Mentadaburi firman Allah ta'ala QS al-Imraan: 172-175
Mentadaburi firman Allah ta'ala QS al-Imraan: 172-175
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya
Allah azza wa jalla menurunkan al-Qur'an yang mulia ini supaya direnungkan
maknanya lalu diamalkan isinya. Dan Allah tabaraka wa ta'ala telah
berfirman didalam kitab -Nya yang suci:
﴿ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِلَّهِ
وَٱلرَّسُولِ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ مِنۡهُمۡ
وَٱتَّقَوۡاْ أَجۡرٌ عَظِيمٌ ١٧٢ ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ
جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ١٧٣ فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ
وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ ١٧٤ إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ
ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم
مُّؤۡمِنِينَ ١٧٥ ﴾ [ال عمران:
172-175]
"(yaitu) orang-orang
yang mentaati perintah Allah dan Rasul -Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam
peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang
bertakwa ada pahala yang besar. (yaitu)
orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka mereka kembali
dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia
yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy),
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada -Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman".
(QS al-Imraan: 172-175).
Sebab Turunya
Ayat
Ahli sejarah menyatakan: 'Seusai peperangan Uhud, dan kaum muslimin
memperoleh apa yang mereka peroleh, dari cobaan serta ujian dan terbunuhnya
tujuh puluh orang dari kalangan para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ditambah dengan patahnya gigi geraham
beliau dan kepalanya yang terluka sehingga darah mengalir ke wajah mulia
beliau. Maka kaum musyrikin kembali pulang dari Uhud, lalu Abu Sufyan berkata:
'Kalian tidak membunuh Muhammad, bukan kemulian yang kalian bawa pulang,
sungguh cela apa yang telah kalian lakukan, kembalilah'.
Maka Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam mendengar berita tentang ucapan Abu Sufyan tersebut,
sehingga beliau mengajak kaum muslimin untuk menerima tantangan orang kafir
tersebut, kemudian mereka bergegas bagaikan singa menunggu orang-orang kafir,
sampai keluar enam mil dari kota Madinah untuk memperlihatkan kekuatan mereka
terhadap orang kafir, walaupun luka serta sakit masih terasa, sebagai bentuk
ketaatan kepada Allah dan Rasul -Nya. Maka Allah
ta'ala menurunkan ayat yang mulia ini:
﴿ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِلَّهِ
وَٱلرَّسُولِ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ مِنۡهُمۡ
وَٱتَّقَوۡاْ أَجۡرٌ عَظِيمٌ ١٧٢ ﴾ [ال عمران: 172]
"(yaitu) orang-orang
yang mentaati perintah Allah dan Rasul -Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam
peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan
yang bertakwa ada pahala yang besar".
(QS al-Imraan: 172). [1]
Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari sahabat Aisyah radhiyallahu 'anha, tentang firman Allah ta'ala ini:
﴿ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِلَّهِ
وَٱلرَّسُولِ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ مِنۡهُمۡ
وَٱتَّقَوۡاْ أَجۡرٌ عَظِيمٌ ١٧٢ ﴾ [ال عمران: 172]
"(yaitu) orang-orang
yang mentaati perintah Allah dan Rasul -Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam
peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan
yang bertakwa ada pahala yang besar".
(QS al-Imraan: 172).
Aisyah berkata kepada Urwah: 'Wahai anak saudara perempuanku,
sesungguhnya ayah dan kakekmu masuk pada golongan diantara mereka, yaitu Zubair
serta Abu Bakar. Lebih lanjut beliau mengkisahkan: 'Tatkala Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam memperoleh apa yang beliau peroleh pada
peperangan Uhud, dan orang-orang kafir telah meninggalkan tempat tersebut, maka
beliau takut kalau kaum musyrikin kembali menyerangnya, maka Nabi mengatakan:
'Siapa yang mau pergi untuk mengintip mereka? Lalu ada beberapa sahabat yang
diutus untuk tugas tersebut sebanyak tujuh puluh orang. Beliau mengatakan: 'Dan
diantara mereka adalah Abu Bakar dan Zubair'. [2]
Pada
ayat yang selanjutnya Allah azza wa jalla berfirman:
﴿ ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ
إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ١٧٣ ﴾ [ال عمران: 173]
"(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung". (QS al-Imraan: 173).
Hal tersebut terjadi
manakala Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya mendengar berita bahwasannya Abu Sufyan telah
mengumpulkan pasukan besar untuk kembali menyerang kaum muslimin, maka
mendengar hal tersebut justru menambah keimanan dan keyakinan kaum muslimin,
dan mengatakan: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung'. Artinya bahwa cukuplah bagi kami Allah Shubhanahu wa
ta’alla sebagai pelindung dan sebaik-baik penolong.
Diterangkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh
Imam Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau mengatakan: 'Bahwa
ucapan "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung". Adalah do'a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim
'alaihi sallam manakala dilemparkan kedalam tungku api, dan do'a yang diucapkan
oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam manakala mendengar berita:
﴿ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ
لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ١٧٣ ﴾ [ال عمران: 173]
"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS al-Imraan: 173).[3]
Kemudian
Allah azza wa jalla melanjutkan firman -Nya:
﴿ فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ
وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ ١٧٤ ﴾ [ال عمران: 174]
"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar". (QS
al-Imraan: 174).
Didalam tafsirnya Imam Ibnu Katsir mengatakan tentang
ayat diatas: 'Tatkala mereka bertawakal kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka -Dia memberi kecukupan terhadap apa
yang mereka inginkan, dan Allah Shubhanahu
wa ta’alla menolak bencana dari makar yang dilakukan oleh orang-orang
kafir, akhirnya mereka kembali kenegerinya dalam keadaan tidak ditimpa
keburukan apa-apa sebagaimana yang direncanakan oleh musuh mereka'.
Ringkasnya, kesimpulan yang dikatakan oleh para ahli
tafsir ialah: 'Allah ta'ala memberi balasan kepada kaum muslimin dengan empat
hal, kenikmatan, karunia yang besar, dipalingkan dari keburukan dan diiringi
oleh keridhaan -Nya, sehingga Allah Shubhanahu
wa ta’alla meridhai mereka dan mereka pun ridha terhadap -Nya'.
Kemudian
Allah berfirman:
﴿ إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ
يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
١٧٥ ﴾ [ال عمران: 175]
"Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada -Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman". (QS al-Imraan: 175).
Maksudnya setan menakut-nakuti wali-wali Allah Shubhanahu wa ta’alla, serta orang-orang
kafir menteror mereka bahwasannya mereka mampu menimpakan keburukan dan
mempunyai kekuatan, maka janganlah kalian merasa takut terhadap ucapan mereka
tersebut apabila kalian benar-benar beriman, artinya apabila mereka mengoda dan
memberi teror kepada kalian. Maka bertawakal dan
kembalilah kalian kepada -Ku, karena sesungguhnya Aku adalah pelindung dan penolong kalian,
sebagaimana yang dikatakan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ
عَبۡدَهُۥۖ ٣٦ ﴾ [الزمر:
36]
"Bukankah
Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba -Nya". (QS az-Zumar: 36).
Serta
firman -Nya:
﴿ فَقَٰتِلُوٓاْ أَوۡلِيَآءَ
ٱلشَّيۡطَٰنِۖ إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ٧٦ ﴾ [النساء: 76]
"Sebab
itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu
adalah lemah". (QS an-Nisaa': 76).
Beberapa
pelajaran yang bisa dipetik dari ayat mulia diatas, diantaranya:
Pertama: Seorang beriman apabila
mengalami musibah serta kesulitan yang sangat maka hendaknya dia bertawakal
kepada Allah azza wa jalla dan mengucapkan:
حسبنا الله ونعم الوكيل
"Cukuplah
Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
Maka sesungguhnya dengan hal tersebut Allah akan
mencukupinya apa yang menjadi keinginannya dan memalingkan darinya makar tipu
daya musuh. Dan inilah yang terjadi pada diri Ibrahim 'alaihi sallam,
sesungguhnya tatkala dirinya dilempar kedalam kobaran api yang sangat besar,
beliau mengucapkan do'a ini: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka
lihat bagaimana akhir dari kisahnya, yang diabadikan oleh Allah ta'ala melalui
firman -Nya:
﴿ قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ
٦٩ ﴾ [الأنبياء :69]
"Kami
berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim". (QS al-Anbiyaa: 69).
