Kemasan, Kejiwaan dan Sekat
Kemasan, Kejiwaan dan Sekat
Obat-obat paten lebih mahal dari obat-obat generik. Penyebabnya yang
utama adalah kemasan. Dengan kemasan ongkos produksi bertambah, sehingga harga
jual lebih tinggi, mahal. Demikian pula barang dagangan yang lain, kemasan
dibuat untuk menarik pembeli. Rumah-rumah pelacuran dikemas dengan label panti
hiburan, untuk mendapatkan izin. Dalam hal ini ada istilah yang khas, pelacuran
berselubung.
Itulah yang trjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang asli acapkali
sengaja disembunyikan di balik kemasan. Oleh sebab itu perlu betul berhati-hati
dalam hidup ini. Ada nasihat orang-orang tua dahulu, yang masih relevan hingga
kini. Kalau ingin melihat keaslian wajah seorang gadis, lihatlah pada waktu baru
bangun tidur, pada waktu sedang menuju sumur atau pancuran untuk
mandi.
Ilmu
jiwa menurut Al Quran, yang tentu saja berbeda dengan ilmu jiwa menurut Sigmund
Freud, atau yang lain-lain, membuat klasifikasi kejiwaan dalam tiga tingkatan.
Tingkat yang paling rendah adalah nafsun ammarah (S.Yusuf,53), tingkat menengah
nafsun lawwamah (S.Al Qiyamah,2) dan tingkat tertinggi adalah nafsun muthmainnah
(S.Al Fajr 27). Adapun nafsun ammarah adalah suatu kejiwaan (nafsun) yang
bringas, yang primitif, yang merusak, yang umumnya menyangkut kepentingan
biologis. Nafsun ammarah inilah yang menyebabkan malaikat protes ketika Allah
bersabda kepada para malaikat: innie jaa'ilun fi l-ardhi khalifah, sesungguhnya
akan kujadikan pengelola di atas bumi. Maka para malikat dalam nada protes
menjawab: ataj'alu fiehaa, man yufsidu fiehaa, wa yasfiqu ddimaa, apakah Engkau
menjadikan (manusia sebagai khalifah) di atasnya, yang merusak dan menumpahkan
darah?
Dalam kehidupan sehari-hari kejiwaan jenis terendah ini dikenal dengan
ungkapan hidup untuk makan. Dalam bahasa Indonesia istilah nafsu mempunyai
konotasi yang negatif. Asal muasal konotasi negatif ini dari kejiwaan nafsun
ammarah tersebut. Menurut bahasa Al Quran pengertian nafsun tidaklah berkonotasi
negatif. Nafsun lawwamah adalah suatu kejiwaan yang dapat mengontrol diri untuk
melawan, meredam, mengalahkan nafsun ammarah. Seorang pribadi dengan kejiwaan
lawwamah ini, tidak mencuri bukan karena takut kepada polisi, melainkan karena
kesadaran bahwa mencuri itu perbuatan jahat. Nasun lawwamah adalah sikap
kejiwaan yang telah penuh dengan kesadaran. Adapun tingkat kejiwaaan yang
tertinggi, nafsun muthmainnah, adalah suatu pribadi dengan sikap kejiwaan yang
tenang, ibarat laut yang dalam. Nafsun ammarah sudah tidak dapat menembusnya ke
atas.
Nafsun ammarah tidak boleh diberi lahan untuk bertumbuh. Harus diciptakan
lingkungan yang tidak memungkinkan nafsun ammarah ini bergerak. Akan tetapi
dalam kehidupan kampus malahan nafsun ammarah ini diberi lahan untuk bergerak.
Yaitu dikemas dengan apa yang kita kenal dengan Mapram, Opspek. Adapun kemasan
yang berwujud opspek ini tampaknya bagus, akan tetapi apa yang ada dalam kemasan
adalah lahan untuk nafsun ammarah, kebringasan, keprimitifan.
Setiap orang, setiap kelompok, mempunyai kebanggaan tentang identitas kelompoknya. Apakah kelompok itu suatu bangsa, akan mempunyai kebanggan nasional. Apakah itu kelompok pakar, akan mempunyai kebanggaan disiplin ilmu. Namun kebanggaan itu, apakah itu kebanggaan nasional, ataupun kebanggaan disiplin ilmu, jangan sampai kebanggaan itu menjadi sekat. Kebanggaan nasional tidak boleh menjadi sekat di antara bangsa-bangsa, karena bangsa-bangsa itu bersaudara dalam ruang lingkup kemanusian. Demikian pula kebanggaan disiplin ilmu itu tidak boleh menjadi sekat di antara disiplin-disiplin ilmu, karena disiplin-disiplin ilmu itu bersaudara dalam ruang lingkup keilmuan.
