Untaian Hikmah Imam Sufyan ats-Tsauri
Untaian Hikmah Imam
Sufyan ats-Tsauri
Tsabit
bin Muhammad berkata: Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, “Jika kamu mampu
untuk tidak menggaruk kepala kecuali apabila dilandasi dengan atsar/riwayat
maka lakukanlah.”
Beliau
adalah Sufyan bin Sa'id bin Masruq ats-Tsauri. Imam Yahya bin Ma'in mengatakan
bahwa Sufyan ats-Tsauri dilahirkan pada tahun 97 H. Beliau mulai menimba ilmu sejak
kecil. Yazid bin Harun berkata, “Orang-orang telah mengambil ilmu dari Sufyan
ats-Tsauri pada saat beliau berumur 30 tahun.”
Dikatakan
bahwa beliau bertemu dengan 130 orang tabi'in dan berguru/mengambil riwayat
dari 600 orang lebih. Adapun ulama yang mengambil riwayat dari beliau
diantaranya Ibnu Juraij, al-Auza'i, Abu Hanifah, Ibnul Mubarak, Waki',
Abdurrahman bin Mahdi, dan lain-lain.
Berikut
ini sebagian diantara nasehat dan pelajaran yang bisa kita petik dari ucapan
dan kisah perjalanan hidup beliau. Semoga bermanfaat.
Beliau
berkata, “Pada awalnya, aku menuntut ilmu dalam keadaan belum memiliki niat,
kemudian Allah pun memberikan rizki kepadaku niat tersebut.”
Apa
yang beliau ucapkan senada dengan perkataan Imam ad-Daruquthni. Imam ad-Daruquthni
berkata, “Kami dahulu menimba ilmu bukan karena Allah, namun ia enggan kecuali
harus dituntut karena Allah.” (lihat Ma'alim fi Thariq Thalab al-'Ilmi)
Sufyan
bin 'Uyainah berkata tentang Sufyan ats-Tsauri, “Adalah Sufyan ats-Tsauri sosok
ulama yang ilmu seolah-olah senantiasa terpampang di hadapannya, sehingga dia
bisa mengambil apa pun yang dia kehendaki dan meninggalkan apa yang tidak dia
kehendaki.”
Abdurrahman
bin Mahdi berkata, “Tidaklah aku melihat seorang ahli hadits yang lebih kuat
hafalannya daripada Sufyan ats-Tsauri.”
Sufyan
ats-Tsauri pernah ditanya, “Dengan apa kamu bisa mengenal Rabbmu?”. Maka beliau
menjawab, “Dengan tekad yang memudar dan cita-cita yang gagal tercapai.”
Abu
Nu'aim berkata: Aku mendengar Sufyan mengatakan, “Iman itu bisa bertambah dan
bisa berkurang.”
Ibnul
Mubarak berkata: Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa yang
meyakini Qul huwallahu ahad adalah makhluk, maka dia telah kafir kepada
Allah.”
Sufyan
ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa yang mengatakan bahwa 'Ali -bin Abi Thalib-
lebih berhak memegang kekuasaan (khalifah setelah nabi, pent) daripada Abu
Bakar dan 'Umar maka dia telah menyalahkan Abu Bakar dan 'Umar bahkan segenap
kaum Muhajirin dan Anshar. Aku pun tidak tahu apakah ada amalnya yang terangkat
ke langit ataukah tidak.”
Sufyan
ats-Tsauri juga berpesan, “Hendaklah kalian saling berpesan kepada Ahlus Sunnah
dengan kebaikan, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang asing.”
Tsabit
bin Muhammad berkata: Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, “Jika kamu mampu
untuk tidak menggaruk kepala kecuali apabila dilandasi dengan atsar/riwayat
maka lakukanlah.”
Waki'
berkata: Aku mendengar Sufyan mengatakan, “Tidaklah aku mengetahui suatu amalan
yang lebih utama daripada menuntut ilmu; yaitu bagi orang yang lurus niatnya.”
Sufyan
juga mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu dimuliakan di atas selainnya karena dia
menjadi sarana untuk bertakwa.”
Beliau
juga mengatakan, “Tidak ada suatu amalan yang lebih utama daripada menimba
hadits, yaitu apabila lurus niatnya.”
Beliau
juga mengatakan, “Tahapan awal menimba ilmu adalah diam. Yang kedua adalah
mendengarkan dan menghafalkannya. Yang ketiga adalah mengamalkannya. Yang
keempat yaitu menyebarkan dan mengajarkannya.”
Sufyan
juga berkata, “Sudah semestinya seorang ayah untuk memaksa anaknya menimba ilmu
dan belajar hadits, karena kelak dia harus mempertanggungjawabkan hal itu.”
