Empat puluh Cara Menyelesaikan Masalah
Empat puluh Cara
Menyelesaikan
Masalah
Segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi
wa sallam, kepada keluarga serta seluruh sahabatnya beliau. Amma ba'du:
Dalam
kehidupan ini ada begitu banyak panah musibah yang begitu cepat menembus relung
kehidupan kita, di tambah lagi dengan tombak bencana yang menancap kuat bersama
lemparan waktu, tapi harus di sadari bahwa sesungguhnya kita sekarang sedang
hidup pada sebuah negeri kehidupan yang penuh dengan cobaan dan ujian, negeri
yang di dalamnya penuh dengan kepayahan dan kesedihan, serta resah dan kegelisahan, semua menghampiri kita. Tatkala
kita sedang kehilangan orang yang kita cintai semua datang menusuk hati, atau
ketika kita kehilangan harta benda, begitu pula manakala kita mendapat perlakuan
yang buruk dari orang lain, ketika berpisah dengan saudara yang kita sayangi
demikian pula ketika kita kehilangan anggota keluarga dari salah seorang anak
kita, semua datang silih berganti, begitu juga dalam perkara-perkara
menyedihkan yang lainnya. Musibah yang menimpa seorang hamba tidak lepas dari
empat perkara, yang pertama kemungkinan musibah itu langsung mengenai dirinya
sendiri, kedua: di dalam hartanya, ketiga: pada kehormatanya, keempat: pada
anggota keluarganya atau orang-orang yang di cintainya. Sedangkan manusia pada
umumnya, semua bisa mendapat musibah yang semacam ini, tidak pandang bulu,
apakah dia seorang muslim atau kafir, orang yang baik atau fajir semua mendapat
giliranya, sebagaimana bisa kita saksikan di tengah-tengah masyarakat kita.
Melihat begitu cepat datangnya
masalah tersebut (dari bencana, musibah, kesedihan dll) di tambah lagi ketidaksiapan seseorang untuk
menghadapi datangnya musibah yang begitu cepat, maka saya membuat kaidah-kaidah
pokok (dalam tulisan ini) sebagai benteng supaya mampu menghadapi datangnya
musibah. Tulisan yang saya susun ini semuanya berkisar pada keadaan umumnya
kebanyakan manusia, dan setiap keadaan harus di sesuaikan dalam cara penanganannya.
Seraya memohon mudah-mudahan Allah memberi saya taufik dan bimbinganNya.
Pembukaan
Di dalam dunia ini, semua orang
pasti ingin mencari yang namanya kebahagian dengan berusaha untuk bisa
memperolehnya, sama saja apakah dia seorang muslim atau kafir, orang yang baik
atau pun yang fajir. Allah Subhanahu wa ta'ala berkata menjelaskan
kepada kita tentang keadaan orang-orang kafir di dalam pencarianya mereka
tentang kebahagian, Allah berfirman:
قال الله تعالى: ) وَقَالُواْ كُونُواْ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰ تَهۡتَدُواْۗ قُلۡ بَلۡ
مِلَّةَ إِبۡرَٰهِۧمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٣٥ ( ( سورة البقرة : 135)
"Dan
mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau
Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak,
melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. dan bukanlah Dia (Ibrahim)
dari golongan orang musyrik". QS al-Baqarah: 135.
Karena orang kafir menyangka bahwa
orang yang mengikuti agama Yahudi atau Nasrani akan mendapat petunjuk dan
memperoleh kebahagiaan. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi hewan pun sebenarnya
sering mencari yang namanya kebahagian,(itu bisa kita buktikan) jika dirinya
terkena sinar matahari dan tidak tahan akan sengatannya maka dia akan segera
pergi ke sungai lalu nyebur ke dalam air untuk berendam di dalamnya supaya
tidak kepanasan, ada lagi yang meninggalkan tempat atau rumahnya berjalan untuk
mencari pohon yang baru atau tembok yang kira-kira bisa untuk berlindung di bawahnya,
semua itu dia lakukan dalam rangka ingin memperoleh kebahagian.
Adapun
keadaan manusia dalam kehidupan ini, sebagaimana yang Allah Ta'ala
sifati seperti dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ) لَقَدۡ خَلَقۡنَا
ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ ٤( ( سورة البلد : 4)
"Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam susah payah". QS al-Balad: 4.
Imam Ibnu
Katsir mengatakan tentang ayat di atas: "Mereka berada dalam kepayahan, dalam masalah perkara
dunia, dan dalam perkara akhirat. Dalam sebuah riwayat di katakan mereka berada
dalam keadaan susah payah yang sangat karena sempitnya ruang kehidupan di dunia
dan beratnya beban yang dipikul ketika di akhirat".
Maka manakala sebuah musibah turun
menimpa, membikin suasana menjadi gelap gulita, dunia menjadi terasa sempit,
maka dalam menangani problematikanya terkadang di butuhkan waktu yang lama
serta usaha yang sungguh-sungguh bahkan bisa membutuhkan bantuan dari orang
yang di percayai.
Dan insya Allah akan saya sebutkan
(dalam buku ini) sebagian hal positif yang bisa membantu mengatasi problem dan
meminimalisir terjadinya problem tersebut, bahkan kemungkinan untuk bisa
mencegah awal mula munculnya. Namun jangan langsung beranggapan bahwa siapa
saja yang membaca cara pemecahan problem ini langsung mendapati dirinya bisa
keluar dengan sempurna dari problematika kehidupan atau langsung hilang
problematikanya dalam sekejap, tapi keadaanya bisa kita gambarkan seperti
sebuah bangunan yang tinggi, terkadang bergoyang terkena angina kencang atau
jatuh bagian bangunanya, maka yang perlu di pahami bahwa di sini kita sedang
mencoba bersama untuk memperbaiki bangunan tersebut dan mengeluarkan sesuatu
yang memang tidak di butuhkan lagi, dengan mempertahankan yang tersisa untuk
tetap selamat kemudian mencoba membangun kembali, demikian seterusnya…dan
membangun tidak seperti orang yang sedang merobohkan oleh karena itu dibutuhkan
usaha yang maksimal dan kesabaran serta semangat yang panjang sampai bisa
menyelesaikan problem yang di milikinya dengan izin Allah Azza wa jalla.
Pertama
Jika
seseorang di timpa musibah, maka pertama kali yang harus dilakukan untuk bisa
mengobatinya yaitu kembali kepada Allah Ta'ala dengan mengucapkan:
قال الله تعالى: { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ } ( سورة
البقرة : 156)
"Sesungguhnya Kami adalah milik
Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali". QS al-Baqarah: 156.
Dan kalimat istirjaa
ini termasuk bagian dari adab Nabawi yang agung, karena kalimat tersebut akan
membuat hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana telah di riwayatkan oleh
Imam Muslim dalam shahihnya dari haditsnya Umu Salamah semoga Allah
meridhoinya, dia mengatakan: "saya mendengar Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من مسلم تصيبه مصيبة، فيقول ما أمر الله: }إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ{
اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أخلف الله له خيرا منها...")) (رواه أبو داود والدارقطني وغيره)
"Tidaklah seorang muslim terkena musibah,
kemudian mengucapkan kalimat yang telah di perintahkan oleh Allah Ta'ala dalam
(kitabNya) yaitu mengucapkan "inaa lillahi wa inaa ilahi roji'un", Ya
Allah berilah pahala pada musibah yang menimpaku, dan berilah ganti darinya yang
lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya yang lebih baik darinya".
HR Muslim.
Perhatikan bagaimana Ummu Salamah
semoga Allah meridhoinya benar-benar melaksanakan wasiat Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam tersebut dengan mengucapkan istirjaa tatkala di
tinggal mati oleh suaminya Abu Salamah, maka kemudian Allah Azza wa jalla
menggantinya dalam musibah tersebut dengan yang lebih baik, dengan mendapatkan
kemulian diperistri oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Namun
perlu di ingat terkadang ganti tersebut Allah Ta'ala berikan ketika di dunia,
atau di ambil nanti ketika di akhirat, atau juga mendapat di kedua negeri
tersebut, di dunia dan diakhirat.
Kedua
Perlahan dan tidak
tergesa-gesa
Kebanyakan masalah biasanya terjadi dalam
ruang lingkup anggota keluarga atau antara pasangan suami istri, atau bisa juga
terjadi antar sesama teman dan saudara. Oleh karenanya jika terjadi masalah,
maka bagian terbesar yang bisa membantu
untuk memecahkanya adalah sikap pelan-pelan tidak terburu-buru sambil berpikir
tentang masalah yang sebenarnya dan tidak tergesa-gesa di dalam mengambil
keputusan.
Dan keputusan
tetap berada di tanganmu, jika kamu mempunyai pemikiran untuk hari ini maka itu
merupakan pemikiran untuk hari esok juga, tidak ada yang membuat dirimu merasa
di rugikan dengan lambatnya kamu di dalam mengambil keputusan, bahkan dengan
sebab itu pikiranmu bisa berubah untuk mendapat keputusan yang terbaik, begitu
seterusnya. Terlebih dengan diiringi hati yang tenang, kemarahan telah sirna
dan kegalutan pun telah pergi, maka itu bisa lebih banyak membantu untuk
menemukan solusi yang tepat. Dan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah
berkata kepada Aisyah di dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بالرفق وإياك والعنف
والفحش، فإن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه"))
(رواه مسلم)
"Berbuatlah dengan lembut lembut dan jauhi
olehmu permusuhan dan perbuatan keji, sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu di
letakan pada suatu perkara melainkan ia pasti akan menghiasinya, dan tidaklah
di cabut lemah lembut tersebut dari suatu
perkara melainkan akan menjadikan jelek". HR Muslim.
