Sikap Positif dalam Menghadapi Krisis Kehidupan


Sikap Positif dalam Menghadapi Krisis Kehidupan

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Kembali kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan dalam kehidupan kita, kenikmatan yang sedemikian banyak hingga kita tidak mampu menghitungnya. Kehadiran kita pada pagi ini bersamaan dengan sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji yang sedang menyempurnakaan pelaksanaan rukun Islam yang kelima merupakan kenikmatan tersendiri dalam rangka memperkokoh ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad saw, kepada para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya sebagaimana telah diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang kita kenang pada hari-hari ini.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Sekalian Yang Dimuliakan Allah.
Kehidupan kita di Indonesia hingga hari ini masih dihantui oleh berbagai persoalan yang terasa sangat sulit untuk menghadapi dan mengatasinya, baik di bidang sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan maupun budaya. Bila kita memandangnya dari sisi ajaran Islam yang murni, maka kita bisa merasakan dan

harus kita akui bahwa kesulitan dalam menghadapi dan mengatasinya karena terjadi kesenjangan yang begitu besar antara pengakuan kita sebagai muslim dengan realitas kehidupan yang kita jalani, karenanya keindahan Islam sebagai suatu ajaran agama tidak nampak lagi karena terhalang oleh "kabut" sikap dan prilaku umat Islam yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam

, dalam kaitan ini benarlah apa yang dikatakan oleh Syekh Muhammad Abduh, seorang ulama dari Mesir:
"Islam itu terhalang oleh (sikap dan prilaku) umat Islam."
Oleh karena itu, mengambil momentum pelaksanaan ibadah haji dan hari raya Idul Adha tahun ini yang sedemikian agung, ada banyak hal yang harus kita miliki untuk menyikapi dan menghadapi serta mengatasi berbagai krisis yang melanda negeri kita.
Pertama, memiliki rasa optimisme yang tinggi akan hari esok yang lebih baik. Krisis ekonomi yang berkepanjangan harus dihadapi dengan rasa optimisme yang tinggi, yakin kepada Allah Swt Yang Maha Pemberi rizki bahwa Dia sebenarnya telah menyediakan rizki itu kepada setiap makhluknya. Kalau krisis ekonomi yang melanda negeri kita terasa begitu sulit untuk diatasi hingga banyak orang yang takut tidak mendapatkan rizki hingga akhirnya begitu banyak kasus menghalalkan segala cara dalam memperolehnya, sebenarnya bukan tidak ada yang bisa kita peroleh, tapi persoalannya seringkali karena banyak orang yang sudah tidak yakin terlebih dahulu akan kemungkinan memperoleh rizki yang halal dan baik, hal ini karena apa yang dihadapi oleh

Siti Hajar bersama anaknya, Ismail sebenarnya jauh lebih sulit. Sejarah menyebutkan bahwa ketika Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi ditempatkan di Makkah yang tandus, gersang dan tak ada kehidupan, membuat Siti Hajar harus bertanya beberapa kali pada suaminya, Nabi Ibrahim as: "Mengapa engkau tinggalkan aku disini?". Nabi Ibrahim as tidak mau menjawab pertanyaan ini, bahkan ketika ia sudah berjalan meninggalkan isteri dan anaknya, iapun tidak mau menoleh karena tidak tega meninggalkan isteri dan anaknya itu. Tapi ketika Siti Hajar bertanya: "Apakah Allah yang memerintahkan engkau untuk menempatkan aku disini?". Maka dengan jelas dan tegas Nabi Ibrahim as menjawab: "Ya" dan Siti Hajar menerima keputusan itu. Ini menunjukkan bahwa keyakinan kepada Allah sebagai Maha Pemberi Rizki merupakan sesuatu yang sangat prinsip dalam kehidupan ini

