Nasehat Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Ceramah: Nasehat Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Pendahuluan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga hari kiamat.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Hari ini kita akan meneladani salah satu imam besar dalam ilmu hadits dan fiqh, Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Beliau dikenal sebagai manusia paling wara’, teguh dalam sunnah, dan teladan dalam keikhlasan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk pengikut jalan beliau yang lurus.
I. Keutamaan Menuntut Ilmu
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
“Amalan yang paling utama adalah menuntut ilmu.”
Seorang penanya bertanya: “Bagi siapa amalan itu?”
Beliau menjawab: “Bagi orang yang benar niatnya.”
Ditanya lagi: “Apa yang membenarkan niat itu?”
Beliau menjawab: “Dengan meniatkan dirinya agar bisa bertawadhu’ dan menghilangkan kebodohan darinya.”
Dalil Al-Qur’an
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.’”
— QS. Thaha [20]: 114
Komentar ulama: Ibnu Katsir menekankan bahwa doa ini menunjukkan bahwa ilmu adalah anugerah Allah dan harus disertai niat ikhlas, agar bermanfaat bagi agama dan dunia.
Dalil Hadis
Dari Abu Darda’ r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Komentar: Hadis ini menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah amalan paling utama, sebagaimana Imam Ahmad tekankan.
II. Kewajiban Menuntut Ilmu untuk Agama
Imam Ahmad rahimahullah menegaskan:
“Setiap orang wajib menuntut ilmu yang menjadikan agamanya tegak dengannya.”
Artinya, kita tidak boleh bodoh tentang ibadah wajib, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Dalil Al-Qur’an
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Bertakwalah kepada Allah sebisa kalian.”
— QS. At-Taghabun [64]: 16
Komentar ulama: Takwa menuntut pemahaman ilmu untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
III. Kemuliaan Hati dan Mengingat Mati
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
“Kemuliaan hati adalah ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Beliau juga sangat khawatir terhadap kematian. Setiap disebut tentang kematian, beliau menangis tersedu-sedu dan berkata:
“Rasa takut telah menghalangiku untuk menyantap makanan dan minuman.”
Dalil Al-Qur’an
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”
— QS. Ali Imran [3]: 185
Komentar ulama: Mengingat mati adalah cara paling efektif meningkatkan takwa dan keseriusan hidup. Imam Ahmad memberikan teladan nyata bagi kita.
IV. Anjuran untuk Berusaha
Seorang bertanya:
“Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang menunggu rizki datang sendiri?”
Beliau menjawab:
“Ini adalah orang yang tidak mengetahui ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Rizkiku di bawah naungan tombakku’.”
Dalil Al-Qur’an
وَالَّذِينَ يَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ لِبَغْيِ رِزْقٍ مِّنَ اللَّهِ
“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (rizki).”
— QS. Al-Muzammil [73]: 20
Komentar: Islam menekankan ikhtiar dan tawakkal, bukan pasrah tanpa usaha.
V. Zuhud dan Kemuliaan Sahabat Nabi ﷺ
-
Zuhud Imam Ahmad:
- Tidak gembira atas harta yang bertambah, tidak bersedih bila berkurang.
- Meninggalkan duniawi, fokus pada akhirat.
-
Kemuliaan sahabat:
- Jika seseorang menjelekkan sahabat Rasul ﷺ, ragukan keislamannya.
Dalil Hadis
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تُسْبُّوا أَصْحَابِي
“Janganlah kalian mencela sahabatku.” (HR. Muslim)
Komentar ulama: Sahabat Nabi ﷺ adalah teladan; mencela mereka adalah dosa besar.
VI. Keikhlasan dan Semangat Beramal
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
“Ikhlas adalah ruhnya amalan. Amalan tanpa ruh ibarat mayit.”
Beliau juga selalu mengamalkan hadits yang ditulisnya, meskipun hanya sekali, agar tidak menjadi hujjah bagi dirinya kelak.
Dalil Al-Qur’an
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Mereka hanya diperintahkan supaya menyembah Allah dengan ikhlas menujukan agama kepada-Nya.”
— QS. Al-Bayyinah [98]: 5
Komentar: Amalan tanpa ikhlas tidak diterima oleh Allah, sebagaimana ditegaskan para ulama hadits.
VII. Doa Imam Ahmad untuk Kehidupan dan Akhirat
Beliau berdoa:
“Ya Allah, janganlah Engkau sibukkan hati kami dengan sesuatu yang Engkau bebankan kepada diri kami.
Janganlah Engkau halangi kami dari kebaikan-Mu.
Janganlah Engkau perlihatkan yang Engkau larang.
Muliakanlah kami dengan ketaatan dan jangan hinakan dengan kemaksiatan.”
Dalil Al-Qur’an
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan anugerahkanlah rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” — QS. Ali Imran [3]: 8
Komentar: Doa ini mencakup perlindungan dari kesesatan, kemaksiatan, dan permohonan kebaikan dunia-akhirat, sebagaimana Imam Ahmad tunjukkan teladan hidupnya.
VIII. Kesimpulan dan Pelajaran
- Menuntut ilmu adalah amalan utama, ikhlas untuk Allah, untuk menegakkan agama.
- Zuhud, ikhlas, dan tawadhu’ adalah ciri hati yang mulia.
- Berusaha dan beramal harus seiring dengan tawakkal dan mengingat akhirat.
- Teladani sahabat Nabi ﷺ dan ulama besar, seperti Imam Ahmad, dalam ilmu, akhlak, dan keikhlasan.
- Amalan tanpa ikhlas sia-sia, sebagaimana amalan tanpa ruh ibarat mayit.
Referensi Utama
- Karya Imam Ahmad: Al-Musnad, Fadhail Shahabah, Az-Zuhd, Kitab Tafsir, dll.
- Al-Qur’an: QS. Thaha [20]:114, At-Taghabun [64]:16, Ali Imran [3]:8, Al-Muzammil [73]:20, Al-Bayyinah [98]:5
- Hadis: HR. Muslim, HR. Abu Dawud, HR. At-Tirmidzi
- Komentar ulama: Ibnu Katsir, Al-Suyuthi, Al-Albani
Post a Comment