Anjuran ini pada asalnya di tujukan
pada ibunda kita Aisyah, namun setelahnya langsung mengarah kepada seluruh
orang-orang yang beriman.
Kita tidak
pernah mendengar bahwa sifat mudah marah dan mudah terpancing emosi itu bisa
mendatangkan kebaikan (di manapun tempatnya), kalau sekiranya saya ceritakan
hasil dari penelitian pada orang-orang yang mudah marah maka kalian pasti akan
heran di sebabkan banyaknya akibat buruk dari sikap ini, seperti, akan
menjadikan anak satu sama lain saling berkelompok karena takut dengan bapaknya
yang garang, terhempasnya keluarga, dan menjadikan penjara penuh untuk
menampung tahanan…semua itu di sebabkan kemarahan yang terkadang sifatnya hanya
sebentar.
Betapa
indahnya kalau mau berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat sambil di hiasi
dengan kelemahlembutan dan sikap bijak dalam bertindak.
Ketiga
Sabar
Tidaklah kedua telingamu mendengar
kalimat musibah melainkan pada telinga satunya harus ada kalimat sabar, kalau
seandainya hal itu tidak kamu lakukan maka masalah atau problem tersebut akan
menjadi semakin membesar, yang pada nantinya membuat patah semangat dan
berujung enggan untuk menyelesaikanya. Namun Allah Azza wa jalla Maha Penyayang
dalam hal ini kepada para hambaNya, dimana Dia telah menundukan bagi mereka
cara jitu untuk mengatasi masalah yaitu dengan kesabaran.
Dalam agama,
sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian dari
agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar,
dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. Yang mana Allah
Ta'ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat
besar, hal itu seperti yang di jelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ) إِنَّمَا يُوَفَّى
ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ
( ( سورة
الزمر : 10)
"Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". QS az-Zumar: 10.
Berkata Imam al-Auz'ai: "Balasan
bagi orang yang sabar tidak lagi ditimbang, maupun diukur namun langsung di
ambilkan tanpa ada batasannya".
Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله
له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن، إن أصابته سراء شكر، فكان خيرا له، وإن أصابته
ضراء صبر، فكان خيرا له)) (رواه مسلم)
"Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang
mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan
hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik
baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya".
HR Muslim.
Sikap sabar
sendiri mempunyai makna yang dalam yaitu berhenti bersama musibah dengan cara
menyikapi yang baik. Dan jangan dikira kalau musibah itu hanya pada
perkara-perkara yang besar saja seperti kematian atau perceraian, misalkan,
akan tetapi setiap perkara yang kamu merasakan sedih ketika kehilangan darinya
maka itulah yang di namakan musibah. Pernah suatu hari tali sendalnya Umar bin
Khatab semoga Allah meridhoinya putus maka beliau pun mengucapkan kalimat istirjaa'
lalu mengatakan: "Setiap kejadian buruk yang menimpamu maka itu adalah
musibah".
Dan jika
seorang muslim tidak sabar ketika tertimpa sebuah musibah, tidak pula mengharap
pahala dari sebab musibah tersebut, maka hilang sudah pahala dan ganjaran dari
Allah Ta'ala pada hari-hari musibah tersebut. Dan kedudukan yang paling tinggi
di antara orang-orang yang sabar yaitu kedudukan orang yang ridho dengan qodho
dan qadr Allah Subhanahu wa ta'ala, tunduk dengan takdir Allah Ta'ala, Allah
berfirman:
قال الله تعالى: { قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ
وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٥١
} ( سورة التوبة : 51)
"Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal.". QS at-Taubah: 51.
Imam Ibnu Rajab mengatakan:
"Adapun perbedaan antara ridho dengan sabar yaitu kalau sabar adalah
menutupi jiwa dari rasa marah dengan menahan rasa sakit yang ada sambil
berharap agar segera hilang rasa sakit tersebut, dan mencegah anggota badan
jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak terpuji oleh sebab marah. Sedangkan
ridho adalah menerima dan lapang dada dengan ketentuan Allah Ta'ala, serta
melupakan angan-angan (yang muncul) berharap agar rasa sakit yang sedang di
rasakannya tersebut segera hilang walaupun terdapati rasa sakitnya, namun
dengan adanya sikap ridho, akan menjadikan lebih ringan (beban yang ada dalam
badan) dan memberi kabar gembira bagi hati dengan kenyakinan dan pemahaman yang
sempurna, maka jika sikap ridho ini kuat menahan rasa sakit yang sedang di
rasakan maka akan hilang dengan sendiri rasa sakit tersebut".
Ibnul Jauzi mengatakan: "Kalau
sekiranya dunia itu bukan tempatnya ujian maka tidak ada yang namanya penyakit,
cemas, bimbang dan perasaan suram, kehidupan tidak terasa sempit bagi para nabi
dan orang-orang pilihan. Nabi Adam tidak akan diuji sampai keluar dari dunia,
Nabi Nuh menangis dalam waktu yang sangat panjang tiga ratus tahun (lamanya),
Nabi Ibrohim di lempar kedalam api dan diuji untuk menyembelih anaknya yang ia
cintai, Nabi Ya'qub menangis karena kehilangan anaknya Yusuf sampai hilang
penglihatanya, Nabi Musa dikejar Fira'un, bukan itu saja, namun kaumnya pun
mendapat ujian dari kezaliman Fir'aun, Nabi Isa bin Maryam tidak ada tempat
untuk berlindung baginya melainkan hidup dalam kesengsaraan. Dan Nabi kita
Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam sabar dalam kehidupan yang serba
kekurangan, terbunuhnya Hamzah bin Abdul Mutholib pamannya yang merupakan orang
yang paling beliau cintai dari kalangan keluarganya, begitu juga ditinggal lari
oleh kaumnya, (pada pertama kalinya muncul dakwah beliau), mereka enggan untuk
menerima dakwahnya. Dan selain mereka dari kalangan para Nabi dan para wali
yang sangat panjang kalau mau di sebutkan semuanya, kalau benar sekiranya dunia
ini di ciptakan untuk bersenang-senang dan mencari kelezatanya, tentu tidak
akan mungkin bagi orang yang beriman mendapat kebahagian darinya. Sunguh benar
apa yang di katakan oleh seorang panyair:
Dunia tempatnya kesedihan, kenapa
engkau menginginkanya *** Tidak akan pernah dunia lepas dari ujian dan
cobaan
Dan sabar yang di maksud di sini,
bukan hanya sekedar mampu menahan musibah yang menimpanya dan meneguk rasa
sakit yang di alaminya serta kesedihan yang terasa menyekat di kerongkonganya,
namun sabar di sini adalah sabar yang mampu mencari solusi permasalahannya dan
sanggup menata kembali perkaranya, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya
dengan dakwah kepada Allah Azza wa jalla, adakalanya sabar di dalam mencari
solusinya dengan mendidik dan bergaul dengan cara yang indah, adakalanya sabar
di dalam mencari solusinya dengan kembali menikah dan istiqomah bersamanya,
demikian seterusnya setiap masalah di butuhkan cara penyelesaian dan kesabaran
dalam mencari solusinya.
Keempat
Berbaik Sangka
Suatu hal yang wajib bagi kita semua
yaitu suudhon dhon (berbaik sangka.pent) kepada Allah Azza wa jalla
bahwa yang namanya pertolongan dan jalan keluar itu pasti dekat adanya, bahwa
kesulitan itu selalu di iringi bersama kemudahan. Demikian juga berbaik sangka
kepada orang lain yang punya masalah denganmu atau dengan orang merupakan
sumber masalah tersebut, karena ada kemungkinan yang terjadi, mungkin dirinya
mempunyai pandangan yang berbeda denganmu, atau dirinya paham tapi salah dalam
memahaminya, atau bisa juga, sampai perkara padanya namun tidak sesuai dengan kenyataanya, karena tidak
benar. Oleh karena itu berbaik sangka
kepada sesama muslim akan menjadikan hati menjadi tenang, dan biasanya akan
mudah memberi udzur (kepada orang tersebut) yang pada akhirnya menjadikan
musibah itu terasa ringan, bisa membantu untuk memecahkan masalah tersebut dan
menjadikan cara berpikir kita bersih dari hal-hal yang tidak di bolehkan.
Sebagian problem terkadang muncul di sebabkan oleh berburuk sangka (pada orang
lain), yang di bangun di atas ketidakpahaman atau persangkaan yang tidak jelas
atau juga cara pandang yang cekak.