, apalagi dalam krisis ekonomi di negeri kita yang berkepanjangan. Jangan anggap kalau tidak ada IMF kita akan mengalami kesulitan yang lebih parah lagi dan jangan anggap kalau tidak berhutang kita tidak mungkin bisa hidup layak. Allah SWT telah menyediakan rizki untuk setiap makhluknya, jangankan manusia; binatang saja telah tersedia rezekinya dari Allah SWT:
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata." (11: 6).
Meskipun demikian, yakin kepada Allah sebagai yang Maha Pemberi Rezeki saja belum cukup, karenanya sikap Kedua, yang harus kita miliki sebagaimana yang dilakukan Siti Hajar adalah berusaha untuk mencari makan atau mendapatkan rezeki agar bisa melangsungkan kehidupan dengan baik. Bagi kita, jangankan rezeki yang belum nampak di depan mata, makanan yang sudah nampak di depan mata kitapun belum tentu menjadi rezeki kita, kita masih harus berusaha untuk mengambilnya dan memasukkannya ke mulut, mengunyah dan menelannya. Karena itu Siti Hajar berjalan dan berlari dari bukit shafa ke bukit Marwa, inilah yang dalam ibadah haji disebut dengan sa'i. Secara harfiyah, Sa'i artinya usaha, shafa artinya suci dan Marwa artinya ideal. Ini berarti, seorang muslim apalagi yang sudah berhaji harus berusaha untuk mendapatkan rezeki secara halal dan baik, jangan sampai mengemis apalagi mencuri, Karena itu mencari rezeki harus berangkat dari hati yang suci dan tidak akan mengorbankan nilai-nilai idealisme keislaman yang sudah kita yakini kebenarannya.
Usaha mencari rezeki tidak harus membuat kita menjauh dari Allah SWT dengan segala nilai yang diturunkan-Nya, di satu sisi kita memang harus berusaha mencari rezeki, tapi kedekatan kita kepada Allah jangan sampai diabaikan, karena itu jamaah haji sebelum melakukan sa'I harus terlebih dahului tawaf mengelilingi ka'bah. Ka'bah adalah lambang dari adanya Allah dan orang yabng tawaf berarti orang yang selalu berusaha untuk dekat kepada Allah, ia tidak mau keluar dari garis dan ketentuan hidup yang datang dari Allah SWT, karena itu Allah SWT memuliakan siapa saja yang dekat kepada-Nya. Itu sebabnya, di dekat Ka'bah ada hijir Ismail yang artinya pangkuan Ismail, disitulah Ismail dahulu dipangku dan diasuh oleh ibunya Siti Hajar, seorang budak yang dinikahi oleh Ibrahim, tapi meskipun ia seorang budak yang dimata manusia berkedudukan rendah, Allah SWT memuliakannya karena ia dekat kepada Allah sehingga tempat ia mengasuh, mendidik dan membesarkan anaknya diabadikan disitu, suatu tempat yang sangat mulia, dimana para jamaah haji disunnahkan salat sunah disitu meskipun tidak semuanya bisa berkesempatan untuk shalat di situ karena tempatnya yang tidak terlalu luas. Setelah berusaha sebaik mungkin, maka seorang muslim harus bertawakkal atau berserah diri dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Di sinilah manusia akan memperoleh sesuatu sesuai dengan tingkat usahanya, Allah berfirman, yang artinya:
"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (53:39).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Ketiga, sikap yang harus kita miliki dalam menghadapi krisis kehidupan adalah semangat berkorban dan menunjukkan realisasi pengorbanan sesuai dengan tingkat kemampuan kita masing-masing. Kesulitan-kesulitan hidup jangan sampai membuat kita terlalu banyak alasan untuk tidak mau berkorban bagi kemaslahatan atau kebaikan orang lain. Nabi Ibrahim as telah menunjukkan semangat pengorbanannya yang tiada tara. Ketika kita menginginkan kehidupan yang baik, harus ada pihak-pihak yang berkorban, karena dalam suatu masyarakat ada orang yang memiliki kelebihan dan ada yang memiliki kekurangan, yang berlebih harus mau berkorban untuk yang berkurang meskipun sebenarnya pengorbanannya itu juga untuk kepentingan dirinya sendiri. Saat ini banyak sekali anggota masyarakat kita yang tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki sumber penghasilan yang jelas, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah tidak jelas dari segi pekerjaan, lemah juga dari sisi keimanan sehingga melakukan tindakan-tindakan kriminal berupa pencurian, pencopetan, perampokan, perampasan, pemerasan hingga pembunuhan, ini yang bisa kita rasakan dimana-mana dan angka-angka kriminitas semakin menunjukkan peningkatan, baik kualitas maupun kuantitas. Meskipun demikian, pengorbanan