Diantara Saat teramat indah yang dilalui oleh Rasulullah SAW
adalah saat Isra Mi'raj, saat Rasulullah SAW berdialog khusus dengan Allah SWT.
Sebuah kejadian yang tidak bisa disifati oleh siapapun kecuali oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW melihat Allah SWT, Dzat yang tidak menyerupai apa dan siapapun.
Sehingga cara melihatnya pun bukan urusan akal untuk memikirkanya, akan tetapi
itu urusan hati untuk mengimaninya. Yang jelas hal itu pernah terjadi pada
rasulullah SAW.
Dimulai dari kebingungan Rasullah SAW untuk bersalam
kepada Allah SWT, hingga Allah SWT mewahyukan salam yang tepat dari hamba
untukNya yaitu Attahiyyatul mubarokatush sholawaatuth thoyyibaatu lillah (salam
sejahtera yang penuh barokah dan salam sejahtera yang amat baik adalah milik
Allah SWT).
Kemudian salam itu diabadikan dalam perintah Sholat yang di
bawa oleh Rasulullah SAW dari perjalanan Isra Mi'raj. Hingga seorang hamba yang
menghadap kepada Allah SWT didalam sholat ia harus mengucapkan salam tersebut
untuk keabsahan sebuah penghambaan dan penghadapan.
Akan tetapi tidak
cukup rupanya penghadapan seorang hamba kepada Allah SWT jika yang dihadirkan
adalah penggalangan jalinan baik kepada Allah SWT saja. Akan tetapi seorang
hamba harus melanjutkan bacaan tasyahudnya dan mengucapkan, Assalamu alaika
ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarokatuh (Salam sejahtera, barokah dan rahmat
Allah semoga terlimpah kepadamu wahai Nabi Muhammad SAW).
Tidak cukup
rupanya penghadapan seorang hamba kepada Allah SWT jika yang dihadirkan adalah
penggalangan jalinan baik kepada Allah SWT saja.
Sholat yang merupakan
ibadah yang di gambarkan sebagai penghadapan seorang hamba kepada Allah SWT akan
tetapi justru disaat lagi khusuk-khusuknya kepada Allah SWT, seorang hamba harus
mengingat makhluk agung Rasulullah SAW di dalam sholatnya. (Ya rasulullah
langkah agungnya dirimu diasaat kami manghadap penciptamu ternya penghadapan
kamipun tidak di anggap benar jika kami tidak mengingatmu).
Artinya
sebanyak apapun seseorang beribadah kepada Allah WT dengan sujud puasa dan haji
yang tidak terhitung. Ternyata tidak ada maknanya jika tidak diiringi makna
kecintaan kepada Rasullah SAW dan banyak membaca shalawat untuknya.
Dan
yang sudah baik kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW saja ternyata belum di
anggap benar sperti yang di gambarkan dalam bacaan tasyahud. Yaitu jika seorang
hamba dalam sholatnya berhenti pada salam kepada Rasulullah SAW dan tidak
melanjutkanya maka penghadapannya kepada Allah ini pun tidak dianggap.
Maka demi kesempurnaan shalatnya ia harus mengucapkan Assalam alaina
w'ala 'ibadillahish sholihin (Kesejahteraan semoga terlimpah kepada kami semua
hamba Allah SWT dan hamba-hambaNya yang solih). Sebanyak apapun seseorang
beribadah kepada Allah WT dengan sujud puasa dan haji yang tidak terhitung.
Ternyata tidak ada maknanya jika tidak diiringi makna kecintaan kepada Rasullah
SAW dan banyak membaca shalawat untuknya.
Sebuah upaya menciptakan keindahan kepada sesama diikrarkan
oleh seorang hamba disaat seorang hamba lagi khusuk menghadap kepada Allah SWT.
Hal itu menunjukkan begitu besarnya kewajiban kita kepada sesama. Belum dianggap
baik seorang yang banyak shalat, puasa dan membaca sholawat kepada Rasulullah
SAW jika belum bisa menjalin hubungan baik kepada orang tua, saudara, tetangga
dan masyarakatnya.
Kemudian disaat kita hendak keluar dari sholatpun kita
harus mengucapkan kalimat Assalamualaikum dan bukan yang lainya. Itu artinya
kita dingatkan kembali bahwa setelah kita sholat kita akan berhadapan dengan
sesama kita. Sudahkah kita siap untuk menjalin keindahan dengan sesama tanpa
dusta, gunjingan, merugikan orang lain dan aniaya?
Itulah pendidikan
keindahan didalam shalat, keindahan yang sesungguhnya. Indah kepada Allah
SWT,Rasulullah SAW dan sesama manusia. Sungguh benar orang yang telah shalat
dengan benar akan terhindar dari kekejian dan kemungkaran.
Wallahu a'lam
bishshowab.
|
Post a Comment