Teringat suatu ketika Sayyidina Ali RA (seorang sahabat dan
menantu Rasulullah SAW) berada di medan laga. Beliau adalah orang yang tidak
pernah takut kepada musuh. Yang beliau rindukan adalah kematian dalam kemulyaan
(mati syahid). Maka dari itu tidak ada leher lawan berlalu di hadapanya kecuali
harus di tebas. Yang disaksikan sayyidina Ali di medan laga adalah pembela
kebatilan dan pembela kebenaran.
Akan tetapi ada satu hal yang tiba-tiba
disadari oleh sayyidina Ali yaitu saat sayyidina Ali berhasil melumpuhkan
seorang musuh hingga tidak ada yang tertinggal bagi sayyidina Ali kecuali
memenggal lehernya. Akan tetapi disaat sayyidina Ali hendak memenggal leher
musuh tersebut tiba-tiba sang musuh meludahi muka sayyidina Ali yang menjadikan
sayyidina Ali bertambah marah. Akan tetapi marah yang beliau rasakan bukan malah
mengantarkan beliau bersegera memenggal leher musuh. Akan tetapi justru disaat
itu sayyidina Ali melepas musuh yang sudah takluk berada dalam rengkuhanya.
Terheran para sahabat sayyidina Ali yang melihat kejadian itu lalu mereka
bertanya tentang sebab dilepaskanya musuh yang sudah beliau tangkap.
Kemudian beliau menjawab: "Semula aku berkeinginan membunuhnya karena
membela agama Allah, akan tetapi setelah ia meludai mukaku maka aku semakin
marah karenanya, maka disaat itu aku urungkan niaku untuk membunuhnya karena aku
takut jika ternyata aku membunuhnya karena membela diriku sendiri yang diludahi
dan bukan karena Allah lagi".
Beliau (Ali bin abi Thalib Ra) adalah orang
yang tidak pernah takut kepada musuh. Yang beliau rindukan adalah kematian dalam
kemulyaan (mati syahid).
Itulah kecerdasan sayyidina Ali, orang yang
tidak mau tertipu oleh hawa nasunya sehingga beliau selalu mencurigai hawa nafsu
yang akan selalu mengajak kepada kejelekan.
Yang difahami oleh sayyidina
Ali bahwa di medan sebuah perjuangan bukan saja dua pembelaan akan tetapi ada
tiga pembelaan. Pertama ahli kebenaran yang membela kebenaran. Kedua ahli
kebatilan membela kebatilan. Ketiga pembela kebenaran akan tetapi telah
terjerumus dalam pembelaan terhadap hawa nasunya. Dan yang ketiga inilah yang
jarang di cermati oleh para pahlawan kebenaran.
Dari tiga kelompok di
atas ternyata yang terpuji hanya satu saja yaitu kelompok pertama yang membela
Allah SWT.
Pembela kebatilan akan selalu ada di setiap tempat dan zaman
dan ini bisa saja dari orang yang tidak berlebel ahli imam dan bisa juga dari
orang – orang yang selalu pakai lebel iman dan Islam akan tetapi ia selalu
membela kebatilan atau kekafiran seperti yang kita saksikan saat ini.
Pembela kebatilan akan selalu ada di setiap tempat dan zaman dan ini
bisa saja dari orang yang tidak berlebel ahli imam atau berlabel Iman.
Adapun pembela hawa nafsu ini berasal dari kelompok pembela kebenaran
akan tetapi didalam perjuanganya telah tertipu oleh hawa nasunya. Semua
perjuangan di zaman ini yang semula karena Allah tidak beda dengan apa yang
disaksikan sayyidina Ali di zaman itu. Disaat terjadi suatu ketersesatan atau
kemurtadan di negri ini, disitu ada tiga model pembelaan.
Maka dari itu
mari kita cermati disaat terjadi konflik yang menuntut sebuah perjuangan kita
berada di kelompom mana? Jika kita berada dikelompok pembela kebatilan mari kita
segera kembali kepada Allah. Sungguh alangkah sengsaranya jika kita mati dalam
keadaan membela kebatilan.
Jika kita berada pada kelompok pembela
kebenaran, jangan ragu untuk melangkah, berjuanglah dengan harta dan jiwa!
sungguh kemuyaan adalah didalam membela kebenaran. Akan tetapi harus kitacermati
dalam pembelaan ini, jangan sampai pembelaan yang mulya ini berubah menjadi
pembelaan selain Allah, baik itu berupa pangkat, harta atau hawa
nafsu.
Wallahu a'lam bishshowab.
|
Post a Comment