BEBERAPA AKHLAK DI RUMAH
BEBERAPA AKHLAK DI
RUMAH
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik
(keramahan) di Rumah.
Dari Aisyah radhiyallah 'anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Jika Allah 'Azza Wa Jalla menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia menganugerahkan atas mereka pergaulan yang baik".
"Jika Allah 'Azza Wa Jalla menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia menganugerahkan atas mereka pergaulan yang baik".
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka pergaulan yang baik".
"Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka pergaulan yang baik".
Artinya masing-masing mempergauli yang lain dengan baik. Inilah salah satu
sebab kebahagiaan di rumah. Pergaulan yang baik dan keramah-tamahan adalah
sangat bermanfaat antara kedua suami isteri, juga dengan anak-anak, yang
daripadanya akan melahirkan hasil yang tak mungkin dihasilkan oleh kekerasan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sesungguhnya Allah mencintai pergaulan yang baik (keramahan), dan Ia memberikan kepada pergaulan yang baik (keramahan) apa yang tidak diberikanNya kepada kekerasan dan apa yang tidak diberikan kepada selainnya".
"Sesungguhnya Allah mencintai pergaulan yang baik (keramahan), dan Ia memberikan kepada pergaulan yang baik (keramahan) apa yang tidak diberikanNya kepada kekerasan dan apa yang tidak diberikan kepada selainnya".
Nasehat (22): Membantu Keluarga dalam Pekerjaan Rumah.
Banyak lelaki yang enggan melakukan pekerjaan rumah, sebagian mereka
berkeyakinan bahwa di antara yang menyebabkan berkurangnya kedudukan dan wibawa
laki-laki yaitu ikut bersama anggota keluarga yang lain melakukan pekerjaan
mereka.
Adapun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau menjahit sendiri
bajunya, menambal sandalnya dan melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh
laki-laki di dalam rumah mereka.
Demikian dikatakan oleh isteri beliau Aisyah radhiyallah 'anha ketika ia
ditanya apa yang dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
rumahnya. Aisyah radhiyallah 'anhu menjawab dengan apa yang dilihatnya sendiri.
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ia adalah manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya".
"Ia adalah manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya".
Aisyah radhiyallah 'anhu juga ditanya apa yang dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rumahnya. Ia berkata:
"Ia ada (bersama) pekerjaan keluarganya -maksudnya membantu keluarganya- dan apabila datang (waktu) shalat ia keluar untuk shalat".
"Ia ada (bersama) pekerjaan keluarganya -maksudnya membantu keluarganya- dan apabila datang (waktu) shalat ia keluar untuk shalat".
Jika hal itu kita praktekkan sekarang, berarti kita telah mewujudkan
beberapa kemaslahatan:
1. Meneladani
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
2.
Kita
ikut membantu keluarga.
3. Kita
merasa rendah hati dan tidak takabbur (sombong).
Sebagian suami meminta kepada isterinya agar menghidangkan makanan dengan
segera, sementara periuk masih di atas tungku api, anak kecilnya berteriak
ingin disusui, ia tidak menyentuh anak tersebut, juga tidak mau sabar sedikit
menunggu makanan. Hendaknya beberapa hadits di atas menjadi pelajaran dan
peringatan.
Nasehat (23): Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga.
Bersikap lembut kepada isteri dan anak-anak merupakan salah satu faktor
yang bisa menebarkan iklim kebahagiaan dan eratnya hubungan baik di tengah
keluarga. Karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menasehati Jabir
agar menikahi wanita yang masih perawan. Beliau mengatakan:
"Kenapa (tidak engkau pilih) perawan (sehingga) engkau bisa mencandainya dan dia mencandaimu, dan engkau (bisa) membuatnya tertawa dan dia membuatmu tertawa".
"Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada dzikrullah adalah sia-sia belaka, kecuali empat perkara: percandaan laki-laki terhadap isterinya...".
"Kenapa (tidak engkau pilih) perawan (sehingga) engkau bisa mencandainya dan dia mencandaimu, dan engkau (bisa) membuatnya tertawa dan dia membuatmu tertawa".
"Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada dzikrullah adalah sia-sia belaka, kecuali empat perkara: percandaan laki-laki terhadap isterinya...".
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencandai Aisyah radhiyallah 'anha
ketika beliau mandi bersamanya. Aisyah berkisah:
"Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi bersama dari satu gayung untuk berdua (secara bergantian), lalu beliau mendahuluiku sehingga aku katakan "biarkan untukku, biarkan untukku", ia berkata : sedang keduanya berada dalam keadaan junub".
"Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi bersama dari satu gayung untuk berdua (secara bergantian), lalu beliau mendahuluiku sehingga aku katakan "biarkan untukku, biarkan untukku", ia berkata : sedang keduanya berada dalam keadaan junub".
Adapun canda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak
kecil maka sangat banyak untuk disebutkan. Beliau sering menyayangi dan
mencandai Hasan dan Husein sebagaimana telah kita singgung di muka. Barangkali
ini pula yang menyebabkan anak-anak kecil amat gembira dengan kedatangan beliau
dari bepergian. Mereka segera menghambur untuk menjemput Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
"Apabila datang dari perjalanan, beliau dihamburi oleh anak-anak kecil dari keluarganya".
