
Karena binatang tidak diberi amanah akal dan wahyu.


VIII. ASMAUL HUSNA & PENUTUP JALAN KESELAMATAN

(Ayat 180)

Ayat

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan milik Allah nama-nama yang terbaik, maka berdoalah kepada-Nya dengannya.”
(QS. Al-A‘rāf: 180)

Hadis

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا…

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, siapa yang menghafal dan mengamalkannya masuk surga.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Komentar Ulama

  • Ibnu Utsaimin:

    Berdoa dengan Asmaul Husna berarti menyelaraskan kebutuhan dengan sifat Allah.


KESIMPULAN BESAR CERAMAH

  1. Maksiat sering datang bertopeng ketaatan
  2. Ilmu tanpa amal adalah bencana
  3. Fitrah tauhid sudah tertanam dalam jiwa
  4. Keselamatan ada pada tunduk total, bukan cerdik mengelak


Tidak ada komentar