Abu
'Aliyah mengatakan tentang firman Allah diatas: 'Kalau seandainya Allah Shubhanahu wa
ta’alla tidak
berfirman kepada api supaya tidak membahayakan Nabi Ibrahim tentu hawa
dinginnya akan lebih mencekat pada beliau dibanding hawa panasnya'.[4]
Adapun
Ibnu Abbas menjelaskan makna ayat diatas dengan mengatakan: 'Kalau sekiranya
Allah Shubhanahu wa ta’alla hanya menyuruh api tersebut menjadi
dingin saja tanpa diikuti perintah -Nya agar tidak membahayakan
pada diri Ibrahim, tentu Nabi Ibrahim akan mati kedinginan'.[5]
Dan
kejadian ini mirip dengan apa yang dialami oleh saudara kita di Gazza
(Palestina), manakala mereka dikepung oleh orang-orang Yahudi dengan dibantu
oleh orang Nashrani dan orang-orang munafik, baik melalui darat, lautan serta
udara, sampai terkurung. Namun, mereka menyatakan dengan tegas: 'Kami tidak
akan pernah mau ruku dan berserah diri kecuali kepada Allah, cukuplah Allah
menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung'. Maka pada
akhirnya kemenangan berada pada pihak orang-orang yang beriman. Dan Allah
ta'ala mengembalikan tipu daya Yahudi kepada mereka, sehingga mereka kembali
dengan tangan hampa tidak memperoleh apa-apa dari rencana yang mereka
targetkan.
Kedua:
Bahwa Allah azza wa jalla melemparkan ke dalam dada-dada orang-orang kafir rasa
takut, manakala mereka mendengar bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya keluar untuk
menghadapi tantangannya, maka mereka menjadi gentar, takut dan pulang dengan
tangan kosong.
Dan
rasa takut merupakan faktor tersebar bisa diperolehnya kemenangan oleh kaum muslimin.
Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan dalam sabdanya:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ » [ أخرجه البخاري ومسلم]
"(Dan)
aku ditolong dengan rasa takut (yang diberikan pada musuh) sejauh perjalanan
satu bulan". HR Bukhari no: 335, Muslim no: 521.
Para
ulama sendiri terjadi silang pendapat tentang maksud hadits ini, apakah
pertolongan dalam bentuk ini khusus untuk pribadi Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam atau
mencakup pula didalamnya untuk para pengikutnya sampai hari kiamat kelak.
Dan Syaikh
Muhammad bin Utsaimin mengatakan: 'Jika rasa takut ini dilempar kedalam
dada-dada orang-orang kafir dengan sebab perbuatan syiriknya, sebagaimana
firman Allah ta'ala:
﴿ سَنُلۡقِي فِي قُلُوبِ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ ٱلرُّعۡبَ بِمَآ أَشۡرَكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَٰنٗاۖ ١٥١ ﴾ [ال عمران: 151]
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa
takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu". (QS al-Imran: 151).
Maka
sebaliknya, rasa aman akan dimasukkan kedalam hati orang-orang yang beriman
dikarenakan mereka mentauhidkan Allah, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah
ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ
يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ
٨٢ ﴾ [الأنعام:
82]
"Orang-orang yang beriman yang tidak mencampur adukkan
keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS al-An'aam: 82).
Sehingga
tiap kali seseorang itu kuat didalam keimanannya serta teguh dalam bertauhid,
maka dirinya akan memperoleh keamanan dan ketentraman yang sangat pula. Dan ini
adalah sesuatu yang sudah dibuktikan, karena seseorang yang kuat dalam
keimanannya dan teguh dalam bertauhid dirinya akan menjadi orang yang paling
bertawakal.
Maka
diantara faktor-faktor terbesar untuk memperoleh keamanan dan sabar dalam
menghadapi musuh ialah bertawakal kepada Allah tabaraka wa ta'ala. Ada sebagian
orang yang memiliki kekuatan dalam rasa tawakalnya kepada Allah maka dirinya
bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya tanpa diobati, hal itu dikarenakan
faktor rasa tawakalnya yang besar.
Dan
ini telah diisyaratkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, manakala dirinya
menyebutkan bahwa obat-obatan yang diharamkan bukan sesuatu yang sifatnya
darurat, sehingga sampai ada yang mengatakan: 'Sesungguhnya berobat dengan
sesuatu yang haram itu dibolehkan karena dalam keadaan darurat'. Maka beliau
menegaskan: 'Ini bukan termasuk kategori darurat karena seseorang yang sedang
sakit terkadang bisa saja sembuh tanpa diobati, bisa dengan membaca. Sampai
ucapannya yang mengatakan: 'Bahkan terkadang dirinya bisa sembuh dengan faktor
kuatnya rasa tawakal yang dimilikinya kepada Allah azza wa jalla".[6]
Akhirnya
kita panjatkan pujian hanya untuk Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau dan
para sahabatnya.
[6] . Lihat Tafsir al-Qur'anul 'Adhim oleh Syaikh Ibnu Utsaimin 2/300-301,
dengan sedikit perubahan.
Post a Comment