tidak selalu harus kita pahami dalam bentuk mengeluarkan sesuatu untuk orang lain yang membuat seolah-olah kita menjadi rugi secara materi, sebenarnya bisa juga berkorban yang membuat kita menjadi beruntung, misalnya harta yang kita miliki harus kita gunakan untuk mengembangkan usaha dan membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya sehingga membuat kita menjadi beruntung. Karena itu, harta bukan untuk menunjukkan kemewahan yang justeru akan mengakibatkan timbulnya kecemburuan sosial dan akhirnya merugikan kita sendiri, apalagi jangan sampai dengan harta dan anak membuat kita menjadi lupa kepada Allah Swt dengan segala syari'at yang telah diturunkan untuk kita semua, bila demikian jadilah kita orang-orang yang rugi:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak membuat kamu lupa dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka ia termasuk orang-orang yang rugi." (63:9).
Sikap keempat dalam menghadapi krisis kehidupan adalah selalu mempertahankan nilai-nilai idealisme sebagaimana ibrahim yang mempertahankan nilai-nilai kebenaran sejak beliau masih muda hingga sudah tua, ini bisa kita ambil pelajarannya saat Nabi Ibrahim as yang ingin menegakkan nilai-nilai tauhid dengan menghancurkan berhala-berhala yang mengakibatkan Nabi Ibrahim dihukum mati dengan cara dibakar dan akhirnya Allah Swt menyelamatkannya meskipun ia dianggap sebagai orang yang zalim oleh penguasa yang zalim, saat itu Nabi Ibrahim masih berusia sangat muda sebagaimana diceritakan di dalam Alquran, yang artinya:
"Mereka berkata: "siapakah yang melakukan perbuatan (menghancurkan patung) ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim". Mereka berkata: "kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (21: 59-60).
Selanjutnya bandingkan dengan Nabi Ibrahim ketika diperintah untuk menyembelih Ismail, Ibrahim saat itu sudah sangat tua, sudah kakek-kakek karena sudah lama ia ingin punya anak dari perkawinannya dengan Siti Sarah tapi ia belum juga punya anak dan iapun akhirnya kawin dengan Siti Hajar dan dikaruniai anak yang diberi nama Ismail. Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang yang harus kita teladani dalam mempertahankan idealismenya pada kebenaran, beliau taat sejak muda hingga tua. Karena itu sejak muda hingga tua seharusnya kita selalu menunjukkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, tapi sayangnya dalam kehidupan kita sekarang begitu banyak kita dapati orang yang memiliki idealisme kebenaran pada saat masih muda, tapi justeru sikap dan tingkah lakunya bertentangan dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya itu pada saat sudah tua, atau tidak sedikit orang yang ketika masih muda jauh dari nilai-nilai Islam, tapi ketika sudah tua, tidak lagi punya pengaruh dan potensi yang besar baru mau memperjuangkan kebenaran, akhirnya tidak bisa maksimal lagi.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Rahimakumullah.
Kelima, diantara sikap yang harus kita tunjukkan dalam menghadapi krisis kehidupan adalah memiliki persatuan, kesatuan dan kebersamaan untuk mengatasi persoalan-persoalan umat dan bangsa, ini merupakan sikap penting yang harus kita miliki, karena problematika yang kita hadapi tidak mungkin bisa kita atasi sendirian. Karena itu, amat kita sayangkan sikap dan prilaku yang cenderung pada perpecahan, pertentangan hingga permusuhan diantara sesama umat, apalagi tokoh-tokoh umat dalam situasi yang justeru menuntut persatuan, kesamaan dan kebersamaan. Padahal kita semua sudah tahu bahwa selemah apapun keadaan dan potensi kita, bila persatuan, kesatuan dan kebersamaan masih ada, kekuatanlah yang akan kita peroleh. Sementara sehebat dan sebesar apapun potensi umat ini, kelemahan dan keterpurukan yang semakin sulit diatasilah yang kita peroleh bila persatuan, kesatuan dan kebersamaan tidak kita miliki lagi dan inilah yang kita rasakan sekarang. Oleh karena itu, momentum ibadah haji setiap tahun seharusnya menyadarkan kita akan hakikat persatuan itu, karena seluruh jamaah haji berkumpul di tempat dan pada waktu yang sama, dengan gerakan yang sama, menyerukan yang sama hingga memakai pakaian yang sama, Bersatu di bawah nilai-nilai yang datang dari Allah Swt merupakan salah satu kenikmatan yang sangat berarti, Allah Swt berfirman, yang artinya:

"Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat-nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (3:103).
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa ketika krisis kehidupan terjadi, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah semakin mendekatkan diri kita pada kehidupan yang islami sehingga satu-demi satu persoalan bisa kita hadapi dan kita atasi, sedangkan bila kita semakin jauh dari nilai-nilai Islam, maka krisis kehidupan bukan hanya semakin panjang tapi juga semakin menimbulkan persoalan-persoalan baru. Oleh karena itu, marilah kita tutup khutbah kita pada hari dengan sama-sama berdo'a dengan harapan Allah mudahkan segala urusan yang kita hadapi dan dicarikan jalan keluar dari berbagai persoalan yang menyelimuti kehidupan kita:

"Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunilah kami, ampunilah dosa-dosa orang tua kami, sayangi mereka sebagaimana mereka telah menyayangi kami sejak kami masih kecil. Ya Allah, ampuni juga dosa kaum muslimin dan muslimat baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia."

"Ya Allah ya Tuhan kami, telah banyak dosa dan kezaliman yang kami lakukan, ampunilah kami ya Allah, betapa hinanya kami manakala Engkau tidak mengampuni kami."

"Ya Allah ya Tuhan kami, tunjukkan kepada kami yang benar itu benar dan berikan kekuatan kepada kami untuk bisa melaksanakannya. Ya Allah ya Tuhan kami, tunjukkan kepada kami yang bathil itu bathil, yang salah itu salah dan beikan kekuatan kepada kami untuk bisa menjauhinya."

"Ya Allah Ya Tuhan kami, jadikanlah jamaah haji kami yang kini telah menunaikannya di Tanah Suci, haji yang mabrur, sa'i yang diterima, dosa yang diampuni, amal shaleh yang diterima dan usaha yang tidak mengalami kerugian ."
"Ya Allah, baikkanlah kesudahan segala urusan kami, jauhkanlah dari kehampaan dan kehinaan di dunia dan siksa di akhirat."

"Ya Allah rukunkan dan damaikanlah semua pemimpin umat Islam, tolonglah Islam dan kaum muslimin, tolonglah kalimat-Mu untuk tetap tegak sampai hari kiamat."

"Ya Allah, jauhkanlah kami dari kesulitan ekonomi, bencana, wabah, perbuatan keji dan munkar serta melanggar aturan, serangan dan ancaman yang bermacam-macam, keganasan dan segala ujian, baik yang nampak maupun yang tersembunyi dari nagara kami Indonesia khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu."

"Ya Allah, anugerahkanlah kami kehidupan di dunia yang baik dan akhirat yang baik serta hindarkan kami dari azab neraka."

Tidak ada komentar