Tanda-Tanda Hati yang Sakit

Zuhud & Kelembutan Hati

Tanda-Tanda Hati yang Sakit


Pendahuluan: Hati sebagai Penentu Nasib Manusia

Hadirin rahimakumullah,

Hati adalah pusat kehidupan manusia. Ia adalah raja, sementara anggota badan hanyalah prajurit. Jika hati baik, baiklah seluruh amal. Jika hati rusak, rusaklah seluruh perilaku. Oleh karena itu, penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit jasad, karena ia menentukan bahagia atau celakanya manusia di dunia dan akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah, itulah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Ibn Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata:

“Hadis ini adalah fondasi dalam pembahasan tazkiyatun nufus dan perbaikan hati.”


I. Tanda Pertama: Mendahulukan Hawa Nafsu daripada Ketaatan

Di antara tanda paling jelas dari hati yang sakit adalah ketika seseorang lebih menuruti hawa nafsunya daripada perintah Allah, bahkan menjadikan nafsu sebagai sesembahan.

Dalil Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
(QS. Al-Furqan [25]: 43)

Penafsiran Ulama Salaf

Sebagian ulama menafsirkan ayat ini dengan berkata:

هُوَ الَّذِي كُلَّمَا هَوِيَ شَيْئًا رَكِبَهُ

“Dia adalah orang yang setiap kali menginginkan sesuatu, ia langsung menungganginya (mengikutinya).”

Maka hidupnya tidak dibimbing wahyu, tetapi dikendalikan syahwat.

Allah Ta’ala menyamakan kehidupan seperti ini dengan kehidupan binatang:

يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

“Mereka bersenang-senang dan makan sebagaimana binatang makan, dan neraka adalah tempat tinggal mereka.”
(QS. Muhammad [47]: 12)

Imam Ibn Katsir rahimahullah berkata:

“Ayat ini adalah celaan bagi orang yang hidup hanya untuk perut dan syahwatnya, tanpa mengenal Rabb-nya.”


II. Balasan Sesuai Amal: Hidup Tanpa Allah, Akhirat Tanpa Kebahagiaan

Orang yang hidupnya tidak diarahkan untuk mencari ridha Allah, maka di akhirat ia akan hidup dalam azab tanpa kematian.

Dalil Al-Qur’an

Allah berfirman:

يَتَجَرَّعُهُ وَلَا يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ

“Ia meneguk air itu, namun hampir tidak bisa menelannya. Datanglah kematian dari segala penjuru, tetapi ia tidak juga mati. Dan di hadapannya masih ada azab yang berat.”
(QS. Ibrahim [14]: 17)

Imam Al-Qurthubi berkata:

“Inilah bentuk kehidupan paling hina: tidak hidup dengan nikmat dan tidak mati untuk beristirahat.”


III. Tanda Kedua: Tidak Merasa Sakit Ketika Bermaksiat

Pepatah Arab mengatakan:

وَمَا لِجُرْحٍ بِمَيِّتٍ إِيلَامُ

“Tidak ada rasa sakit pada luka yang terdapat di jasad mayat.”

Demikian pula hati yang mati: maksiat tidak lagi melukai perasaannya.

Dalil Al-Qur’an

Allah berfirman tentang orang bertakwa:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan mereka).”
(QS. Al-A’raf [7]: 201)

Dan Allah berfirman:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ

“Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka ingat Allah lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka.”
(QS. Ali ‘Imran [3]: 135)

Imam Ibnul Qayyim berkata:

“Rasa sakit akibat dosa adalah tanda kehidupan hati.”


IV. Tanda Ketiga: Dosa yang Berlapis-lapis hingga Hati Membeku

Allah Ta’ala berfirman:

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan telah menutupi hati mereka.”
(QS. Al-Muthaffifin [83]: 14)

Penafsiran Al-Hasan Al-Bashri

Beliau berkata:

هُوَ الذَّنْبُ عَلَى الذَّنْبِ حَتَّى يَعْمَى الْقَلْبُ

“Ia adalah dosa di atas dosa, hingga hati menjadi buta.”