Dikisahkan bahwa ada seseorang yang
mempunyai masalah dengan orang lain, marahnya telah memuncak, darahnya mendidih
menahan marahnya yang meluap-luap, sampai dia mengancam anak-anak serta istri
orang yang bermasalah tersebut, sedangkan orang yang bermasalah dengannya
tersebut sedang dalam perjalanan keluar kota, namun sebelum pergi dia mengirim
surat yang isinya meminta maaf dan meminta supaya di lupakan masalahnya serta
merelakan haknya untuknya, namun pembawa surat ini yang menjadi titik
permasalahanya karena telat menyampaikan surat tersebut sehingga menjadi sebab
pertengkaran tersebut.
Lihat kejadian di atas, orang
tersebut telah menghina saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji,
mengangkat suara padanya, mengeluarkan semua keburukanya, sekarang apakah kamu
bisa bayangkan kalau persaudaraanya akan kembali seperti sedia kala sebelum
kejadian tersebut?
Kemudian
lihatlah pada kejadian yang lain dalam kisah berikut ini, ketika Hafsoh binti
Umar semoga Allah meridhoi keduanya di tawarkan oleh bapaknya supaya di nikahi
kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar diam tidak menjawab apa-apa, kemudian dia
menawarkan kepada Utsman, namun dia mengatakan: "Pada saat sekarang saya
lagi tidak punya keinginan untuk menikah", maka Umar merasa sangat sedih,
kemudian dirinya mengadu kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Nabi Shalallahuu
'alaihi wa sallam lalu mengatakan kepadanya: "Hafsoh akan di nikahi
oleh orang yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikahi wanita yang
lebih baik dari pada Hafsoh". Kemudian Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam meminang Hafsoh, lalu Umar pun menikahkan Hafsoh dengan Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam, kemudian Utsman di nikahkan oleh Rasulallah dengan
anaknya Ruqoyah setelah Utsman di tinggal mati oleh istri yang merupakan
saudaranya Ruqoyah.
Ketika Umar
sudah menikahkan anaknya, dirinya bertemu dengan Abu Bakar, maka beliau meminta
maaf sambil mengatakan: "Saya tidak mempunyai niat apa-apa, kecuali saya
pernah mendengar Rasulallah Shalallahu 'alahi wa sallam menyebut-nyebut nama
Hafsoh maka saya tidak ingin membuka rahasianya beliau, kalau sekiranya
Rasulallah tidak jadi menikahinya tentu saya akan menikahi anakmu".
Kelima
Diam dan menyembunyikan
problem yang sedang di alaminya
Termasuk dari wejangan Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam kepada umatnya dalam masalah ini yaitu menyembunyikan
musibah yang sedang di alaminya, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam
sebuah hadits, di mana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من البر كتمان المصائب
والأمراض والصدقة))
"Termasuk
kebaikan adalah menyembunyikan musibah (yang menimpanya), penyakit dan shodaqoh".
Oleh sebab itu jika musibah yang sedang
menimpa mungkin bisa disembunyikan, maka menyembunyikannya adalah termasuk
bentuk dari nikmat Allah Azza wa jalla yang lurus. Yang merupakan bagian dari
rahasia dari rahasia-rahasia keridhoan pada Allah Ta'ala, yaitu dengan tidak
selalu berkeluh kesah dan gelisah. Lihatlah kisah-kisah para ulama salaf karena
sesungguhnya dalam kisah tersebut ada pelajaran bagi kita.
Berkata
al-Ahnaf salah seorang ulama salaf: "Sungguh telah hilang penglihatanku
semenjak empat puluh tahun yang lalu, dan saya tidak pernah mengasih tahu
kepada seorang pun".
Ketika ada
air yang tidak mau keluar dari salah satu mata Atha', tidak ada seorang pun
keluarganya yang tahu hal itu selama dua puluh tahun lamanya.
Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من إجلال الله، ومعرفة حقه:
أن لا تشكو وجعك ولا تذكر مصيبتك))
"Termasuk dari bagian memuliakan Allah Ta'ala
dan mengetahui hakNya adalah tidak mengeluh pada setiap penyakit yang
(menimpamu) dan tidak menyebut-nyebut musibahmu".
Yang perlu
digaris bawahi di sini yaitu biasanya kalau seseorang itu telah hilang masalah
darinya, pertama kali yang muncul dalam pikiranya adalah rasa sesal telah
terlanjur mengasih tahu masalahnya
kepada fulan atau kepada fulanah. Jika
perkaranya demikian maka seorang hendaknya tidak menampakan masalahnya dan
menyembunyikanya, dan termasuk menyebarkan masalah yang paling buruk adalah
dalam masalah keluarga, maka terkadang di dapati seorang istri jika mempunyai
masalah dengan suaminya, dirinya langsung mengadu kepada orang tuanya, sambil
mencela suaminya dengan perkara-perkara yang tidak masuk pada inti masalah
sebenarnya, dengan mengungkit-ngungkit kejelekanya yang lama maupun yang baru,
sampai keluarga dan saudara-saudaranya jadi membencinya, sehingga pada saat itu
menjadikan tali yang menghubungkan mereka menjadi terputus, terbesit rasa ingin
lari darinya sampai kalaupun permasalahannya sudah reda dan dapat teratasi akan
tetap tersisa kata-kata dan aduan yang telah di ucapkan oleh lisan yang
membekas dalam hati mereka, yang menimbulkan rasa was-was tentang masa depan
hubungan wanita tersebut dengan suaminya.
Keenam
Jadikan sesuai dengan
porsinya dan tidak membesar-besarkan masalah
Sebagian orang jika di timpa sebuah
permasalahan, atau musibah merasa dunia seperti mau runtuh dan menjadi gelap
gulita sambil menyangka bahwa dunia telah berakhir, namun perlu di ingat
terkadang ada suatu perkara yang di benci oleh seorang manusia tapi ternyata
Allah Ta'ala menjadikan itu adalah kebaikan yang banyak baginya, lihatlah
firman Allah Ta'ala ini:
قال الله تعالى: {#Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×öyz öNà6©9 } [سورة البقرة : 216]
"Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik
bagimu..". QS al-Baqarah: 216.
Saya masih ingat, kisah seorang
pemuda dari Mesir ketika dia sedang di wawancarai, yang mana telah terjadi huru
hara, pembunuhan dan fitnah yang sangat besar di kota mereka, dia mengatakan:
"Sungguh Allah telah memberi kasih sayangNya yang besar kepada saya, mana
kala saya di penjara sebelum kejadian huru hara tersebut beberapa hari sebelum
kejadiannya, kemudian saya di bebaskan selang beberapa minggu dari kejadian itu
dengan keadaan selamat dan sehat, namun ketika saya keluar saya mendapati teman-teman saya dalam keadaan yang
sangat mengenaskan, ada yang mati, ada lagi yang tertangkap dan di jebloskan
kepenjara dengan masa tahanan yang sangat panjang, yang lain lagi badanya di
rantai, kemudian yang lain…. Dia mengucapkan syukur dan memuji Allah Subhanahu
wa ta'ala ketika tahu bahwa penjara itu lebih baik bagi dirinya dari pada yang
terjadi pada teman-temanya yang lain, kalau sekiranya saya bersama mereka tentu
kejadianya lain.
Dikisahkan dari Suraih bahwasanya
beliau pernah mengatakan: "Sungguh saya pernah ditimpa sebuah musibah,
maka saya mengucapkan rasa syukur dan memuji kepada Allah Ta'ala atas musibah
tersebut sebanyak empat kali, yang mana musibah tersebut tidak lebih besar dari
yang saya alami, dan mana kala Allah memberi saya nikmat untuk bisa sabar
dengan musibah tersebut, dan ketika Allah memberi saya taufik untuk bisa
mengucapkan kalimat istirjaa' dengan harapan saya bisa mengambil
pahalanya nanti, dan yang terakhir mana kala musibah tersebut bukan terjadi
pada agamaku".
Ketujuh
Mencari solusinya
dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan.
جاء رجل إلى النبي r فقال أوصني قال: "لا تغضب" رددها مرارا، وقال r: "ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد
الذي يملك نفسه عند الغضب" متفق عليه.
Datang
seorang sahabat kepada Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan mengatakan
kepada beliau, "Ya Rasulallah berilah aku wasiat". Beliau
berkata: "Jangan marah". Orang tersebut masih mengulang-ulang
terus, lantas Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bukanlah
orang yang kuat itu (yang menang) dalam gulat, tetapi orang yang kuat (adalah)
orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah". Mutafaqun
'alahi.
Kemarahan biasanya itu menutupi cara
berpikir yang sehat dan mengarahkan pada cara berpikir yang bengkok dan
menyimpang, yang bilamana keduanya ada maka dia akan menguasai sikap
sentimental. Oleh karena itu di anjurkan supaya tenang (ketika sedang marah),
dan menahan dengan cara yang baik tanpa terpancing emosi dengan situasi yang
sedang terjadi, betapa banyak kita bisa mencontoh pada wanita yang berakal, di
dalam menghadapi kemarahan suaminya,
yang mana dia menghadapinya dengan cara yang baik dan tenang (tidak terpancing
ikut emosi), maka tidak lama kemudian suaminya pun kembali lagi kedalam
pangkuannya.