Dalam pembangunan memang penting iptek. Tetapi dengan iptek saja tujuan pembangunan tidak akan dicapai. Sebab yang dibangun bukanlah melulu bangunan-bangunan fisik. Adapun bangunan-bangunan fisik yang memerlukan iptek itu, hanyalah tujuan antara. Tujuan pembangunan adalah membangun manusia yang beradab, yang utuh. Dengan iptek saja tidak mungkin sampai kepada tujuan tercapainya manusia yang beradab dan utuh. Perlu disiplin ilmu yang lain, ya kesehatan, ya ekonomi, ya pertanian, ya sosial, ya politik, ya hukum, ya budaya, ya dan lain-lain. Semuanya penting, semuanya membentuk satu sistem. Tidak boleh ada sekat di antaranya.
Setiap orang, setiap kelompok, mempunyai kebanggaan tentang identitas kelompoknya. Apakah kelompok itu suatu bangsa, akan mempunyai kebanggan nasional. Apakah itu kelompok pakar, akan mempunyai kebanggaan disiplin ilmu. Namun kebanggaan itu, apakah itu kebanggaan nasional, ataupun kebanggaan disiplin ilmu, jangan sampai kebanggaan itu menjadi sekat. Kebanggaan nasional tidak boleh menjadi sekat di antara bangsa-bangsa, karena bangsa-bangsa itu bersaudara dalam ruang lingkup kemanusian. Demikian pula kebanggaan disiplin ilmu itu tidak boleh menjadi sekat di antara disiplin-disiplin ilmu, karena disiplin-disiplin ilmu itu bersaudara dalam ruang lingkup keilmuan.
Dalam pembangunan memang penting iptek. Tetapi dengan iptek saja tujuan pembangunan tidak akan dicapai. Sebab yang dibangun bukanlah melulu bangunan-bangunan fisik. Adapun bangunan-bangunan fisik yang memerlukan iptek itu, hanyalah tujuan antara. Tujuan pembangunan adalah membangun manusia yang beradab, yang utuh. Dengan iptek saja tidak mungkin sampai kepada tujuan tercapainya manusia yang beradab dan utuh. Perlu disiplin ilmu yang lain, ya kesehatan, ya ekonomi, ya pertanian, ya sosial, ya politik, ya hukum, ya budaya, ya dan lain-lain. Semuanya penting, semuanya membentuk satu sistem. Tidak boleh ada sekat di antaranya.
Apa
yang terjadi dalam tragedi Kampus Unhas Tamalanrea yang sangat memalukan, sangat
memilukan, sangat disesalkan, adalah berpangkal dari adanya lahan bagi nafsun
ammarah yang dikemas dengan opspek, dan dari adanya sekat di antara
disiplin-disiplin ilmu, adanya dinding-dinding di antara
fakultas-fakultas.
Maka
untuk menghindari terulangnya kembali tragedi itu, opspek harus dihapus, sekat
harus dihilangkan. Secara teknis dalam tahun pertama dibuat struktur gugus untuk
menghilangkan sekat. Para mahasiswa dari bermacam-macam disiplin ilmu dicampur
baur, tidak ada sekat. Struktur gugus dipertahankan hingga penyajian materi
universitas, sebagai orientasi pengenalan kampus. Kemudian struktur gugus ini
dilanjutkan dalam semester selanjutnya. Mata Kuliah Dasar Umum. Dalam MKDU ini
para mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dicampur, terjadi sosialisasi di
antara para mahasiswa dari berbagai jenis disiplin ilmu. Kalau perlu dalam
kurikulum diberikan semacam Studium Generale atas dasar kijken tussen de bomen,
melihat di celah-celah pohon. Setiap disiplin ilmu saling melihat di antara
celah-celah.
Akhirulkalam marilah kita simak Firman Allah: -- FattaquLlaaha washlihuw
dzaata baynikum, Maka taqwalah kepada Allah dan benahilah, perbikilah bengkalai
yang ada di antara kamu. (S. Al Anfaal, 1). WaLlahu a'lamu
bishshawab.
Post a Comment