MENYUSURI JEJAK AKHLAK RASULULLAH ﷺCERMIN JIWA YANG TERLUPA

MENYUSURI JEJAK AKHLAK RASULULLAH ﷺ

CERMIN JIWA YANG TERLUPA


Pembukaan 

Saudaraku yang dimuliakan Allah…
Mari kita tundukkan hati sejenak.
Bukan untuk mendengar kisah orang besar,
tetapi untuk bercermin pada manusia paling jujur di hadapan Allah.

Kita hidup di zaman yang keras…
kata-kata mudah melukai,
emosi cepat menyala,
dan hati sering merasa paling benar.

Lalu…
di mana kita meletakkan akhlak Rasulullah ﷺ?

Padahal Allah telah bersaksi tentang beliau:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)

Ayat ini bukan pujian biasa.
Ini adalah kesaksian Allah
tentang manusia yang paling dicintai-Nya.


Rasulullah ﷺ: Paling Penyabar Saat Kita Mudah Marah

Saudaraku…
Berapa banyak kita marah hari ini?
Karena ucapan orang, karena status di media sosial,
bahkan karena hal sepele.

Tapi Rasulullah ﷺ…
diludahi, dihina, dilempari batu,
namun yang keluar dari lisannya bukan kutukan.

Beliau berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak tahu.”

Hati mana yang mampu setenang itu?
Itulah hati yang sudah penuh Allah.


Beliau Tidak Sombong, Padahal Langit dan Bumi Taat Padanya

Saudaraku…
kita baru punya sedikit ilmu, sudah ingin dipuji.
Baru punya jabatan kecil, sudah ingin dihormati.

Padahal Rasulullah ﷺ…
pemimpin umat, kekasih Allah,
namun duduk bersama orang miskin,
makan bersama budak,
dan menambal sandalnya sendiri.

Beliau bersabda:

إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، آكُلُ كَمَا يَأْكُلُ الْعَبْدُ
“Aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana hamba makan.”

Saudaraku…
ketinggian derajat tidak pernah membuat beliau meninggi diri.


Hati Beliau Tidak Sibuk Dunia, Tapi Dunia Datang Kepadanya

Kita gelisah karena harta.
Cemas karena masa depan.
Takut kehilangan dunia.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟
“Apa urusanku dengan dunia?”

Beliau tidur beralas pelepah kurma,
perutnya pernah diikat batu karena lapar,
namun hatinya paling kaya di alam semesta.

Saudaraku…
yang membuat kita lelah bukan dunia,
tetapi terlalu mencintainya.


Malu Rasulullah ﷺ: Malu yang Hilang dari Kita

Rasulullah ﷺ lebih pemalu
daripada gadis yang dipingit.

Hari ini…
mata kita liar,
lidah kita bebas,
hati kita berani menilai orang.

Padahal malu adalah mahkota iman.

Jika malu hilang,
dosa terasa biasa,
maksiat terasa wajar,
dan hati menjadi keras.


Kasih Sayang Rasulullah ﷺ kepada Umatnya

Saudaraku…
Rasulullah ﷺ menangis bukan karena lapar,
bukan karena sakit,
tetapi karena umatnya.

Allah berfirman:

حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Beliau sangat menginginkan keselamatan kalian, penuh kasih dan sayang.”

Bahkan di saat sakaratul maut,
yang keluar dari lisannya bukan dunia…
tetapi:

“Ummatii… ummatii…”
Umatku… umatku…

Saudaraku…
kita sering mengaku cinta Nabi,
tapi apakah kita menjaga shalat seperti beliau?
menjaga lisan seperti beliau?
menjaga hati seperti beliau?


Akhlak Rasulullah ﷺ dalam Marah dan Bercanda

Beliau marah…
tapi tidak karena ego.
Beliau bercanda…
tapi tidak pernah dusta.

Hari ini kita marah karena gengsi,
bercanda dengan kebohongan,
dan menyakiti atas nama kejujuran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
“Aku tidak berkata kecuali yang benar.”


Penutup 

Saudaraku…
Jika hari ini kita merasa jauh dari Allah,
bukan karena pintu langit tertutup,
tetapi karena akhlak Nabi tidak lagi hidup di diri kita.

Mari kita pulang malam ini dengan satu niat:
bukan menjadi sempurna,
tetapi menjadi lebih mirip Rasulullah ﷺ.

Jika tidak mampu meniru seluruhnya,
tirulah satu akhlaknya…
sabar hari ini,
rendah hati esok hari,
menahan lisan di hari berikutnya.

Semoga Allah mempertemukan kita dengan beliau,
bukan hanya lewat shalawat di lisan,
tetapi lewat akhlak yang hidup dalam keseharian.



Tidak ada komentar