Dan manusia
banyak yang telah mencoba cara yang satu ini, oleh karena itu tidak salah kalau
Allah Subahanahu wa ta'ala menyuruh Nabi yang mulia, seperti dalam
firmanNya:
قال الله تعالى: {.... ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ
فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ ٣٤ } [سورة
فصلت : 34]
"Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, jika ada orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia". QS
Fushilat: 34.
Sebagian orang ada yang menggunakan
cara yang bagus dalam menghadapi masalah seperti ini, ada orang yang takut
bilamana sampai terjadi permusuhan dengan teman kerja sekantornya, atau juga
dengan keluarga atau saudaranya, dia memilih untuk berbuat baik kepada mereka
sebelumnya, dengan cara memberi hadiyah padanya, berkata dengan lemah lembut
ketika sedang berbicara bersama mereka untuk mencegah sikap buruk dari mereka,
dan sebelum sampai berubah permusuhan menjadi pertengkaran secara fisik,
seperti misalkan, seorang pimpinan yang berlaku lembut pada anak buahnya, atau
seorang suami pada istrinya, atau yang lainnya. Dan solusi seperti ini nyata
dan banyak memberi manfaat di dalam meminimalisir permusuhan dan pertengkaran.
Delapan
Seseorang melihat
seberapa jauh problem yang sedang di hadapinya sampai dia bisa melihat kalau
itu bukan sesungguhnya..
Problematika kehidupan itu beragam
dan bertingkat-tingkat adanya, demikian pula hati manusia juga beragam dan
bertingkat-tingkat, ada yang kuat menanggung beban, ada yang bisa sabar dan ada
lagi yang tabah. Terkadang dirimu mempunyai masalah namun orang lain lepas dari
masalah, oleh karena itu supaya bisa untuk berpikir dan melihat dengan jelas
sebuah masalah, seseorang melihat jauh kedepan sampai batas akhir musibah
tersebut, dan melihat bahaya apa yang paling berat dari dampak musibah itu,
jika seorang istri di cerai oleh suaminya maka Allah Azza wa jalla telah
memberi rizki baginya lebih baik dari yang pertama, jika di tinggal meninggal
oleh bapak atau ibunya, maka sesungguhnya ini adalah ladang beramal untuk
akhirat, hendaknya dia merasa bahagia dan memuji Allah Ta'ala karena walau pun
telat namun masih di beri tahu masalah sebenarnya, demikian seterusnya setiap
masalah di beri porsi yang sesungguhnya jangan sampai membesar-besarkanya,
seolah-olah kalau seseorang itu di timpa sebuah musibah atau masalah dunia
seperti kiamat yang sudah tidak ada jalan keluar lagi kecuali tinggal menunggu
kehancuranya.
Kalau sekiranya orang yang
mempunyai masalah tersebut melihat pada problematikanya serta kejadian-kejadian
yang lewat pada dirinya pada masa lalu, bagaimana sampai bisa keluar dan selsai
dari masalah tersebut? Tentu ia akan mengetahui bahwa hari itu selalu datang
silih berganti, dan dia akan lupa dengan segala musibah yang pernah menimpanya
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sembilan
Banyak beristighfar
Mengadu kepada Allah Azza wa jalla
dan meminta pertolongan serta taufikNya adalah merupakan sebab terbesar dari
sebab-sebab yang ada untuk bisa melapangkan hati yang sempit dan keluar dari
sebuah perkara, dan termasuk dari faidah sebuah musibah yang menimpa seseorang,
yang sedang di uji oleh Allah Azza wa jalla yaitu salah satunya menjadi
terpukul sehingga mau kembali kepada Rabbnya, berdo'a kepadaNya dan bersimpuh
di hadapanNya. Dan di antara bentuk kembali kepada Allah Subhanahu wa ta'ala
adalah banyak beristighfar. Di mana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من أكثر من الاستغفار،
جعل الله عز وجل له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب"
[رواه أبو داود].
"Barangsiapa yang banyak mengucapkan
istighfar, maka Allah Azza wa jalla menjadikan baginya setiap kesedihan jalan
keluar, setiap kesempitan di bukakan pintu keluarnya, dan di beri rizki dari
arah yang tidak di sangka-sangka". HR Abu Dawud.
Termasuk
bagian dari nikmat Allah Ta'ala pada kita semua adalah memudahkan bagi kita
untuk menggerakan lisan kita dengan sangat mudahnya di banding dengan anggota
badan lainnya, tidak ada kesulitan yang berarti bagi kita untuk menggerakan
lidah untuk mengucapkan kalimat istighfar.
Sepuluh
Berdo'a dengan
do'a-do'a yang shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah
mengajarkan kepada kita (umatnya) tatkala turun sebuah musibah atau terkena
sebuah masalah do'a-do'a untuk menghilangkan kesedihan dan kegelisahan yang
ada, adalah beliau jika tertimpa sebuah kesulitan apa pun jenis, beliau
mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "يا حي يا قيوم برحمتك
أستغيث".
"Wahai
Dzat yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, dengan kasih sayangMu saya memohon
pertolonganMu".
Di dalam
sebuah hadits shahih yang lainnya, adalah beliau jika turun padanya kesukaran dan
kesedihan, beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "يا حي يا قيوم، برحمتك
أستغيث ، الله ربي لا أشرك به" [صحيح الجامع: 4791].
"
Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, dengan kasih sayangMu saya
memohon pertolonganMu, Allah Rabbku, yang aku tidak menyekutukan
denganNya". Shahuhul Jami' no: 4791.
Dalam sebuah
do'a menghilangkan kesedihan dan kesulitan, di sebutkan dalam sebuah hadits
yang agung ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "اللهم إني عبدك، وابن
عبدك، وابن أمتك ناصيتي بيدك، ماض في حكمك، عدل في قضاؤك، أسألك بكل اسم هو لك
سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحدا من خلقك أو استأثرت به في علم
الغيب عندك، أن تجعل القرآن ربيع قلبي، ونور صدري، وجلاء حزني، وذهاب همي"
[رواه الإمام أحمد].
"Ya
Allah, sesungguhnya aku ini adalah hambaMu, anak dari hambaMu (laki-laki), anak
dari hambaMu (perempuan), ubun-ubunku berada di tanganMu, mengikuti keputusan
takdirMu dan berjalan sesuai dengan ketetapanMu. Aku memohon kepadaMu dengan
setiap nama yang menjadi milikMu, nama yang Engkau lekatkan sendiri untuk
diriMu, atau yang Engkau sebutkan dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkan
kepada salah seorang di antara hambaMu (Nabi), atau yang Engkau sembunyikan di
alam keghaibanMu, hendaknya Engkau menjadikan al-Qur'an ini sebagai penyejuk
hatiku, cahaya dalam dadaku, penghilang kesedihanku dan penolak rasa gundahku".
HR Ahmad
Dalam sebuah
hadits di sebutkan do'a untuk membayar hutang. Sebagaimana yang shahih dari
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "اللهم اكفني بحلالك عن
حرامك وأغنني بفضلك عمن سواك" [رواه الترمذي].
"Ya
Allah cukupkan saya dengan rizkiMu yang halal dari yang haram, berilah saya
kekayaan dengan karuniaMu, yang tidak ada selain dariMu". HR Tirmidzi.
Dalam hadits yang lain beliau berdo'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "اللهم إني أعوذ بك من
الهم والحزن والعجز والكسل، والبخل والجبن، وضلع الدين وغلبة الرجال" [رواه
مسلم: 4/ 1729].
"Ya
Allah saya berlindung denganMu dari kesulitan dan kesedihan, dari ketidak
mampuan dan kemalasan, dari sikap bakhil dan pengecut, dari terlilit hutang dan
di kuasai orang lain". HR Muslim no: 1729.
Dan do'a ketika di timpa sebuah kesusahan apa pun
bentuknya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "اللهم لا سهل، إلا ما
جعلته سهلا وأنت تجعل الحزن إذا شئت سهلا" [رواه أبو داود].
"Ya Allah tidak ada kemudahan, melainkan yang
Engkau jadikan mudah. Dan Engkau jadikan kesedihan menjadi mudah jika Engkau
kehendaki". HR Abu Dawud.
Dan do'a
sangat bermanfaat untuk menghilangkan sebuah musibah baik sebelum turunya
bencana tersebut mau pun sesudah turunya, hal itu sebagaimana di jelaskan dalam
sebuah hadits shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"فلا
يرد القضاء إلا الدعاء" [صحيح الجامع: 7564].
"Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali
do'a". Shahihul jami' no: 7564.
Sebelas
Tawakal kepada Allah
Azza wa jalla
Termasuk dari bentuk nikmat Allah
Azza wa jalla tatkala turun bencana maupunn musibah, yaitu kita langsung
cepat-cepat kembali untuk taat kepada Allah Ta'ala dan beribadah kepadaNya,
kita juga bisa merasakan kelezatan manakala kita sedang berdo'a dan memohon
kepadaNya supaya di mudahkan segala urusannya. Adapun kedudukan yang paling
tinggi dalam sebuah ibadah dan amalan yaitu kedudukan tawakal kepada Allah Azza
wa jalla, menyerahkan segala urusan dan hasilnya kepada Allah Ta'ala, sedangkan
dalam tawakal itu sendiri dapat menguatkan jiwa, menjadikan hati berani
menerima apa pun hasilnya, menjadi tenang dan tentram. Allah Azza wa jalla
sendiri sangat mencintai orang-orang yang mempunyai sifat yang agung ini
sebagaimana yang tertera jelas dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {#
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ } [سورة آلِ
عِمۡرَانَ : 159]
"Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya". QS al-'Imran: 159.
