Dampak yang Ditimbulkan karena Kebodohan dalam Masalah Pokok-Pokok Akidah (Keyakinan)
Dampak yang Ditimbulkan karena Kebodohan dalam Masalah Pokok-Pokok Akidah (Keyakinan)
Pokok-Pokok Keyakinan
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Pokok-pokok keyakinan
itu mencakup masalah-masalah yang wajib diyakini, wajib diucapkan dan wajib
diamalkan, seperti masalah tauhid, sifat-sifat, kekuasaaan Allah, kenabian, hari
akhir, atau dalil-dalil yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut."
Selanjutnya, beliau berkata,"Keimanan itu mewajibkan hal-hal yang sudah nyata
wajibnya dan diriwayatkan secara mutawatir, dan mengharamkan hal-hal yang sudah
nyata haramnya dan diriwayatkan secara mutawatir. Hal ini merupakan pokok
keimanan dan ketentuan agama yang sangat penting."
Syekh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullahu telah menjelaskan
bahwa pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui, diyakini, diimani dan diamalkan
oleh manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kewajiban seorang hamba
untuk mengenal Tuhannya, agamanya, dan Nabinya, yaitu Muhammad saw.
Adapun rincian masalah pokok-pokok keimanaan ini adalah sebagai
berikut:
- Mentauhidkan Allah berdasarkan pengetahuan dan ketetapan. Hal ini mencakup
tauhid rububiyah (ketuhanan), nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT.
- Mentauhidkan Allah dalam tuntutan dan tujuan. Hal ini mencakup keharusan
mentauhidkan Allah dalam segala ibadah, seperti mentauhidkan Allah dalam doa,
khauf (merasa takut akan siksa Allah), raja' (mengharap rahmat Allah), tawakkal,
kecintaan, ketakutan, kekhusyuan, kekhawatiran, penyerahan diri, memohon
pertolongan, memohon perlindungan, memohon petunjuk, menyembelih binatang, dan
nadzar.
Allah SWT berfirman yang artinya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat: 56)."Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 21)."Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Aku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dan dihinakan'." (Al-Mu'min: 60)."Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Al-Maidah: 23)."Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya." (Az-Zumar: 54)."Katakanlah, 'Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam." (Al-An'aam: 162).Selain mencakup hal-hal tersebut di atas, tauhid jenis ini mencakup pula kewajiban untuk mengikuti sesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya berupa hukum halal dan haram, dan mengingkari syariat-syariat lainnya yang dikategorikan syariat jahiliyah. Karena mengikuti atau tunduk kepada makhluk dalam masalah hukum halal dan haram yang tidak didasarkan kepada ketetapan Allah termasuk syirik besar, yang menyebabkann pelakunya dianggap sebagai orang yang murtad (keluar dari agama). Hal ini sebagaimana disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya, "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (At-Taubah: 31).Allah berfirman, "Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak dizinkan Allah?" (Asy-Syuraa: 21).
Allah SWT berfirman, "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Al-Maidah: 50). - Beriman kepada Rasulullah saw, dan membenarkan berita yang dibawanya.
Keimanan jenis ini mencakup beriman kepada para nabi, para rasul, kitab-kitab
suci yang diturunkan, para malaikat, hari akhir (hari kiamat), takdir yang baik
dan buruk. Demikian juga dalam ketaatan kepada Rasulullah saw mencakup ketaatan
kepada perintah dan larangannya, dan mengikuti syariat yang dibawanya.
- Menolong orang beriman dan memusuhi orang-orang kafir, dan membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang melakukan kemusyrikan. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, "Orang yang menaati Rasulullah saw dan mentauhidkan Allah, maka tidak diperbolehkan baginya untuk menolong orang yang menentang (mengingkari) Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang itu termasuk keluarganya yang paling dekat sekalipun. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, 'Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung'." (Al-Mujadilah: 22).
Semua pokok-pokok keimanan tersebut di atas tercakup dalam jawaban Rasulullah saw ketika Jibril as bertanya kepadanya tentang masalah iman, maka beliau menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadha yang baik maupun yang buruk."
Post a Comment