"Apabila datang dari perjalanan, beliau dihamburi oleh anak-anak kecil dari keluarganya".
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendekap mereka, seperti
diceritakan oleh Abdullah bin Ja'far:
"Apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang dari bepergian, beliau menghambur kepada kami, menghambur kepada saya, kepada Hasan dan Husain, ia berkata: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membawa salah seorang dari kami di antara kedua tangannya, dan yang lain di belakangnya sehingga kami masuk kota Madinah".
"Apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang dari bepergian, beliau menghambur kepada kami, menghambur kepada saya, kepada Hasan dan Husain, ia berkata: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membawa salah seorang dari kami di antara kedua tangannya, dan yang lain di belakangnya sehingga kami masuk kota Madinah".
Bandingkanlah antara hal ini dengan keadaan sebagian rumah yang gersang,
tak ada canda, tak ada tawa, kelembutan, juga tidak kasih sayang.
Barangsiapa yang mengira bahwa mencium anak-anak akan mengurangi wibawa
ayah maka hendaknya ia membaca hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali sedang di sisi beliau terdapat Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra' berkata: "Saya memiliki sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka". Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kepadanya kemudian bersabda: "Barangsiapa tidak mengasihi, niscaya dia tidak dikasihi".
Dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali sedang di sisi beliau terdapat Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra' berkata: "Saya memiliki sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka". Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kepadanya kemudian bersabda: "Barangsiapa tidak mengasihi, niscaya dia tidak dikasihi".
Nasehat (24): Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah.
Salah seorang dari anggota keluarga tidak mungkin bisa lepas dari akhlak
buruk dan menyimpang, seperti: dusta, menggunjing, mengadu domba atau yang
semacamnya. Akhlak buruk ini harus dilawan dan disingkirkan.
Sebagian orang menyangka bahwa hukuman jasmani adalah satu-satunya jalan
keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Di bawah ini Aisyah radhiyallah 'anha
meriwayatkan hadits -dalam persoalan tersebut- yang penuh muatan pendidikan:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengetahui seseorang anggota keluarganya melakukan sekali dusta, beliau terus memalingkan diri daripadanya sehingga ia mengatakan bertaubat."
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengetahui seseorang anggota keluarganya melakukan sekali dusta, beliau terus memalingkan diri daripadanya sehingga ia mengatakan bertaubat."
Dari hadits di atas, jelaslah bahwa memalingkan diri dan hijr
(memisah, mendiamkan, meninggalkan) dia dengan tidak mengajaknya
bercakap-cakap serta memberikan hukuman yang setimpal - dalam hal ini - adalah
lebih berpengaruh daripada hukuman jasmani. Karena itu hendaknya para pendidik
di rumah merenungkannya.
Nasehat (25):Gantungkanlah Cambuk sehingga Bisa Dilihat oleh Anggota
Keluarga.
Menampakkan dan memberi isyarat bentuk hukuman adalah salah satu metode
pendidikan yang tinggi. Karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan sebab mengapa seyogyanya digantungkan
cambuk atau tongkat di rumah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Gantungkanlah cambuk di mana bisa dilihat oleh anggota keluarga, karena ia lebih mendidik mereka".
"Gantungkanlah cambuk di mana bisa dilihat oleh anggota keluarga, karena ia lebih mendidik mereka".
Dengan melihat alat untuk menghukum, menjadikan orang-orang
yang berniat jahat takut melakukannya, karena merasa ngeri dengan bentuk
hukuman yang bakal diterimanya, sehingga ia menjadi motivasi (pendorong) bagi
mereka dalam beradab dan berakhlak mulia.
Ibnu Al-Anbari berkata: "Tidak ada riwayat yang menyebutkan agar
memukul dengan alat itu, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
menyuruh hal tersebut kepada seorangpun, tetapi beliau inginkan agar engkau
tidak lepas mendidik mereka"
Memukul sama sekali bukan dasar dalam mendidik. Tidak dibolehkan
menggunakannya kecuali jika seluruh cara mendidik telah habis atau membebaninya
untuk melakukan ketaatan yang diwajibkan. Seperti firman Allah:
"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz (meninggalkan kewajiban
bersuami isteri)nya maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat
tidur mereka dan pukullah mereka". (An-Nisa: 34).
Secara tertib, juga seperti dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
:
"Perintahkanlah anak-anakmu melakukan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah karena meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun".
"Perintahkanlah anak-anakmu melakukan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah karena meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun".
Menggunakan hukuman pukul tanpa dibutuhkan merupakan bentuk pelanggaran.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menasehati wanita agar tidak menikah
dengan laki-laki karena dia tidak meletakkan tongkat dari lehernya, maksudnya
karena ia suka memukuli wanita.
Tetapi orang yang menganggap tidak perlu hukuman pukul secara mutlak,
karena taklid pada teori pendidikan orang-orang kafir, maka pendapat ini salah
besar dan bertentangan dengan nash-nash syar'i.
Post a Comment