Sedangkan
orang yang telag di cintai oleh Allah Ta'ala maka dirinya tidak di adzab, tidak
di jauhkan dariNya, dan tidak terhalangi untuk melihat Allah Subhanahu wa
ta'ala pada hari kiamat nanti. Dalam sebuah ayat yang lain Allah Ta'ala
berfirman:
قال الله تعالى: ) وَمَن يَتَوَكَّلۡ
عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ( ( سورة
الطَّلَاقِ :
3)
"Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". QS ath-Thalaaq: 3.
Dalam ayat ini sebagai dalil yang
kuat tentang keutamaan tawakal, di mana tawakal merupakan sebab terbesar untuk
memperoleh maslahat dan menolak mara bahaya. Dan Allah Subhanahu wa ta'ala
mengatur segala urusan alam ini sesuai dengan yang Ia kehendaki, di tanganNya
segela perkara di bolak-balikan. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {#
يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ إِذۡنِهِۦۚ } [سورة يُونُسَ : 3]
"kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya". QS Yunus: 3.
Hendaknya
kita semua merasa yakin bahwa apa yang kita kerjakan untuk segera bisa keluar
dari sebuah masalah hanyalah merupakan sebab dan sarana namun tetap yang
mengatur alam ini adalah Allah Azza wa jalla, maka apa yang Allah kehendaki
pasti terjadi dan apa yang tidak Ia kehendaki kejadianya pasti tidak akan
terjadi. Perhatikan pada hadits yang agung ini, di mana Nabi Shalallahu 'alaihi
wa sallam bersabda kepada anak pamannya Ibnu Abbas:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:".. واعلم أن الأمة لو
اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، ولو اجتمعوا على
أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت
الصحف" [رواه الترمذي].
"Ketahuilah
kalau sekiranya umat ini bersatu untuk memberi sesuatu manfaat kepadamu maka
itu tidak akan bermanfaat bagimu melainkan dengan sesuatu yang memang sudah di
tentukan oleh Allah Ta'ala bagimu, (dan begitu juga) kalau sekiranya umat ini
berkumpul untuk memberi bahaya padamu maka tidak akan berbahaya kepadamu
melainkan dengan sesuatu yang memang sudah di tentukan oleh Allah Ta'ala
padamu, telah di angkat pena, dan telah kering catatan tersebut". HR
Tirmidzi.
Dua belas
Berbuat baik pada
sesama, baik ucapan, perbuatan, dan segala bentuk kebaikan lainnya
Termasuk
dari sebab yang dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan dan kegelisahan adalah
berbuat baik kepada sesama makhluk, baik itu dengan ucapan atau perbuatan dan
segala macam bentuk kebaikan. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {#* w uöyz Îû 9ÏV2 `ÏiB öNßg1uqôf¯R wÎ) ô`tB ttBr& >ps%y|ÁÎ/ ÷rr& >$rã÷ètB ÷rr& £x»n=ô¹Î) ú÷üt/ Ĩ$¨Y9$# 4 `tBur ö@yèøÿt Ï9ºs uä!$tóÏFö/$# ÏN$|ÊósD «!$# t$öq|¡sù ÏmÏ?÷sçR #·ô_r& $\KÏàtã 114 } [سورة النساء : 114]
"Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar". QS
an-Nisaa': 114.
Berkata
syaikh Abdurahman bin Sa'di dalam tafsirnya: "Di dalam ayat ini Allah
Ta'ala mengabarkan bahwa semua perkara ini semuanya baik, yang semuanya
bersumber dariNya, dan kebaikan pasti akan menjadikan baik dan mencegah
keburukan. Dan seorang mukmin yang mengharap pahala dari Allah Ta'ala, maka ia
akan di beri ganjaran yang sangat besar,
di antara bentuk dari ganjaran tersebut yaitu hilangnya kesedihan,
kesusahan, kekhawatiran dan yang lainnya".
Dalam
kesempatan yang beliau juga mengatakan: "Tanda kebahagian seorang hamba
yaitu ada pada keikhlasanya kepada Allah Azza wa jalla dan gemar untuk memberi
manfaat apa saja bagi sesama orang".
Tiga belas
Banyak berdzikir kepada
Allah Azza wa jalla
Termasuk
sebab supaya hati bisa menjadi lapang dan lebih khusus lagi rasa sedih akan
segera hilang tatkala turun sebuah musibah yaitu banyak berdzikir kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala tanpa mengenal batas setiap waktu dan keadaan, maka kalau
mau mempraktekan hal itu dirinya akan menemukan dampak yang luar biasa pada
tenang, tentram dan lapangnya hati. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {#wr& Ìò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# 28 } [سورة الرعد : 28]
"Ingatlah,
hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram". QS ar-Ra'du: 28.
Seperti berdzikir sebagaimana yang Allah Ta'ala
firmankan dalam ayat ini:
قال الله تعالى: { $uZç6ó¡ym ª!$# zN÷èÏRur ã@Å2uqø9$# 156 } ( سورة آل عمران: 173)
"Cukuplah Allah menjadi penolong
Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". QS al-'Imran: 173.
Do'a inilah
yang di ucapkan oleh Nabi Ibrahim tatkala beliau di lempar masuk kedalam
kobaran api. Dan Nabi Shalallah 'alaihi wa sallam ketika di katakana pada
beliau ayat ini:
قال الله تعالى: { ¨bÎ) }¨$¨Z9$# ôs% (#qãèuKy_ öNä3s9 öNèdöqt±÷z$$sù öNèdy#tsù $YZ»yJÎ) (#qä9$s%ur $uZç6ó¡ym ª!$# zN÷èÏRur ã@Å2uqø9$# 173 } ( سورة آل عمران: 156)
"Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".
QS
al-'Imran: 173.
Maka beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لا حول ولا قوة إلا
بالله" [ رواه البخاري].
"Tiada
daya dan upaya melainkan dari Allah Ta'ala" HR Bukhari.
Ringkas
kata bahwa dzikir kepada Allah Azza wa jalla mempunyai dampak yang besar untuk
bisa meraih apa yang di inginkan, lebih khusus dari itu kalau sekiranya dalam
berdzikir tersebut seorang hamba mengharap kepada Allah Ta'ala pahala dan
ganjaranNya.
Empat belas
Jangan sampai
mendatangi perkara yang haram
Jika ada seorang yang mempunyai sebuah
masalah dan dirinya mengetahui sebabnya, seperti halnya mempunyai masalah cerai
dengan istri atau suaminya atau berpisah atau yang lainya dari masalah
kehidupan yang ada, maka biasanya dia berusaha keras untuk mencari solusi dan
jalan keluarnya dari perkara yang baru di alaminya tersebut, terkadang
perkaranya sulit dan jalan keluarnya seperti tertutup terlebih lagi di barengi
dengan rasa takut dan lemah, maka terkadang terlintas di dalam pikiranya niat
untuk mengerjakan sesuatu yang tidak di bolehkan, seperti misalnya pergi ke
paranormal, dukun atau tukang sihir. Yang terkadang sebagian orang menyangka
bahwa itu bisa menyelesaikan masalah atau dapat menyembuhkan rasa sakitnya,
atau sebagian menolak sakit tersebut dengan menggembalikan, seperti sangkaan
mereka, kepada pelakunya dengan menggunakan sihir kembali, yang merusak dan
menghancurkan kehidupanya, sebagai bentuk balsan padanya. Maka perbuatan
semacam ini tidak di bolehkan.
Adapun anda,
wahai orang yang sedang di timpa musibah, maka Allah Ta'ala yang akan memberi
ganjaran padamu, jika engkau sabar, jangan kamu rusak kehidupanmu dengan
berbuat maksiat kepada Allah Azza wa jalla, baik maksiat itu dengan sihir,
mengganggu orang lain atau yang lainya.
Lima belas
Adakalanya kamu
membenci sesuatu padahal itu adalah yang terbaik buat dirimu
Pandangan
seseorang itu sangat terbatas sedangkan ilmu dan pemahamannya juga sedikit,
tidaklah dirinya melihat pada hari ini di timpa oleh musibah dan bencana yang
terkadang pada akhirnya pada masa yang akan datang sebagai bentuk pemberian dan
anugrah. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ) وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ
شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
٢١٦ ( ( سورة البقرة : 216)
"Boleh Jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui". QS al-Baqarah: 216.
Di dalam
ayat ini ada beberapa hukum, rahasia dan kemaslahatan bagi seorang hamba. Maka
jika seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang ia benci terkadang bisa
mendatangkan dengan sesuatu yang ia cintai, atau kebalikanya kalau yang ia
cintai tersebut terkadang bisa mendatangkan yang ia benci, sehingga tidak
menjamin bahwa datangnya kerusakan tersebut tidak mempunyai sisi kebaikan sama
sekali, dan jangan sampai dirinya berputus asa mana kala datang kepadanya
kemudahan dari sisi kerusakan yang ikut bersamanya, di karenakan dirinya tidak
mengetahui akhir dari akibat itu semua. Dan sesungguhnya Allah Azza wa jalla
mengetahui itu semua yang tidak di ketahui oleh hamba-hambaNya.
