|
QUR-AN DAN SAINS MODERN (2/3)
Hubungan antara agama-agama dan Sains tidak sama di segala
tempat dan segala masa. Adalah suatu fakta bahwa tak ada
kitab suci agama monotheist yang menghukum Sains. Tetapi
dalam prakteknya, kita harus mengakui bahwa ahli-ahli Sains
bercekcok dengan penguasa keagamaan tertentu. Di dunia
Kristen, selama beberapa abad, pembesar-pembesar menentang
perkembangan Sains atas initiatif mereka sendiri dan tidak
bersandar kepada teks autentik dalam Kitab Suci. Terhadap
mereka yang memajukan Sains, mereka melancarkan
tindakan-tindakan yang kita ketahui dalam sejarah, yaitu
tindakan-tindakan yang menjerumuskan para ahli Sains dalam
pembuangan, jika mereka ingin selamat daripada hukuman "mati
dibakar," atau sedikitnya memaksa mereka untuk menebus dosa
mereka dan memperbaiki sikap mereka serta memohon maaf.
Dalam hal ini, kita ingat peradilan Galile yang dituntut
hanya karena ia mengikuti penemuan Copernikus tentang
peredaran bumi. Galile kemudian dihukum dengan alasan
menafsirkan Bibel secara keliru sebab tidak ada Kitab Suci
yang dapat dibantah.
Bagi Islam, sikap terhadap Sains pada umumnya sangat
berlainan. Tak ada yang lebih jelas daripada hadits Nabi
yang sangat masyhur. "Tuntutlah ilmu walaupun di negeri
Cina" atau hadits lain yang maksudnya: mencari ilmu adalah
wajib bagi seorang muslimin dan seorang muslimat. Adalah
suatu kenyataan yang penting seperti yang akan kita lihat
dalam fasal ini nanti, bahwa Qur-an yang mengajak
memperdalam Sains. Qur-an itu memuat bermacam-macam
pemikiran tentang fenomena alam, dengan perinci yang
menerangkan hal-hal yang secara pasti cocok dengan Sains
modern. Dalam hal ini tak ada hal yang serupa itu dalam
agama Yahudi dan Kristen.
Tetapi adalah salah jika orang mengira bahwa dalam sejarah
Islam, beberapa orang Islam mempunyai sikap yang berlainan
terhadap Sains. Memang terjadi bahwa pada suatu waktu,
kewajiban untuk belajar dan mengajar orang lain itu disalah
fahamkan, dan orang pernah berusaha memberhentikan
perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi perlu kita ingat bahwa
pada zaman kejayaan Islam, antara abad VIII dan abad XII M.
pada waktu orang membatasi perkembangan ilmu pengetahuan
dipersempit di negara-negara Kristen, banyak sekali
penyelidikan dan penemuan yang dilakukan orang di
Universitas-universitas Islam. Pada waktu itulah kita
dapatkan kebudayaan yang luar biasa. Di Cordoba (Qurtubah)
perpustakaan Khalifah memuat 400.000 buku; Ibnu Rusyd
mengajar di situ. Banyak orang dari berbagai daerah di Eropa
datang ke Qurtubah untuk belajar, seperti pada waktu ini
banyak orang belajar ke Amerika Serikat. Banyak
manuskrip-manuskrip lama sampai kepada kita dengan
perantaraan orang-orang Arab, dan membawa kebudayaan kepada
negeri-negeri yang ditaklukkan. Banyak hutang kami
(orang-orang Barat) kepada pengetahuan Arab dalam matematika
(kata al jabar adalah kata Arab), astronomi, fisika dan
optik, geologi, ilmu tumbuh-tumbuhan (botanik), ilmu
kedokteran (Ibnu Sina) dan lain-lain. Untuk pertama kali
Sains mempunyai sifat internasional dalam Universitas Islam
pada abad pertengahan. Pada waktu itu manusia lebih
mempunyai jiwa keagamaan daripada sekarang, akan tetapi
dalam Dunia Islam hal tersebut tidak menghalangi seseorang
untuk menjadi orang yang mukmin dan pandai sekaligus. Sains
adalah saudara kembar daripada agama, dan akan tetap begitu.
Dalam negara-negara Kristen, abad pertengahan adalah abad
stagnasi dan conformisme mutlak. Penyelidikan ilmiah
dikekang, bukan oleh agama Yahudi dan Kristen, akan tetapi
oleh mereka yang mengaku mengabdi kepada agama-agama
tersebut. Sesudah Renaissance, reaksi yang wajar daripada
ahli ilmu pengetahuan adalah untuk membalas dendam kepada
musuh mereka kemarin, dan pembalasan dendam itu berlangsung
sampai sekarang. Pada waktu ini, di negeri Barat, untuk
bicara tentang Tuhan di kalangan ilmuwan adalah janggal.
Sikap semacam ini juga terdapat dalam otak-otak yang muda
yang menerima pengetahuan dari universitas-universitas
Barat, termasuk otak-otak muda Islam.
