Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal
Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal
Antara tumbuh-tumbuhan di pihak yang lain dengan manusia dan binatang di
pihak yang lain membentuk sistem yang dalam ungkapan bidal Melayu lama berbunyi:
Seperti aur dengan tebing, atau dalam ungkapan modern yang canggih bunyinya:
Mutualis simbiosis, suatu ekosistem saling menghidupi dan menghidupkan. Aur yang
tumbuh di tebing mendapat zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh.
Akar-akar aur menusuk ke dalam tanah di tebing untuk dapat mengisap zat-zat yang
dibutuhkannya itu. Di pihak yang lain tebing mendapatkan manfaat dari akar-akar
rumpun aur, tebing menjadi kuat, tidak mudah terban (tidak pakai g).
Untuk dapat hidup, manusia dan binatang harus mengisi perut, makan dan
minum dan mengisap udara, bernafas. Tujuan makan bukan untuk kenyang, karena itu
hanya sekadar kesan saja, melainkan makan pada hakekatnya adalah mengisi tubuh
dengan bahan bakar. Dan bernafas bukan hanya sekadar menghirup udara segar
supaya tidak mati lemas, melainkan mengisi tubuh dengan oksigen dari udara. Di
dalam tubuh manusia dan binatang terjadilah reaksi kimia yang disebut oksidasi.
Reaksi kimia ini menimbulkan panas dan proses tersebut disebut respirasi.
Demikianlah tubuh manusia dan binatang menjadi panas, dan panas ini
dipertahankan suhunya oleh suatu sistem yang musykil dalam tubuh manusia dan
binatang, yaitu sistem pengatur suhu. Menarik nafas artinya memasukkan oksigen
ke dalam tubuh, sedangkan mengeluarkan nafas artinya membuang sampah hasil
pembakaran ke udara. Sebenarnya yang dibuang ke udara itu pada hakekatnya hanya
sejenis yang berupa sampah dan yang lain tidak dipandang sampah. Yang epertama
adalah karbon dioksida, zat asam arang, CO2. Yang kedua adalah air dalam bentuk
uap. Air yang berasal dari menegeluarkan nafas ini dapat dilihat jika kita ada
di tempat dingin. Uap air itu mengembun di udara berupa titik-titik air yang
halus, kelihatannya seperti asap putih atau kabut.
CO2
ayang dihasilkan/dikeluarkan dari tubuh manusia dan binatang merupakan polutan,
zat pencemar yang mencemarkan udara. Pencemaran udara oleh CO2 ini bukan
semata-mata dari manusia dan binatang saja, melainkan, dan ini yang lebih
banyak, berasal dari budak-budak tenaga, energy slaves. Tidaklah
berperi-kemanusiaan, jika manusia memperbudak sesamanya manusia. Akan tetapi
oleh karena pada dasarnya manusia suka memperbudak, maka manusia memperbudak
binatang, tenaga otot binatang dimanfaatkan untuk bekerja. Setelah James Watt
mendapatkan mesin uap, maka manusia memproduksi budak-budak tenaga secara
massal, yaitu mesin-mesin yang dayanya lebih besar dari daya otot binatang. Dan
mesin-mesin ini menghasilkan CO2 jauh lebih banyak ketimbang CO2 yang berasal
dari manusia dan binatang. Sehingga sangat perlu sekali dilaksanakan birth
control terhadap budak-budak tenaga ini. Mengapa? Oleh karena CO2 ini adalah zat
pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran thermal, thermal pollution. Bumi
jadi panas, suhunya naik, es di kutub utara dan selatan mencair, air laut naik,
maka terjadilah banjir yang akan lebih hebat dari banjir di zaman Nabi Nuh AS.
Dan naiknya permukaan laut ini bukan teori omong kosong, betul-betul naik
menurut hasil intizhar atau observasi.
Mengapa CO2 itu menjadi penyebab pencemaran thermal, informasinya seperti
berikut: Lapisan udara yang mengandung CO2 yang banyak, menyebabkan permukaan
bumi ditutupi oleh lapisan CO2. Ini menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Di
tempat yang beriklim dingin, jika ingin menanam buah-buahan dan sayur-sauran
yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar, maka buah-buahan
dan sayur-sayuran itu ditanam di dalam rumah kaca. Gelas atau kaca adalah zat
bening, radiasi matahari gampang menerobos masuk. Radiasi matahari yang disebut
photon itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca. Getaran molekul udara
itu dipacu oleh photon itu, maka bertambah intensiflah getaran molekul udara
itu, yang membawa kesan fenomena naiknya suhu udara, karena itulah udara
bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah
panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga
radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang
panas tidak/kurang mampu menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca. Juga CO2
adalah zat bening mudah ditembus photon matahari. Juga CO2 adalah zat pengantar
panas yang jelek. Maka terperangkaplah gelombang panas dalam ruang antara
lapisan CO2 dengan permukaan bumi, seperti halnya gelombang panas dalam rumah
kaca.