Sufyan
berkata, “Para malaikat adalah penjaga langit, sedangkan as-habul hadits
adalah penjaga bumi.”
Beliau
berkata, “Seandainya as-habul hadits tidak mendatangiku niscaya akulah
yang akan mendatangi rumah-rumah mereka.”
Sufyan
ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa yang pelit dengan ilmunya pasti akan tertimpa
tiga bentuk musibah; bisa jadi dia lupa terhadapnya, atau dia mati dalam keadaan
ilmunya tidak bermanfaat bagi orang lain, atau hilang buku-bukunya.”
Sufyan
ats-Tsauri berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi umat manusia
daripada hadits.”
Beliau
juga berkata, “Fitnah/cobaan yang ditimbulkan oleh hadits lebih dahsyat
daripada fitnah akibat emas dan perak.”
Sufyan
berkata, “Sungguh kenikmatan Allah atas diriku akibat perkara dunia yang aku
dipalingkan darinya itu lebih utama daripada kenikmatan yang ada pada apa-apa
yang diberikan Allah kepadaku.”
Beliau
juga berkata, “Kalian bisa mempercayaiku menjaga Baitul Mal, tetapi jangan
mempercayakan kepadaku untuk menjaga budak perempuan berkulit hitam.”
Khalaf
bin Tamim berkata: Aku melihat Sufyan ats-Tsauri di Mekah dan pada saat itu
banyak sekali penimba ilmu hadits yang berkumpul untuk belajar kepadanya. Maka
dia berkata, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji'uun. Aku khawatir Allah
telah menyia-nyiakan umat ini; sampai-sampai umat manusia membutuhkan orang
seperti diriku.”
'Ali
bin Tsabit berkata, “Aku sama sekali tidak pernah melihat Sufyan berada di
bagian depan majelis. Akan tetapi dia sering duduk di pinggir tembok seraya
memeluk kedua lututnya.”
Ahmad
bin Hanbal berkata: Dahulu apabila dilaporkan kepada Sufyan ats-Tsauri bahwa
ada yang bermimpi melihat beliau -dalam keadaan mendapatkan kemuliaan- maka
beliau berkata, “Aku lebih mengenali diriku daripada para pemilik mimpi itu.”
Abu
Usamah menceritakan: Orang yang senantiasa memperhatikan keadaan Sufyan niscaya
dia akan melihat seolah-olah Sufyan sedang berada di atas kapal yang dia
khawatir kapal itu akan tenggelam. Betapa seringnya kami mendengar belliau
berkata, “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.”
Qobishoh
berkata tentang Sufyan, “Tidaklah aku melihat orang yang lebih banyak mengingat
kematian daripada beliau.”
Abu
Nu'aim berkata, “Adalah Sufyan apabila telah mengingat kematian, maka
orang-orang pun tidak bisa belajar darinya selama berhari-hari.”
Muzahim
bin Zufar berkata, “Suatu saat Sufyan mengimami kami sholat maghrib. Tatkala
beliau sampai pada ayat Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, maka beliau
pun menangis, kemudian beliau mengulangi bacaannya dari Alhamdulillah,
dst.”
al-Firyabi
berkata, “Suatu ketika Sufyan sedang sholat, lalu dia berpaling kepada seorang
pemuda. Kemudian beliau berkata kepadanya, “Jika kamu tidak sholat sekarang -di
dunia- lantas kapan lagi?”.”
Sufyan
juga mengatakan, “Aku terhalang dari sholat malam selama lima bulan gara-gara
sebuah dosa yang pernah aku lakukan.”
Ibnu
Rahawaih berkata: Aku mendengar Abdurrahman bin Mahdi menyebut nama Sufyan, Syu'bah, Malik dan Ibnul Mubarak.
Lalu beliau berkata, “Orang yang paling berilmu diantara mereka adalah Sufyan.”
Yahya
bin Ma'in berkata, “Sufyan ats-Tsauri adalah amirul mukminin fil hadits.”
Abu
'Ashim berkata: Aku pernah bertanya kepada Sufyan, “Siapakah manusia yang
sejati?” Beliau menjawab, “Para ulama.” Aku berkata, “Siapakah raja yang
sebenarnya?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang zuhud.” Aku berkata, “Siapakah
orang-orang yang rendah?”. Beliau menjawab, “Orang yang tidak peduli dengan apa
pun yang dia ucapkan dan tidak peduli dengan kritikan orang kepada dirinya.”
Abdurrahman
bin Mahdi berkata: Sufyan mengatakan, “Tidak boleh taat kepada kedua orang tua
dalam perkara-perkara syubhat.”
Sufyan
juga mengatakan, “Barangsiapa yang kelaparan lalu tidak mau meminta -kepada
orang- sampai akhirnya mati, maka dia masuk neraka.”
Post a Comment