Hal tersebut di atas adalah wajar karena ahli-ahli
pengetahuan Barat yang terkemuka selalu-mengambil sikap yang
ekstrim. Seorang yang pernah meraih hadiah Nobel dalam ilmu
kedokteran pada tahun-tahun akhir ini telah menulis dalam
satu buku tebal untuk awam, bahwa materi hidup itu tercipta
sendiri secara kebetulan daripada unsur-unsur elementer. Dan
bertitik tolak dari materi hidup yang sederhana itu, dengan
pengaruh bermacam-macan faktor luar, terbentuklah benda
hidup yang teratur dan secara berangsur-angsur akhirnya
menjadi benda hidup yang sangat complex, yaitu manusia.
Tetapi orang yang memikirkan secara mendalam hasil-hasil
yang mengagumkan daripada Sains masa kini dalam bidang
"kehidupan" akan sampai kepada natijah (konklusi) yang
sebaliknya. Pertumbuhan yang terjadi sebelum munculnya
"kehidupan" serta pemeliharaan "kehidupan" itu akan nampak
sangat berbelit-belit (complicated). Lebih banyak kita
mengetahui perincian-perinciannya, lebih banyak pula kita
merasa heran dan takjub. Sesungguhnya jika kita mengetahui
perinci-perinci itu lebih banyak, kita lebih condong untuk
mengurangi unsur: "kebetulan" dalam fenomena "kehidupan."
Lebih banyak kita memiliki ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai hal-hal yang sangat kecil, lebih menonjollah
argumentasi tentang adanya zat "pencipta." Tetapi manusia
bukannya tunduk kepada fakta-fakta tersebut di atas, malahan
ia menjadi sombong. Ia merasa berhak untuk menertawakan ide
tentang Tuhan dan ia menganggap remeh segala sesuatu yang
menghalangi kemauannya untuk kenikmatan dan kelezatan.
Itulah masyarakat materialis yang sekarang ini berkembang di
Barat.
Kekuatan spirituil manakah yang dapat menghadapi polusi
pemikiran para ahli pengetahuan modern sekarang?
Agama Kristen dan agama Yahudi telah menunjukkan
ketidak-mampuannya untuk membendung banjir materialisme
serta ateisme di Barat. Agama Kristen dan agama Yahudi dalam
keadaan kacau balau, dan dari tahun ke tahun telah
menunjukkan daya tahan yang berkurang terhadap aliran yang
akan menghancurkannya; seorang materialis ateis hanya dapat
melihat dalam agama Kristen klasik, suatu agama yang
diciptakan oleh manusia 2000 tahun yang lalu untuk
menegakkan kekuasaan sekelompok kecil manusia terhadap
manusia-manusia lain. Ia tidak dapat melihat dalam kitab
suci Yahudi Kristen suatu bahasa yang ada hubungannya dengan
bahasanya sendiri walaupun terlalu jauh; kitab suci Yahudi
Kristen memuat hal-hal yang keliru, yang kontradiksi dan
yang tidak sesuai dengan penemuan-penemuan ilmiah modern,
sehingga ia tidak mau mempertimbangkan teks-teks yang oleh
kebanyakan ahli-ahli teologi dipaksakan untuk diterima semua
sebagai keseluruhan.
Bagaimana kalau ada orang yang mengajaknya berbicara tentang
Islam? Ia akan tertawa lebar yang menunjukkan bahwa ia tidak
banyak mengetahui tentang agama. Sebagai kebanyakan kaum
terpelajar dari bermacam-macam agama, ia mempunyai
gambaran-gambaran yang salah tentang Islam.
Dalam hal ini, kita harus menerima beberapa alasan. Pertama,
dengan mengecualikan sikap-sikap baru dari tingkatan
tertinggi daripada Gereja Katolik yang mulai menunjukkan
hormat kepada Islam. Islam di negara-negara Barat selalu
menjadi objek daripada "diffamation seculaire" (cemoohan
penganut-penganut secularisme). Semua orang, Barat yang
mempunyai pengetahuan dalam tentang Islam, mengetahui bahwa
sejarahnya, dogmanya dan tujuannya sudah jauh dibelokkan
orang. Kedua, dokumen-dokumen dalam bahasa-bahasa Barat
mengenai Islam yang sudah diterbitkan, tidak mempermudah
usaha seorang yang ingin mempelajari Islam. Dalam hal ini
kita dapat mengecualikan beberapa penyelidikan-penyelidikan
yang sangat khusus.
Dalam hal mempelajari Islam, pengetahuan tentang wahyu dalam
Islam adalah sangat pokok (fundamental). Tetapi
bagian-bagian daripada Qur-an khususnya yang ada hubungannya
dengan hasil-hasil perkembangan Sains sering diterjemahkan
secara keliru atau ditafsirkan sedemikian rupa sehingga
seorang ahli Sains akan melancarkan kritik yang tidak tepat
terhadap Qur-an, walaupun kritik-kritik kelihatannya benar.