Demikianlah seterusnya gejala alam berupa naiknya suhu di permukaan bumi
ini, atau globalisasi thermal ini, maka Allah SWT memberikan informasi kepada
ummat manusia sejak lebih 14 abad yang lalu. Berfirman Allah SWT dalam Al Quran,
S. Yasin, ayat 80 sebagai berikut: Alladzie ja'alalakum minasysyajari-lakhdhari
naaran faidzaa antum minu tuuqiduun. artinya: Yaitu Yang menjadikan bagimu api
dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar. Sepintas lalu secara
common sence, kita menjumpai pertentangan antara akal dengan wahyu. Akal kita
mengatakan, bahwa api itu atau yang dibakar itu bukan dari pohon yang hijau,
melainkan dari kayu-kayuan dan daun-daunan yang kering berwarna coklat. Ada
kitab tafsir yang mencoba menjelaskan bahwa ada sejenis pohon yang dapat
dijadikan kayu bakar, walaupun masih hijau. Tetapi akal kita mengatakan bahwa
menurut qaidah bahasa Arab, bentuk mudzakkar (laki-laki) asysyjaru-lakhdhar
dalam ayat di atas menunjuk kepada pohon secara keseluruhan, bukan hanya sekadar
sejenis pohon. Kalaulah yang dimaksud hanya sejenis, atau sebahagian pohon, maka
harus memakai bentuk muannats (perempuan), yaitu asysyaratu-lkhadhraau. Jadi
penafsiran dalam kitab tafsir tersebut tidak/belum dapat memecahkan permasalahan
adanya pertentangan antara akal dengan wahyu.
Kalau terjadi pertentangan antara akal dengan wahyu, maka akal harus
mengalah. Seperti telah dijelaskan dalam Seri 001, akal membutuhkan informasi
untuk berpikir. Akal harus mengalah kepada wahyu, oleh karena dalam keadaan yang
demikian itu adalah suatu isyarat bahwa akal membutuhkan informasi yang lebih
canggih untuk dapat merujuk akal itu kepada wahyu. Dan informasi ini bersumber
dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan.
Reaksi thermonuklir di matahari mentransfer wujud tenaga nuklir menjadi tenaga
radiasi yang berwujud sinar gamma yang menembus ke lapisan bagian luar dari
matahari. Sinar gamma itu mengalami penyusutan energi karena menembus lapisan
matahari itu. Setelah sampai di bagian luar sinar yang telah berdegradasi
energinya itu dikenal sebagai photon, lalu memancar ke sekeliling matahari,
antara lain menyiram permukaan bumi.
Tumbuh-tumbuhan dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel.
Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di
antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, yang disebut khlorophyl,
zat hijau daun (istilah ilmiyah dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon =
daun). Khlorophyl ini menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga
photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar
hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses
photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon
dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui
proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan budak-budak tenaga,
makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi
CO2 dan air. Demikianlah seterusnya daur atau siklus itu berlangsung.
Photosynthesis - CO2 dan air - respirasi - makanan, bahan bakar, dan oksigen.
Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia
dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.
Secara gampangnya asysyajaru-lakhdhar itu adalah pabrik makanan / bahan
bakar dan oksigen. Bahan mentahnya adalah air dan CO2. Mesin pabrik adalah
photon dan proses dalam pabrik yang mengolah air dan CO2 menjadi makanan / bahan
bakar dan oksigen disebut proses photosynthesis. Makanan dibakar dengan oksigen
dalam tubuh manusia, oksigen dihisap dari udara, demikian pula bahan bakar
dibakar dengan oksigen dalam mesin-mesin pabrik. Oksigen disedot dari udara.
Itulah ma'na minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minhu tuuqiduun.
Demikianlah ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi
tumbuh-tumbuhan membantu kita untuk dapat memahami S. Yasin, ayat 80 dengan
baik, memberikan informasi yang cukup bagi akal kita, sehingga menghilangkan
pertentangan antara akal dengan wahyu.
Alhasil, jika informasi itu cukup lengkap bagi akal, akan hilanglah
pertentangan antara akal dengan wahyu. Pemakaian istilah asysyjaru-lakhdhar, zat
hijau pohon dalam Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat
hijau daun, oleh karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja,
melainkan pada seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang
tersembul asal masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih
hijau, ranting, daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau.
Dari
S. Yasin, ayat 80 itu, dengan penjelasan berupa informasi dari ilmu fisika,
kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu bantu
untuk dapat mengerti wahyu dengan baik dan jelas, dapatlah kita lihat bagaimana
pentingnya hutan. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan
permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau.
Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur:
tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang
penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Maka terjadilah seperti yang
diungkapkan oleh bidal Malatyu lama: seperti aur dengan tebing, mutualis
simbiosis.
Demikianlah uraian interaksi iman dan ilmu dalam ruang lingkup daur CO2
dan oksigen dalam pengetahuan lingkungan khusus globalisasi pencemaran thermal
dan pentingnya hutan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
Post a Comment