Menghapus Dosa, Mengangkat Derajat
Menghapus Dosa,
Mengangkat Derajat
Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian
dia berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu
kewajiban yang ditetapkan Allah (sholat) maka langkah-langkahnya; salah satunya
menghapuskan dosa, sedangkan langkah yang lain mengangkat derajat.” (HR. Muslim
di Kitab al-Masajid wa Mawadhi' ash-Sholah [666])
Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana pendapat
kalian seandainya ada sebuah sungai di depan pintu rumah kalian yang dia mandi
darinya setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran yang melekat pada
tubuhnya?” Para Sahabat menjawab, “Tidak tersisa kotorannya sedikit pun.” Lalu
Nabi bersabda, “Demikian itulah perumpamaan sholat lima waktu yang dengan sebab
itu Allah berkenan mengampuni dosa-dosa.” (HR. Bukhari di Kitab Mawaqit
ash-Sholah [528] dan Muslim di Kitab al-Masajid wa Mawadhi' ash-Sholah
[667])
Faidah
Hadits
Hadits
pertama menunjukkan kepada kita keutamaan bersuci di rumah lalu berjalan menuju
masjid untuk menunaikan sholat wajib berjama'ah; yaitu menjadi sebab
terhapusnya dosa dan terangkatnya derajat. Hadits berikutnya juga menunjukkan
kepada kita bahwa sholat lima waktu merupakan sebab terhapusnya dosa seorang
hamba.
Dosa-dosa
yang terhapus dengan sebab amal-amal di atas adalah dosa-dosa kecil,
sebagaimana yang dipahami oleh para ulama. Ibnu Hajar berkata, “...al-Qurthubi
berkata: Zahir hadits ini menunjukkan bahwa sholat lima waktu secara mandiri
menjadi sebab terhapusnya segala dosa, tetapi ini adalah sesuatu yang
musykil/janggal. Namun, Muslim telah meriwayatkan sebelumnya hadits al-'Ala'
dari Abu Hurairah secara marfu', “Sholat lima waktu adalah kaffarah/penebus
atas dosa-dosa yang terjadi diantara sholat-sholat tersebut selama dosa-dosa
besar dijauhi.” Berdasarkan dalil yang membatasi ini maka dalil lain yang
bersifat tidak terikat dikembalikan kepadanya.” (lihat Fath al-Bari
[2/15])
Kebaikan
Menghapus Kejelekan
Allah
ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu
akan menghilangkan kejelekan-kejelekan.” (QS. Hud: 114)
Imam
Ibnul Jauzi membawakan dua penafsiran ulama salaf tentang makna al-hasanat
(kebaikan) yang dimaksud dalam ayat di atas:
1. Maksudnya adalah
sholat lima waktu. Ini adalah penafsiran Ibnu Mas'ud, Ibnu 'Abbas, Ibnul
Musayyab, Masruq, Mujahid, al-Qarzhi, adh-Dhahhak, Muqatil bin Sulaiman, dan
Muqatil bin Hayan.
2. Maksudnya adalah
ucapan 'Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaha illallah, wallahu akbar'.
Manshur meriwayatkan tafsiran ini dari Mujahid. Imam Ibnul Jauzi sendiri lebih
menguatkan penafsiran pertama. Adapun maksud as-sayyi'at (kejelekan) di
sini adalah dosa-dosa kecil sebagaimana penjelasan para ulama ahli tafsir
(lihat Zaadul Masir, hal. 675-676)
Post a Comment