Keutamaan Tauhid uluhiah
Mengesakan
dan menunggalkan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
beribadah merupakan nikmat yang paling mulia dan utama secara mutlak. Keutamaan dan faedahnya tidak terkira dan
terbatas. Keutamaan tauhid meliputi kebaikan dunia dan akhirat. Di
antara keutamaan itu sebagai berikut:
1.
Ia merupakan
nikmat teragung yang dianugrahkan kepada hamba -Nya. Yang menunjuki mereka kepadanya, sebagaimana
yang terdapat dalam surat an-Nahl yang dinamai dengan surat an-Ni'am. Allah Azza wajalla mendahulukan
nikmat tauhid dari nikmat lain. Allah Shubahanu wa ta’alla menyebut di
awal surat an-Nahl:
قال الله تعالى: ﴿ يُنَزِّلُ الْمَلائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا
فَاتَّقُونِ ﴾ [النحل: 2]
"Dia menurunkan para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan
perintah -Nya kepada siapa yang -Dia kehendaki di antara hamba-hamba -Nya,
yaitu: 'Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada -Ku'." (QS.an-Nahl:2)
2.
Ia merupakan
tujuan penciptaan jin dan manusia. Firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
قال الله تعالى: ﴿
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ ﴾ [الذاريات: 56]
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada -Ku." (QS.ad-Dzariat:56)
3.
Ia merupakan
tujuan diturunkannya kitab suci, yang salah satunya al-Quran. Firman Allah -ta’ala-:
4.
قال الله تعالى: ﴿ الر
كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ * أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ
وَبَشِيرٌ ﴾ [هود:1 - 2]
1. Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat -Nya
disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari
sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
2. agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku
(Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu
daripada -Nya." (QS.Hud:1,2)
5.
Ia merupakan
sebab terbesar untuk lepas dari penderitaan dunia dan akhirat serta mencegah
sanksi dunia dan akhirat, sebagaimana kisah Nabi Yunus alaihi salam.
6.
Ia mencegah
dari kekekalan di neraka, jika di hatinya ia masih ada, meski sebesar biji
zarah.
7.
Jika ia
sempurna di dalam hati, mencegah dari masuk neraka sama sekali, sebagaimana
yang terdapat dalam hadits Utban, dalam Sahihain, Rasulullah Salallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «فإن الله قد حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي
بذلك وجه الله » (متفق عليه)
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka
bagi yang mengucapkan 'La ilaha illallah', mengharap dengan hal itu wajah
Allah."[2]
8.
Memperoleh
petunjuk sempurna, dan keamanan yang utuh bagi pelakunya di dunia dan akhirat.
Firman Allah:
قال الله تعالى: ﴿الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمْ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُون﴾ [الأنعام: 82]
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS.al-An'am:82)
9.
Ia merupakan
sebab mendapatkan rida Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan pahala -Nya.
10. Bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafaat
Muhamad Salallahu ‘alaihi wasallam adalah yang mengucapkan 'La ilaha
illallah' ikhlas dari hatinya.
11. Bahwa segala amal dan ucapan, baik lahir maupun batin
tertangguh penerimaan, kelengkapan dan pahala yang diperoleh pada tauhid.
Manakala kuat tauhid dan keikhlasan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, sempurna dan lengkaplah hal itu.
12. Ia memudahkan hamba melakukan perbuatan baik, meninggalkan
kemungkaran dan meloloskannya
dari musibah. Orang yang ikhlas kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla pada iman
dan tauhidnya, ringan baginya melakukan ketaatan, karena yang diharapnya pahala
dan keridaan. Menjadi mudah baginya meninggalkan keinginan nafsu dari
kemaksiatan, karena takut dari kemurkaan dan pedihnya siksa Allah Shubhanahu wa ta’alla.
13. Jika tauhid sempurna dalam hati, Allah Shubhanahu wa
ta’alla jadikan dia cinta kepada keimanan, dijadikan indah di
hatinya, dan dijadikan benci kepada kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan, dan
dia digolongkan sebagai orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
14. Ia menjadikan
hamba ringan menjalani penderitaan dan meremehkan kepedihan, sesuai dengan
kesempurnaan tauhid dan iman hamba itu. Menghadapi penderitaan dan kesakitan
dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang; menerima dan rida dengan takdir -Nya yang menyakitkan.
15. Ia membebaskan seseorang dari penghambaan kepada
makhluk; ketergantungan kepadanya, takut, mengharap dan beramal karenanya.
Itulah kehormatan hakiki dan kemuliaan yang
tinggi. Hal itu dengan bertuhan dan menghamba kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Tidak mengharapkan selain -Nya, tidak takut kepada selain -Nya, tidak mengadu kecuali hanya
kepadan -Nya dan tidak
bergantung kecuali hanya kepada -Nya.
Dengan demikian, lengkaplah kebahagiaannya dan menjadi nyata kesuksesannya.
16. Di antara keutamaannya yang tidak dapat diperoleh oleh
apa pun yang lain, bahwa jika tauhid lengkap dan sempurna dalam hati, serta
terealisasi sempurna dengan ikhlas yang utuh, ia merubah amal yang sedikit
menjadi banyak dan dilipat gandakan pahala
pemilikinya tanpa batas.
17. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjamin pemilikinya dengan memeperoleh
pertolongan, kehormatan, kemuliaan, petunjuk, jalan
kemudahan, diperbaiki keadannya dan tepat dalam ucapan dan perbuatan.
18. Allah Shubhanahu wa ta’alla mencegah
dari pelaku-pelaku tauhid keburukan dunia dan akhirat, mengaruniai mereka kehidupan
yang baik, ketenangan baginya dan dengan mengingat -Nya.
Bukti hal itu banyak terdapat dalam al-Quran dan
Hadis. Siapa yang merealisasikan tauhid, dia akan memperoleh seluruh
keutamaan-keutamaan tersebut dan lebih dari itu. Demikian pula sebaliknya.
Post a Comment