Menghadirkan Hati bersama Lidah

 Menghadirkan Hati bersama Lidah

Tema: Membaca Al-Qur’an dengan Kehadiran Hati dan Amal


Pembukaan Ceramah (5–10 menit)

Bismillahirrahmanirrahim…

Saudara-saudaraku seiman!
Hari ini kita akan membahas sebuah nasihat penting: Menghadirkan hati bersama lidah saat membaca Kitabullah.
Terkadang kita membaca Al-Qur’an hanya untuk pahala atau sebagai rutinitas, tanpa menyentuh hati dan amal kita. Padahal, membaca Al-Qur’an tanpa penghayatan bisa menjadi sia-sia atau bahkan menimbulkan “kutukan” bagi kita sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan.

Mari kita buka hati dan telinga kita, agar setiap ayat yang kita baca menembus jiwa, membimbing amal, dan mendekatkan kita kepada Allah SWT.


1. Bacaan Al-Qur’an harus disertai penghayatan dan pengamalan

Allah SWT berfirman:

اَلَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ ۖ أُو۟لَـٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَن يَكْفُر بِهِ فَأُو۟لَـٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(Al-Baqarah: 121)

Artinya:
"Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, kemudian mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, maka mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan siapa saja yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Komentar Ulama:

  • Imam Al-Qurtubi mengatakan: “Maksud ‘membaca dengan bacaan yang sebenarnya’ adalah mengamalkan isi Al-Qur’an, bukan sekadar membaca lafaznya.”
  • Al-Sa’di menjelaskan, iman terhadap Al-Qur’an tercermin dari perilaku yang selaras dengan ayat-ayatnya, termasuk yang wajib dan yang dilarang.

Renungan:
Saudaraku, membaca Al-Qur’an hanya dengan bibir tanpa hati yang hadir adalah ibarat menelan obat tanpa menelan manfaatnya. Hati kita harus bersama lidah, dan amal kita harus selaras dengan bacaan.


2. Ancaman bagi yang membaca tanpa mengamalkan

Rasulullah SAW bersabda:

وَالَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْقُرْآنَ وَلَا يَعْمَلُونَ بِهِ كَالَّذِي يَحْمِلُ الرِّيحَ فِي أَعْنَاقِهِ
(HR. Al-Baihaqi, Hasan)

Artinya:
"Orang yang membawa Al-Qur’an namun tidak mengamalkannya seperti orang yang membawa angin di lehernya."

Hadis lain yang tegas:

"Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Malaikat Zabaniyah lebih cepat menghampiri orang-orang fasik di antara penghapal Al-Qur’an daripada penyembah berhala, sehingga mereka dilemparkan bersama ke dalam neraka jahanam… Allah berkata: 'Kalian tidak menghalalkan yang halal, tidak mengharamkan yang haram, tidak menghayati keajaibannya, dan tidak mengamalkan hukumnya.'"

Komentar Ulama:

  • Ibn Kathir menekankan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an tapi lalai mengamalkannya bisa kehilangan pahala dan mendapat murka Allah.
  • Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menegaskan: “Hati yang hadir adalah inti dari ibadah; bacaan yang tidak disertai penghayatan adalah kosong.”

Renungan untuk jamaah:
Bayangkan, saudaraku… Setiap huruf yang kita baca akan menjadi saksi bagi kita. Jika amal kita tidak sesuai dengan ayat, maka bacaan itu sendiri menuntut pertanggungjawaban.


3. Contoh konkret: ayat yang mengutuk bila diabaikan

Rasulullah SAW bersabda:

"Ada kalanya seseorang membolak-balikan mushaf siang dan malam, sementara ayat-ayatnya melaknatinya. Tidak melewati satu ayat kecuali ayat itu mengutuknya, juga tidak satu huruf kecuali huruf itu melaknatnya."

Contoh:

  1. Larangan minum khamar → jika masih meminumnya, ayat mengutuk: “Ia berdusta, semoga Allah mengutuknya.”
  2. Perintah menunaikan haji bagi yang mampu → jika menunda tanpa uzur, ayat berkata: “Ia berdusta, seharusnya ia melaksanakan haji.”

Ulasan:

  • Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Bacaan tanpa amal membuat Al-Qur’an seperti pengingat yang ditolak oleh hati. Bacalah, tapi jangan biarkan hukum Allah menjadi terabaikan.”

4. Perbedaan orang membaca untuk pahala vs membaca untuk amal

  • Orang pertama: membaca karena ingin pahala semata, tapi mengabaikan hukum-hukum Al-Qur’an → seperti orang tidak membaca Al-Qur’an.
  • Orang kedua: membaca, merenungi, dan mengamalkan hukum-hukum Al-Qur’an → membaca secara komprehensif dan mendapat pahala serta ridha Allah.

Dalil pendukung:

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَـٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
(An-Nisa: 124)

"Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikitpun."

Renungan:
Saudaraku, pengamalan hukum-hukum Al-Qur’an menentukan kualitas bacaan kita. Bacalah untuk Allah, tapi jangan biarkan amal kita tertinggal.


5. Petunjuk praktis untuk menghadirkan hati

  1. Sebelum membaca, niatkan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan.
  2. Selama membaca, perhatikan makna ayat, tanda-tanda keajaiban, perintah, larangan, halal, haram.
  3. Setelah membaca, catat amalan yang harus dilaksanakan dan niatkan perubahan nyata.
  4. Doa: mohon kepada Allah agar hati selalu hadir, lidah dan amal selaras:

    اللَّهُم اجعل قلبي مع لسانى وعملي مطابق لكتابك
    "Ya Allah, jadikan hatiku bersama lidahku dan amalku sesuai dengan Kitab-Mu."


6. Penutup dan Doa (10 menit)

Saudara-saudaraku!
Setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca adalah saksi, setiap ayat adalah hakim, dan setiap hukum Allah adalah tolok ukur ketaatan kita. Jangan sampai kita membaca hanya untuk rutinitas, sehingga kelak menyesal di hadapan Allah.

Doa penutup:

اللَّهُم اجعلنا من الذين يقرؤون كتابك حق تلاوته ويعملون بأحكامه يا أرحم الراحمين
"Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang membaca Kitab-Mu dengan bacaan yang sebenarnya dan mengamalkan hukum-hukumnya, ya Ar-Rahman."


Ringkasan Retorika Ceramah

  • Membuka dengan pertanyaan reflektif: “Apakah bacaan kita sudah sampai ke hati?”
  • Jeda emosional: setelah menyampaikan ancaman orang lalai, diam 5–10 detik untuk membiarkan jamaah merenung.
  • Sorotan hadis dan ayat: baca teks Arab dengan tajwid sederhana, kemudian terjemahkan.
  • Akhiri dengan seruan dan doa: menguatkan niat pengamalan Al-Qur’an.


Tidak ada komentar