Ada satu hal yang perlu kita garis bawahi: terjemahan yang
tidak tepat dan penafsiran yang keliru (keduanya biasanya
terjadi bersama-sama) yang tidak mengherankan pada satu atau
dua abad yang lalu, pada waktu sekarang mengejutkan ahli
Sains yang menolak untuk mempertimbangkan secara serius,
suatu kata-kata yang diterjemahkan secara salah sehingga
memberi keterangan yang tak dapat diterima menurut
perkembangan Sains sekarang. Dalam bab tentang terjadinya
janin manusia, kita akan melihat contoh kekeliruan seperti
itu.
Mengapa terjadi kekeliruan dalam menterjemahkan Qur-an? Hal
ini terjadi oleh karena penterjemah-penterjemah modern
sering hanya mengambil alih interpretasi para ahli tafsir di
zaman dahulu, tanpa pendirian kritik. Para ahli tafsir zaman
dahulu itu dapat dimaafkan jika mereka memilih satu daripada
beberapa arti kata bahasa Arab, oleh karena mereka tidak
mengerti arti yang benar daripada kata atau kalimat itu,
yaitu arti yang baru sekarang nampak dengan jelas berhubung
kemajuan pengetahuan kita tentang Sains. Dengan kata lain,
perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap terjemahan atau
tafsiran-tafsiran yang tak dapat dilaksanakan secara baik
pada suatu masa, karena sekarang kita sudah memiliki arti
kata-kata yang sebenarnya. Persoalan penterjemahan seperti
tersebut tidak timbul dalam wahyu Yahudi Kristen . Soal itu
hanya khusus mengenai Qur-an.
Aspek-aspek ilmiah yang khusus untuk Qur-an itu sangat
mengherankan aku, karena aku sama sekali tidak mengira bahwa
dalam teks yang disusun semenjak lebih dari 13 abad, aku
dapat menemukan keterangan-keterangan tentang hal-hal yang
bermacam, yang sangat cocok dengan pengetahuan ilmiah
modern. Pada permulaannya aku sama sekali tidak percaya
dengan Islam. Aku mulai menyelidiki teks Qur-an dengan
pikiran yang bebas dari segala prasangka, dan dengan pikiran
obyektif. Jika ada faktor yang mempengaruhi aku, faktor itu
adalah pendidikan yang aku terima ketika aku masih muda,
pada waktu orang menamakan orang Islam dengan nama
"Mohametans" untuk memberi kesan bahwa Islam adalah agama
yang didirikan oleh seorang insan dan saleh karena itu agama
itu tidak ada nilainya di hadirat Tuhan. Sebagai kebanyakan
orang Barat, aku terpengaruh dengan pikiran-pikiran yang
salah tentang Islam, dan aku merasa heran jika aku bertemu
dengan orang-orang yang mengetahui soal-soal ke-Islaman, di
luar kalangan para ahli (spesialis). Oleh karena itu aku
mengaku terus terang bahwa sebelum mempunyai gambaran
tentang Islam yang berlainan dengan gambaran orang Barat,
aku sendiri sangat tidak tahu tentang Islam, jika akhirnya
aku mengetahui bahwa penilaian Barat tentang Islam itu
salah, hal itu adalah karena kejadian-kejadian yang
istimewa. Di Saudi Arabialah aku menemukan bahan-bahan
apresiasi yang menunjukkan kepadaku betapa salahnya pendapat
orang-orang Barat tentang Islam.
Aku berhutang budi besar kepada almarhum Sri Baginda Raja
Faisal yang aku hormati. Aku dapat mendengar daripadanya
keterangan-keterangan tentang Islam, dan aku dapat
membicarakan soal-soal penafsiran Qur-an mengenai Sains
modern. Semua itu tak akan dapat aku lupakan. Sesungguhnya
aku merasa mendapat kehormatan yang luar biasa dapat
menerima keterangan-keterangan dari Sri Baginda dan para
pengikut-pengikutnya.
Setelah aku dapat mengukur jurang yang memisahkan hakekat
Islam daripada image yang dimiliki oleh orang-orang Barat,
aku merasa ingin belajar bahasa Arab yang aku belum
mengerti, agar dapat membantu aku mempelajari agama yang
sangat tidak dikenal. Tujuanku yang pertama adalah untuk
membaca Qur-an, menyelidiki teksnya, kalimat demi kalimat,
dengan bantuan bermacam kitab tafsir yang sangat diperlukan
untuk penyelidikan yang kritis. Aku mulai tugas itu dengan
memperhatikan keterangan-keterangan Qur-an tentang fenomena
alam. Ketepatan keterangan Qur-an dalam perinci-perincinya,
yaitu hal yang hanya dapat ditemukan dalam teks original,
telah menarik perhatianku karena cocok dengan
konsepsi-konsepsi zaman sekarang. Padahal seorang yang hidup
pada zaman Nabi Muhammad tidak dapat mempunyai ide
sedikitpun tentang hal tersebut. Kemudian aku membaca
beberapa buku karangan orang-orang Islam mengenai aspek
ilmiah daripada teks Qur-an. Buku-buku tersebut memuat
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berfaedah, akan tetapi
aku belum pernah melihat di negara-negara Barat, suatu
penyelidikan yang menyeluruh tentang hal ini.
(bersambung 3/3)
|
Post a Comment