Betapa banyak
di dapati ada seorang wanita yang di cerai oleh suaminya, namun dengan sebab
cerai tersebut menjadi kebaikan bagi dirinya, dalam keadaan mengharap pahala
dan ganjaran, sabar dan berharap, ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Azza
wa jalla, yang pada akhirnya terkadang datang kepada wanita tersebut orang pria
yang lebih baik dari suaminya yang pertama. Betapa banyak di jumpai seorang
bapak yang nampak pada benaknya kekhawatiran terhadap anak-anaknya, maka dengan
sebab itu menjadi langkahnya untuk segera mengoreksi dan memperbaiki perkara
dirinya dalam mendidik anak-anaknya, sehingga itu menjadi kebaikan baginya.
Betapa banyak orang yang mendapat apa yang ia dapat, yang pertama kai dirasakan
adalah kesedihan namun pada akhirnya kebahagian dan kesenangan yang ia peroleh.
Enam belas
Ingat kematian, kubur,
dan hari kiamat
Instropeksi
diri sendiri sekarang menjadi suatu barang yang sangat langka di kerjakan oleh manusia
terlebih pada zaman ini, dan manakala turun sebuah musibah baru dirinya
menghadap kepada Allah Azza wa jalla dengan hatinya, setelah itu ia sadar bahwa
dirinya sangat kurang sekali pada sisi ini (untuk mengoreksi diri sendiri),
sedangkan akalnya mengetahui bahwa kehidupannya yang di inginkan yaitu
kehidupan yang bahagia dan tentram namun dirinya sadar bahwa itu sangat pendek,
tatkala musibah membesar maka perkaranya menjadi jelas kelihatan, kalau
kehidupan tersebut sangat kecil sekali di depan kematian dan sakratul maut,
oleh karena itu jika dirinya ingat kematian maka perkaranya menjadi ringan dan
akan menjadikan dirinya zuhud terhadap dunia, musibah menjadi terasa ringan dan
mudah, terbayang pada dirinya apa yang akan di alaminya nanti pada keadaan yang
lebih hebat dan dahsyat dari musibah yang di alaminya, yaitu pada hari kiamat
ketika semua di nampakan di hadapan Allah Azza wa jalla.
Orang-orang
beriman mereka adalah orang-orang yang paling sabar ketika mendapat musibah,
teguh di dalam kesulitan yang di hadapinya, ridho terhadap rasa sakit yang di
rasakanya, karena mereka tahu kalau umur dunia ini sangatlah pendek di banding
dengan kehidupan akhirat nanti yang kekal abadi, mereka tidak rakus untuk
menjadikan dunia ini sebagai surga sebelum surga yang sebenarnya pada hari
akhir nanti.
Tujuh belas
Berusaha mencari
keridhoan Allah Azza wa jalla
Ini adalah
perkara yang besar, yang sebagian orang telah lalai darinya, terkadang
masalahnya bisa di temukan jalan keluar namun di dalamnya ada perkara yang
samar atau yang makruh, atau pada asalnya memang sudah tidak di bolehkan,
seperti halnya, dirinya langsung mengutamakan ridho atasanya pada perkara yang
haram, atau seorang istri lebih mencari ridho suaminya pada suatu hal yang di
haramkan. sedangkan Allah Subhanahu wa ta'ala murka pada orang yang mencari
ridho makhlukNya dari pada ridhoNya. Hal sebagaimana yang di katakan oleh Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"من التمس رضا الله بسخط
الناس كفاه الله مؤونة الناس ومن التمس رضا الناس بسخط الله وكله الله إلى
الناس" [رواه الترمذي].
"Barangsiapa
yang mencari ridho Allah dengan kemarahan manusia maka Allah akan mencukupkan
dirinya dari manusia, dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan
kemurkaan Allah maka Allah akan serahkan urusanya pada manusia". HR
Tirmidzi.
Oleh sebab
itu hendaknya kita berusaha di dalam mencari jalan keluar dan gagasan atau ide
bukan sesuatu yang di dalamnya ada yang di haramkan, sama saja apakah itu
menzalimi dirinya sendiri atau yang mengakibatkan kepada keharama Allah Ta'ala
atau juga menzalimi orang lain dengan membuang hak-haknya mereka, maka tidak
pernah di temukan adanya kebahagian di dalam maksiat kepada Allah Azza wa
jalla.
Delapan belas
Sebisa mungkin hindari
dahulu menggunakan badan hukum, seperti polisi atau pengadilan, selagi
perkaranya bisa di selesaikan secara kekluargaan
Yang
namanya problem manusia itu berbeda-beda, dan di dalam menghadapinya, kalau
sudah dengan cara yang bagus, sabar dan tenang, tidak tergesa-gesa, sebetulnya
sudah cukup untuk bisa mencari solusi dan menyelesaikan masalahnya, oleh karena
itu hendaknya tidak berpikiran sebisa mungkin untuk segera mengangkat
masalahnya pada badan hukum resmi, sehingga menjadikan pikiran tambah kalut,
hati menjadi terasa sempit dan menambah permusuhan. Bahkan terkadang bisa jadi
masalah tambah menjadi besar, kejelekanya tambah meluas, dan menambah panjang
masalahnya, maka hendaknya menggunakan badan hukum sebagai akhir solusi ketika
sudah buntu tidak menemukan cara yang lain, tentunya setelah memasukan orang
ketiga yang bisa sebagai wasilah, dan setelah mengingatkan akan Allah Azza wa
jalla supaya takut kepadaNya. Karena sebagian perkara terkadang solusinya ada
melalui cara syar'i yang di dalamnya menjaga hak-hak masing-masing orang,
khususnya jika salah satu di antara yang bermusuhan penyebabnya karena sombong,
atau bodoh, melanggar haknya, iri atau dengki.
Sembilan belas
Bertutur kata yang
lembut dan mempunyai tata krama dalam memberi dan mengambil
Sebuah permasalahan bisa terkalahkan
bersama dengan cara yang bagus dalam mengatasinya, meringankan kejadianya dan
meredam agar tidak memuncak, melihat setiap sisi yang ada dalam masalah
tersebut dengan kacamata nyata bukan khayalan di barengi dengan memunculkan
kebaikan-kebaikan yang ada dan menutup hal-hal yang negative, dalam contoh
seperti ini sangat di perlukan ketika sedang dalam masalah rumah tangga antara
suami dan istri, atau juga dalam masalah hubungan dengan saudara karib kerabat,
teman sejawat atau ketika masalah itu terjadi bersama dengan tetangga. Karena
hubungan bersama dengan orang-orang yang tadi, hubunganya panjang dan akan
terus berlanjut, jadi jangan sampai hubungan tersebut di di koyak-koyak dengan
tingkah laku yang buruk pada mereka atau di koyak dengan kalimat yang melukai
persaannya. Namun wajib bagi dirinya untuk menjaga hubungan tersebut dengan
baik. Perhatikan baik-baik firman Allah Subhanahu wa ta'ala berikut ini:
قال الله تعالى: {#tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# 134 } [سورة
آل عمران : 134]
"Dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". QS al-'Imran: 134.
Dalam ayat
di atas di sebutkan supaya perkaranya berkesinambungan mulai dari tingkatan
bawah yaitu menahan amarahnya kemudian memaafkan kesalahan orang tersebut dan
setelah itu naik lagi dengan berbuat baik kepadanya. Barangsiapa yang melakukan
salah satu dari tiga cabang yang terpuji ini maka dirinya akan mendapati dampak
yang luar biasa besarnya, lalu apa kiranya jika sampai ada orang yang di beri
taufik oleh Allah Ta'ala untuk bisa melakukan semua cabang tersebut?!.
Dua puluh
Menambah wawasan
bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah
Jika kepala
di hadapkan dengan sebuah kapak, sebagaimana ada sebuah ungkapan sesorang
supaya cepat untuk memperbaik sebelum ketinggalan dan keburu pergi, maka
sebaik-baik bekal yang bisa menambah ilmu dan amal adalah kembali kepada
Al-Qur'an dan Sunah NabiNya Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Di dalam
buku-buku Islam atau juga dalam kaset-kaset ceramah agama ada begitu banyak
cara yang di sebutkan dalam maslah ini, ia bagaikan sebuah obat yang manjur
dengan izinnya Allah untuk mengatasi berbagai macam bentuk problematika yang
ada, dan sekarang alhamdulilah took kaset dan buku sangat banyak bertebaran,
dengan judul yang berbeda-beda, seperti misalnya kaset atau buku yang membahas
tentang hubungan keluarga antara suami dan istri, atau bagaimana cara mendidik
anak, atau bagaimana menjalin hubungan dengan kerabat, dan lain sebagainya,
yang banyak sekali untuk di sebutkan satu persatu.
