HAQ FITRI MANUSIA
HAQ FITRI MANUSIA
Hak-hak, fitrah manusia, sendiri sebagaimana dirumuskan para
fuqaha meliputi lima hal;
1. Din
2. Jiwa
3. Akal
4. Harga diri
5. Cinta
Secara fitri, manusia seperti juga makhluk-makhluk Allah
lainnya, adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh pada aturan
Khalik Rabbul alamin. Jiwa yang bersih dan suci manusia berhak
akan dinullah. Jiwa yang bersih dan suci condong pada kebenaran,
hanif. Karenanya petunjuk tentang kebenaran, jalan yang lurus,
merupakan hak fitri manusia. Dalam jalan ini saja manusia akan
sampai pada tujuannya (ridla Allah). Karena tidaklah diciptakan
manusia kecuali untuk menjadi hamba Allah di bumi, untuk menjadi
khalifah, membesarkan dan menegakkan kalimat Allah di bumi, untuk
beribadah. Hanya dalam jalan ini saja, manusia akan dapat memain
kan peran sebagaimana yang telah digariskan oleh Khaliknya, Rabb
manusia. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan selamat dan
mendapat kemenangan. Karenanya manusia mempunyai hak akan jalan
ini, din ini, dan hak ini datang dari Penciptanya.
Tanpa din manusia akan kacau, tak terarah, akan jatuh pada
tingkat sekualitas hewan. Tanpa din manusia akan saling mengham
bakan diri, saling menguasai. Karenanya din adalah hak fitri yang
mesti ditegakkan dalam diri manusia, baik sebagai makhluk pribadi
maupun sosial. Dan pembangunan tidak lain dari upaya menyiapkan
apa-apa yang mesti disiapkan, untuk menegakkan dinullah dalam
kalbu manusia, untuk memberikan hak fitri manusia akan din.
Lengkapnya. pembangunan adalah proses menegakkan, menyuburkan,
memelihara, dan mempertahankan dinullah, fitrah utama manusia,
dalam gelora kalbu insani.
Secara fitri, manusia berhak akan jiwa. Karenanya sangat
besar dosa seorang muslim yang menumpahkan darah saudaranya.
Tanpa jiwa manusia tidak lagi berwujud manusia. Untuk memenuhi
hak sekaligus kewajiban menjadi khalifah di bumi, untuk dapat
mengabdi kepada Rabb, untuk dapat menegakkan risalah Islam dalam
dada manusia, serta melaksanakan tindakan lain sebagai makhluk
Allah, maka secara fitri jiwa atau ruh adalah prasyarat dan hak
bagi manusia. Jiwa demikian berharga bagi manusia dan menempati
berharga ketimbang hidup dalam kekafiran tanpa din. Dengan demi
kian, maka pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan
mempertahankan jiwa manusia, agar jiwa ini tetap pekat dengan
dinullah.
Secara fitri manusia berhak akan akal. Tanpa akal manusia tak
akan lebih baik dari robot. Untuk dapat mengatasi berbagai per
soalan sehubungan dengan pengabdian kepada Allah, sehubungan
dengan penegakkan kalimah tauhid, dalam rangka pengibaran bendera
Allah di bumi, maka akal adalah alat, hak, dan karunia Allah yang
besar bagi manusia. Dinullah sendiri perintah dan petunjuk bagi
manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi. Hanya
orang-orang yang berakal saja yang akan mengetahui bahwa Islam
adalah jalan hidup yang benar dan membawa keselamatan sementara
ajaran lain akan membawa penyesalan. Karenanya Islam menentang
pengrusakan akal melalui alkohol atau narkotika. Islam pun menen
tang pendewaan akal, rasionalisme yang melecehkan dinullah. Islam
pun menentang pengrusakan akal dalam makna intelek, melalui
pengembangan konsep-konsep yang bertentangan dan menentang dinul
lah.
Dengan demikian pembangunan mestilah memelihara, melindungi,
dan mempertahankan akal manusia, sehingga kualitas ibadah/peng
hambaan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Pembangunan mesti
lah memberikan ilmu yang hak (al Qur'an) pada akal, dan hanya
mengisi akal dengan ilmu yang shahih. Pembangunan mesti mengisi,
melatih, dan memelihara akal manusia agar hasilnya (fikrah)
adalah fikrah yang Islami, pikiran yang membela Islam, yang
membesarkan Islam, bukan sebaliknya. Pembangunan yang demikian
akan menangkal rembesan konsep-konsep toghut masuk dalam jiwa
manusia muslim. Maka akal manusia akan optimal dalam pengabdian
dan perjuangan di jalan Rabbnya.
Manusia secara fitri berhak akan keturunan yang baik. Ketu
runan yang shaleh akan membawa izzah (kebanggaan), harga diri.
Karenanya pembangunan mestilah melindungi dan memlihara keturunan
manusia, sehingga regenerasi dapat berjalan dalam kebaikan atau
malah meningkat. pembangunan mesti menembus dimensi waktu, dan
memperhatikan masa depan manusia melalui keturunannya. Karena
melalui penerusan pada keturunan dinullah dapat bersambung dan
terpelihara. Bila tidak maka Islam hanya akan jaya dalam satu
periode saja, dinullah hanya berperan dalam satu masa saja,
padahal Islam menembus dimensi waktu, dan penghambaan kepada Rabb
tak berhenti sampai waktu yang ditetapkan oleh Rabb saja.
Seperti juga hak akan akal, manusia pun secara fitri berhak
akan cinta; cinta pada anak, istri, persaudaraan, materi. Allah
menumbuhkan rasa cinta ini dalam jiwa manusia. melalui rasa cinta
setipa hubungan dapat berjalan dengan harmonis dan mesra, kewaji
ban pun dengan ringan dapat dilaksanakan. Cinta akan Allah dan
cinta akan jihad fisabilillah sudah barang tentu melandasi rasa
cinta manusia. Dengan demikian maka pembangunan pada hakekatnya
adalah memelihara, memupuk, dan membentengi cinta dalam kalbu
pelaksanaan tugas-tugas penghambaan kepada Allah; sehingga rasa
cinta ini menempati posisi yang tepat.
Sampai disini terlihat betapa Islam berbeda dalam menanggapi
issue pembangunan. Karena Islam mempunyai konsep tersendiri,
yakni pembangunan manusia, penegakkan fitrah manusiawi. Dengan
demikian parameter untuk menilai keberhasilan pembangunan dalam
Islam pun akan berbeda. Masalahnya adalah bagaimana mewujudkan
semua ini. Kalau Barat melirik Islam, kita tidak perlu percaya
bahwa mereka akan menjadikan Islam sebagai konteks, apalagi
berbangga diri. Karena jelas Islam menganjurkan curiga dan berbu
ruk sangka terhadap kaum yang kafir, Allah Maha Tahu rahasia hati
mereka. Penegakkan Islam di bumi tidak mungkin diserahkan pada
Barat, tapi pada diri kita sendiri, pada umat sendiri. Selama
kita masih mengambil konsep-konsep yang bukan khas diri, diluar
jati diri, apalagi dengan hanya menjadikan Islam sebagai etika,
untuk kepentingan pembangunan umat, maka pembangunan itu hanyalah
akan menjauhkan umat dari tujuannya--mencari ridla Allah, bukan
membawa keselamatan namun membawa kemudlaratan. Pembangunan bagi
Islam, hanyalah pembangunan manusia, pembangunan umat, menegakkan
khalifah Allah di bumi, menegakkan fitrah manusia, dengan cara
yang dicontohkan tauhidul uswah, rasulullah Muhammad.
Wallahu'alam bissawab
Post a Comment