Menggapai Kerinduan Dengan Kasih

images/index_r1_c1.gif
 
 
Menggapai Kerinduan Dengan Kasih
 
Suatu ketika Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain (yang saat itu masih anak-anak) melihat seorang yang sudah tua, berwudhu dengan cara yang salah. Muncullah keinginan dari dua cucu Rasulullah SAW ini untuk bisa mengingatkan orang tua tersebut agar amal ibadahnya benar. Kemudian Sayyidina Hasan bersepakat dengan Sayyidina Husain untuk berlomba berwudhu dan menjadikan orang tua tadi, sebagai juri yang akan menilai kebenaran wudhu mereka. Lomba berwudhupun dimulai. Dan pada akhir perlombaan hadirlah kesadaran orang tua tersebut bahwa wudhu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain lebih benar dan sempurna dari wudhunya sendiri.

Ini adalah pelajaran dakwah dari cucu Rasulullah Saw, dengan menyertakan kemuliaan akhlak dan tata krama dalam mengingatkan orang lain, khususnya yang lebih tua. Mengingatkan orang lain adalah mengajak orang lain untuk menjadi baik dan benar bukan untuk menghukuminya sebagai yang salah dan terhinakan. Melihat orang lain dengan penuh kasih sayang dan menghargai adalah pancaran ketulusan seorang penyeru kepada kebaikan. Dari situlah kejayaan dihadapan Allah akan di peroleh. Juru dakwah termasuk didalamnya adalah Ustadz dan Kiyai, disaat menyampaikan kebaikan ia harus melihat dirinya sebagai yang butuh pahala dan penghargaan dari Allah SWT dibalik upaya dakwahnya sebelum melihat kepada orang lain sebagai orang yang butuh kepada ajakannya. Makna "butuh" inilah yang menjadikan seseorang tidak kenal putus asa dalam menghantar kebaikan kepada orang lain. Hingga ia senatiasa mengambil cara yang paling indah agar ajakannya bisa diterima oleh orang lain sebagai perwujudan makna hikmah yang diajarkan oleh Allah kepada Rasulullah SAW dan sekaligus harus kita ikuti.

Juru dakwah termasuk didalamnya adalah Ustadz dan Kiyai, disaat menyampaikan kebaikan ia harus melihat dirinya sebagai yang butuh pahala dan penghargaan dari Allah SWT dibalik upaya dakwahnya sebelum melihat kepada orang lain sebagai orang yang butuh kepada ajakannya.

Sayyidina Hasan dan Sayyidia Husain dalam usianya yang masih amat dini ini sangat paham makna hikmah berdakwah karena mereka adalah cucunya sumber hikmah, Rasulullah Saw. Beliau berdua tidak ingin menyakiti hati orang tua tersebut dengan "salah menegur" karena kesalahannya di dalam berwudhu. Maka dengan ketulusan dan kerendahan hati, mereka berperan sebagai orang yang ingin benar didalam berwudhu padahal sebenarnya mereka ingin membenarkan wudhu’ orang lain.
Sungguh dakwah bukanlah pamer ilmu atau bangga akan sebuah gelar. Akan tetapi dakwah harus berangkat dari keindahan menuju keindahan dan dengan cara yang indah.

Alangkah mulianya akhlakmu wahai cucu Rasulullah Saw…

Dan alangkah indahnya siapapun yang ingin mengajak kebaikan lalu mengajak dengan penuh kasih dan ketawadhuan. Sungguh dakwah bukanlah pamer ilmu atau bangga akan sebuah gelar. Akan tetapi dakwah harus berangkat dari keindahan menuju keindahan dan dengan cara yang indah.

Dan setelah itu, mari kita bercermin, sadar diri dan mencermati diri dan sekitar kita! Dimana hikmah dan akhlak kita saat mengajak orang lain kepada kebaikan? Bisakah menuai hasil jika mulut dan lidah kita tidak luput dari kalimat cacian dan penghinaan terhadap orang yang kita anggap salah? Dimana kasih sayang dan kerinduan kita untuk merindukan orang lain kepada Allah SWT? Jangan sampai ajakan kita kepada Allah berubah menjadi ajakan kepada diri sendiri atau kelompok. Bisakah orang lain rindu kepada Allah jika yang mengajak bukanlah orang yang merindukan Allah SWT? Dari kerinduan kepada Allah inilah akan hadir ajakan yang dirindukan dan penuh kasih untuk menghantarkan hamba-hamba Allah kepada kerinduan kepada Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshowab.
 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Tidak ada komentar