Dua puluh Satu
Banyak berdo'a dan
merendahkan diri kepada Allah Azza wa jalla
Tidak sampai kita di hampiri yang namanya
kesedihan kesusahan melainkan di sebabkan oleh banyaknya dosa-dosa yang kita
lakukan, hal itu persis sekali sebagaimana yang Allah Azza wa jalla firmankan
dalam kitabNya yang suci, Allah berfirman:
قال الله تعالى: { فَكُلًّا أَخَذۡنَا بِذَنۢبِهِۦۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِ
حَاصِبٗا وَمِنۡهُم مَّنۡ أَخَذَتۡهُ ٱلصَّيۡحَةُ وَمِنۡهُم مَّنۡ خَسَفۡنَا
بِهِ ٱلۡأَرۡضَ وَمِنۡهُم مَّنۡ أَغۡرَقۡنَاۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن
كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٤٠ } [سورة العَنكَبُوتِ: 40]
"Maka masing-masing (mereka itu)
Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras
yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan
di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri". QS al-'Ankabut: 40.
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ
عَن كَثِيرٖ ٣٠ }
[سورة الشُّورَىٰ: 30]
"Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)". QS asy-Syuura: 30.
Lihatlah
Muhammad bin Sirin ini berkata tatkala dirinya di tagih hutang, maka dirinya
sadar dengan mengatakan: "Sesungguhnya saya tahu kalau kesulitan ini di
sebabkan dosa yang saya lakukan empat puluh tahun yang lampau".
Berapa
banyak yang telah kita lampaui aturan Allah Ta'ala tersebut, betapa banyak dosa
dan maksiat yang sudah kita lakukan, namun Allah Subhanahu wa ta'ala masih saja
menyayangi kita dan memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan kita,
mana kala orang itu kondisinya dalam keadaan lemah tatkala di timpa musibah,
maka di bukankan baginya pintu kembali dan taubat kepada Allah Ta'ala, dan
ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Azza wa jalla Maha menerima taubat dari para
hambaNya dan mengampuni dari kesalahan-kesalahanya. Ada sebuah kata-kata
mutiara yang patut kita camkan, di katakan: "Tidaklah bencana itu turun
melainkan dengan sebab dosa yang telah di kerjakan, dan tidak mungkin bencana
itu hilang melainkan dengan taubat kepada Allah Azza wa jalla".
Dua puluh dua
Jangan menganggap
ringan dalam masalah usil dengan orang lain
Setiap
muslim mengetahui kalau menyakiti orang lain lebih khusus lagi kalau
menyakitnya dengan ucapan yang jelek dan tuduhan keji, bahwa itu adalah sesuatu
yang sebenarnya tidak banyak merugikan dirinya, namun yang merugikan mereka
yaitu khususnya jika kamu tahu ucapan yang sangat indah dari Imam Syafi'i yang
mana beliau pernah mengatakan: "Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya
bisa selamat dari celaan orang lain maka dia adalah orang yang gila, karena ada
orang yang mengatakan: "Bahwa Allah itu adalah tiga tapi jadi satu (aqidah
trinitasnya orang Kristen.pent), ada lagi yang mengatakan kalau Nabi Muhammad
Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah tukang sihir dan orang gila, lantas apa
pendapatmu dengan yang lebih rendah dari Allah Ta'ala dan Nabi Muhammad
Shalallahu 'alaihi wa sallam (tentu lebih tidak selamat lagi dari celaan
orang)".
Kedudukan Rububiyah
(ke Tuhanan.pent) saja masih tidak selamat dari ucapan dan tudahan keji, begitu
juga kedudukan kenabian tidak bisa selamat dari kata-kata kotor dan keji, lalu
apa jadinya dengan pembicaraan dan ucapan orang lain terhadapmu, maka itu lebih
mungkin lagi terjadi. Oleh karena itu peganglah do'a ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "اللهم اكفينهم بما
شئت".
"Ya
Allah cukupkanlah hamba (dari kejelakan mereka) dengan yang Engkau kehendaki".
Barangsiapa
yang mau menjaga lisannya maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan memuliakan
dirinya dengan ganjaran dan pahala terlebih kalau mau menjaga lisannya pada
perkara mengejek orang lain, atau menggunjing mereka atau membeberkan rahasia
mereka pada orang banyak atau yang lainnya. Dan kabar gembira baginya dengan
kebaikan yang akan di hadiahkan kepadanya sedangkan dirimu sudah lupa tidak
teringat apa-apa lagi, kecuali nanti ketika di bagikan catatan amalan kamu baru
teringat hal tersebut, pada hari yang sangat agung yaitu hari kiamat. Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam memberi nasehat yang sangt agung pada kita semua
dengan sebuah sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"أمسك عليك لسانك، وليسعك
بيتك، وابك على خطيبتك" [رواه الترمذي ]
"Jagalah
lisanmu, dan lindungi rumahmu, menangislah kamu dari kesalahan yang telah kamu
perbuat". HR Tirmidzi.
Dua puluh tiga
Segera mendatangi
sholat berjamaah
Di dalam
sholat ada ketenangan jiwa dan ketentraman bagi pikiran, sholat merupakan pintu
dari pintu-pintu yang denganya bisa membantu untuk menghilangkan dan menutup
penatnya dunia. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {#t(#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# 45 } [سورة البقرة : 45]
"Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu". QS al-Baqarah: 45.
Adalah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan
kepada Bilal: "Wahai Bilal berilah kita waktu jeda (dari kesibukan dunia)
dengan sholat".
Di dalam
sholat kita bisa mengeluarkan keluh kesah dan gundah kelana yang sedang kita
rasakan kepada Allah Azza wa jalla ketika kita sedang sujud, menunjukan
kepasrahan dan ketundukan di hadapanNya, sungguh di dalam sholat ada kenikmatan
yang besar, di mulai dari berwudhu kemudian sholat, ketika engkau berdiri untuk
sholat maka tidak ada lagi penghalang tabir antara dirimu dan Allah Azza wa
jalla. Sesungguhnya sholat merupakan nikmat yang agung sebagai penengah antara
problematika dan kesedihan, rasa bahagia dan senang mana kala bermunajat kepada
Rabb alam semesta untuk memotong sulitnya kehidupan di dunia ini.
Dua puluh empat
kabar gembira dengan
pahala yang besar
Allah
Ta'ala telah menjanjikan pahala dan ganjaran yang besar, akan mengangkat
derajatnya dan menghapus kesalahan-kesalahannya, bagi siapa saja yang sedang di
timpa kesedihan, kesusahan, dan kegalauan. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman
tentang orang-orang yang sedang di rundung musibah:
قال الله تعالى: {$yJ¯RÎ) ®ûuqã tbrçÉ9»¢Á9$# Nèdtô_r& ÎötóÎ/ 5>$|¡Ïm 10} [سورة الزمر : 10]
"Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". QS az-Zumar: 10.
Dalam sebuah hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"ما يصيب المؤمن من وصب ولا
نصب ولا هم ولا حزن ولا غم ولا أذى حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من
خطاياه" [متفق عليه].
"Tidaklah
seorang mukmin itu di timpa rasa sakit, tidak pula cobaan, kesedihan, kesusahan
dan kegalauan, tidak juga musibah sampai duri yang di injaknya melainkan Allah
akan menghapus dengan sebab itu dari kesalahan-kesalahanya".
Mutafaq'alaihi.
Ketika Ummu
Ibrahim yang ahli ibadah itu di tabrak seekor kuda sampai mematahkan salah satu
kakinya sehingga para tetangganya datang untuk menjenguknya, dia mengatakan:
"Kalau lah sekiranya tidak ada cobaan di dunia ini, tentulah kita akan
meninggalkan dunia ini bagaikan orang yang bangkrut".
Tatkala tali
sendalnya Khalifah Umar bin Khatab semoga Allah meridhoinya putus maka beliau
mengucapkan kalimat istirjaa' sambil mengatakan: "Setiap sesuatu yang
jelek maka itu merupakan musibah
bagimu"
Berkata Ibnu
Abi Dunya: "Mereka (para salaf) mengharap ketika terkena demam semalaman,
supaya bisa menghapus dosa-dosanya yang telah lampau".
Imam Nawawi
mengatakan di dalam kitabnya syarh Shahih Muslim ketika menjelaskan sabda Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"ما من مسلم يشاك بشوكة فما
فوقها، إلا كتب له بها درجة ومحيت عنه بها خطيئة" وفي رواية: "إلا رفعه
الله بها درجة، أو حط عنه خطيئة".
"Tidaklah
seorang muslim terkena duri atau yang lebih besar (dari duri), melainkan di
tulis (supaya) di naikan satu derajat baginya dan di hapus dengan sebab itu
kesalahannya". Dalam riwayat
yang lain: "Melainkan Allah Ta'ala akan mengangkat derajatnya dan
menghapus kesalahanya".
Beliau, Imam Nawawi mengatakan: "Di dalam
hadits-hadits ini sebagai kabar gembira yang agung bagi kaum muslimin,
sesungguhnya walaupun sedikit saja ada salah seorang muslim yang tertimpa dari
perkara-perkara ini, maka di dalamnya ada penghapus dosa dan kesalahan, baik
itu dengan penyakit, cobaan, musibah dunia dan kesedihannya, walaupun hanya
sedikit yang dia rasakan".