Sedangkan hati yang sehat:

يَتْبَعُ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ، وَالذَّنْبَ التَّوْبَةَ

“Ia akan menyusul keburukan dengan kebaikan dan dosa dengan taubat.”


V. Tanda Keempat: Tidak Risih dengan Kebodohan terhadap Kebenaran

Sebagian ulama berkata:

مَا عُصِيَ اللَّهُ بِذَنْبٍ أَقْبَحَ مِنَ الْجَهْلِ

“Tidak ada kemaksiatan kepada Allah yang lebih buruk daripada kebodohan.”

Imam Sahl bin ‘Abdillah At-Tustari berkata:

الْجَهْلُ بِالْجَهْلِ

“Yang lebih buruk dari kebodohan adalah bodoh terhadap kebodohan itu sendiri.”

Karena itu menutup pintu ilmu dan hidayah.


VI. Tanda Kelima: Berpaling dari Al-Qur’an, Beralih ke Racun Hati

Allah Ta’ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Isra’ [17]: 82)

Namun hati yang sakit justru meninggalkan Al-Qur’an dan memilih sesuatu yang menumbuhkan syahwat dan kemunafikan.

Sebaliknya, ciri hati sehat:

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ

“Tetapi Allah menjadikan iman itu dicintai oleh kalian dan dihiasi di dalam hati kalian.”
(QS. Al-Hujurat [49]: 7)


VII. Tanda Keenam: Cinta Dunia dan Lupa Akhirat

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.”
(HR. Bukhari)

Hati yang sakit merasa dunia adalah rumah, bukan persinggahan.


Penutup Ceramah

Hadirin rahimakumullah,

Penyakit hati lebih berbahaya daripada dosa lahir, karena ia merusak arah hidup. Maka mari kita periksa hati kita sebelum Allah memeriksanya di hari hisab. Siapa yang hatinya sembuh, seluruh hidupnya akan lurus.

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ۝ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.”
(QS. Asy-Syu’ara [26]: 88–89)


Doa Penutup: 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا، يُحِبُّكَ وَيَخْشَاكَ، وَيُؤْثِرُ رِضَاكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu hati yang selamat; hati yang mencintai-Mu, takut kepada-Mu, dan mendahulukan ridha-Mu atas segala sesuatu.”

📖 Terinspirasi dari firman Allah:

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (QS. Asy-Syu‘ara: 89)

اللَّهُمَّ اشْفِ قُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ، وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ

“Ya Allah, sembuhkanlah hati kami dari kemunafikan, amal kami dari riya’, lisan kami dari dusta, dan pandangan kami dari pengkhianatan.”

📌 Doa ini masyhur di kalangan ulama salaf dan banyak disebut dalam kitab-kitab tazkiyah.

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ، وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ

“Ya Allah, jadikanlah iman itu kami cintai, hiasilah ia di dalam hati kami, dan jadikan kami membenci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

📖 (QS. Al-Hujurat: 7)

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Wahai Rabb kami, jangan Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri kami petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”

📖 (QS. Ali ‘Imran: 8)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.”
📚 (HR. Tirmidzi)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak aku sadari.”

📚 (HR. Ahmad)

اللَّهُمَّ اجْعَلْ سِرِيرَتَنَا خَيْرًا مِنْ عَلَانِيَتِنَا، وَاجْعَلْ خَوَاتِيمَ أَعْمَالِنَا خَيْرَهَا، وَتَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا

“Ya Allah, jadikanlah keadaan batin kami lebih baik daripada lahir kami, jadikanlah akhir amal kami sebaik-baiknya, dan wafatkanlah kami dalam keadaan Engkau ridha kepada kami.”


Penutup Lisan (Retorika Mimbar)

“Ya Allah, jangan Engkau biarkan kami pulang dari majelis ini dengan hati yang sama seperti saat kami datang. Jika hati kami keras, maka lunakkanlah. Jika hati kami sakit, maka sembuhkanlah. Jika hati kami jauh, maka dekatkanlah kembali kepada-Mu.”

آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ



Tidak ada komentar