Dua puluh lima
Mengetahui bahwa
musibah yang di alaminya bukan yang terbesar
Bencana dan
musibah itu biasanya jenis dan tingkatanya pasti berbeda-beda dan setiap
jenisnya sesuai dengan kondisi yang ada, namun ada bencana yang paling besar
yaitu bencana yang menimpa di dalam agama seseorang, ia merupakan bencana yang
paling besar yang ada di dunia ini, sedangkan di akhirat nanti ia akan menjadi
bumerang baginya, orang yang terkena musibah di dalam agamanya seperti halnya
kerugian yang tidak ada kesempatan untuk bisa untung lagi setelahnya,
mengharamkan sesuatu yang seharusnya tidak di inginkan bersamanya. Dan
mengherankan sekali kalau ada seorang wanita yang merasa sedih, susah dan
gundah mana kala di tinggal oleh suaminya untuk menikah lagi, sedangkan
beberapa bulan sebelum kejadian tersebut dia memasukan kerumahnya televisi
lengkap dengan parabolanya, yang isinya pebuh dengan kemungkaran, namun dirinya
tidak merasa sedih dan khawatir seperti halnya tatkala di tinggal suaminya
menikah lagi, sedangkan suami menikah lagi adalah perkara yang di bolehkan
dalam agama, Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang Maha Agung ketika fitrah
manusia sudah terbolak-balik.
Dua puluh enam
Memperhatikan
nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang lainnya
Termasuk
sebab terbesar untuk meringankan musibah yang menimpa, yaitu seseorang
merasakan nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang telah di berikan kepadanya,
ada nikmat hidup, di mana dirinya masih bisa sholat, beristighfar dan berpuasa.
Ada lagi nikmat kedua kaki yang bisa ia gunakan untuk berjalan tanpa harus
menggunkan kursi roda. Ada lagi nikmat yang lain yaitu di beri dua tangan, dua
mata dan nikmat-nikmat yang lainnya, di banding dengan orang yang mengalami
lumpuh mau pun buta, begitu seterusnya.
Berkata
sebagian ulama salaf: "Mengingat nikmat-nikmat Allah akan melahirkan
kecintaan kepada Allah Ta'ala". Ketika ada seseorang melihat di tangan
Muhammad bin Waasi' bisul yang bernanah maka dirinya kaget terperanjat, lalu
Muhammad bin Waasi' berkata padanya: "Alhamdulillah (saya masih bersyukur)
yang mana Allah Ta'ala tidak menjadikan (penyakit ini) di lidahku, tidak juga
di ujung kedua mataku ini".
Ada seorang
laki-laki yang datang kepada Yunus bin Abid mengadu padanya keadaan dirinya
yang selalu saja susah mencari penghidupan, berharap dirinya mendapat bantuan
atau saran dari beliau, Yunus bin Abid mengatakan: "Maukah kedua matamu
itu saya ganti dengan seratus ribu dirham? Dia cepat menjawab: "Tentu
tidak, ya Syaikh? Beliau bertanya lagi: "kalau begitu kedua telingamu?
Lidahmu? Akal pikiranmu? Dia pun tetap tegas menjawab: "Tentu tidak
mau". Lantas beliau menyebut beberapa nikmat Allah Ta'ala lainya yang
telah di berikan padanya, kemudian Yunus bin Abid berkata padanya: "Sekarang
kamu mempunyai puluhan ribu juta dan kamu masih saja mengeluh masih
kekurangan?!
Sesungguhnya
seseorang jika selalu mengingat
nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang telah di berikan padanya, mana kala
dirinya sedang di rundung musibah, maka perkaranya akan menjadi ringan, musibah
pun terasa enteng di pikul di atas pundaknya, sehingga pada akhirnya menjadikan
dirinya bersyukur kepada Allah Ta'ala dan terasa ringan beban musibah yang di
alaminya.
Dua puluh tujuh
Ketika mengambil
keputusan, timbang baik buruknya secara matang
Yaitu
dengan cara menggabungkan semua hasil dari sisi negatif dan postifnya, dengan
menjadikan pada setiap solusi ada sisi posotifnya dan sisi negatifnya lalu di
tulis di atas kertas, dengan membuat skema menjadi seratus persen antara sisi
positif dan negatifnya. Kemudian setelah itu menimbang angka nominal yang di
dapat dengan berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi sisi negatifnya karena
terkadang dampak yang akan di dapat adalah untuk masa depannya. Sehingga kita
bisa keluar dari masalah tersebut dengan solusi yang tepat dengan hasil dan
dampak posotif yang sesuai.
Dan gambaran
untuk lebih mudahnya, di sini saya buat perumpamaan masalah yang terjadi dalam
rumah tangga, ketika seorang perempuan terjadi masalah antara dirinya dengan
suaminya, maka di sini bisa keluar dari masalah tersebut dengan beberapa solusi
yang ada:
Cara pertama: Memilih untuk keluar dari rumahnya
menuju rumah orang tuanya. Sisi positifnya misalkan tujuh puluh sedangkan sisi
negatifnya tiga puluh.
Cara kedua: Mengasih tahu mertuanya, misalkan
atau imam masjid tentang kejadiannya melalui suaminya. Dalam solusi ini
misalkan sisi positifnya lima pula, sisi negatifnya juga lima puluh.
Cara ketiga: Memilih untuk bersabar dan berusaha
untuk mencari solusi yang lainya. Misalkan sisi positifnya delapan puluh dan
sisi negatifnya dua puluh.
Pada kasus
seperti di atas, dengan di buat skema seperti tadi maka akan menjadi jelas, dan
yang paling sedikit membawa madharat untuk melepas masalah tersebut adalah
solusi yang terakhir, karena dampak negatifnya paling sedikit. Maka dengan itu
dia memutuskan untuk mengambil cara tersebut.
Dua puluh delapan
Memasukan orang ketiga
untuk di mintai pendapatnya
Sebagian
kejadian atau masalah terkadang di butuhkan masuknya orang ketiga yang tepat
untuk bisa mengatasi masalah tersebut, seperti contoh misalnya seorang
perempuan yang mempunyai suami yang tidak mau sholat di masjid bersama jama'ah,
termasuk salah satu solusi yang paling sesuai pada kasus besar yang semacam ini
adalah memasukan orang ketiga yang tidak lain yaitu imam masjid, untuk
bisa menyelesaikan masalah suaminya yang
tidak mau sholat di masjid, yaitu dengan mengundang imam masjid datang
kerumahnya dan bertamu pada suaminya dengan pembicaraan ringan yang berkaitan
dengan masalah sholat. Sedangkan dalam masalah yang lain, seperti dalam
mendidik anak, maka bisa memasukan orang ketiga dari pihak saudara dekat maupun
guru sekolahnya, demikian seterusnya.
Dan perlu di
ingat di sini, bahwa ketika sudah memasukan orang ketiga maka masukan dia pada
pokok masalahnya, dengan membicarakan bersama mereka pada akar masalahnya saja,
dengan artian jangan sampai pembicaraanya
melampaui batas sehingga masuk pada perkara lain atau masuk pada
permasalahan yang sudah usang, begitu seterusnya. Namun membicarakan hal-hal
yang positif sehingga bisa sebagai pintu masuk yang berada ditengah-tengah
solusi.
Dua puluh Sembilan
Berusaha mencari sebab
munculnya masalah
Biasanya
sebuah masalah itu tidak datang begitu saja secara tiba-tiba namun pasti ada
penyebab yang muncul sebelumnya sampai terjadi masalahnya. Dari sisi pendidikan
misalkan, tidak mungkin seorang anak remaja baik putra maupun putri bisa tiba-tiba
menyeleweng pada pergaulan yang tidak benar dalam sehari semalam, namun pasti
di sertai adanya tahapan sampai pada tingkah laku yang seperti itu baik tahapannya itu panjang maupun pendek, di
tambah lagi dengan adanya alat atau penyebab yang menjadikan remaja itu menjadi
menyeleweng, sepert teman yang buruk misalkan, atau saluran televisi, atau bisa
juga telepon atau hp, dan lain sebagainya. Oleh karena itu termasuk sarana
untuk mengatasi sebuah masalah adalah mengetahui pangkal akar masalahnya, dan
mengatasinya dengan cara yang sempurna bukan sedikit demi sedikit atau bertahap
dengan waktu saja, terkadang mengatasinya itu bisa memanjang sesuai dengan
gerak langkahnya dan sesuai dengan solusi yang di pilihnya serta membekas atau
tidaknya hal tersebut, demikian juga sesuai dengan kepribadian anak yang
menyeleweng tersebut, dan sebab-sebab yang lainya.
Tiga puluh
Menjaga lisan
Sebagian masalah muncul dan yang
menjadi bahan bakarnya adalah lisan, terkadang menyampaikan ucapan seseorang
pada pihak lain, sedangkan perkaranya pada aslinya mudah namun hal itu menjadi
penyebab munculnya sebuah masalah. Oleh karena itu gambaran tentang lidah yang
harus di jauhi oleh seorang muslim ada pada beberapa perkara seperti ghibah
(menggunjing), mengadu domba, bohong, dusta, mengolok-olok, mencibir,
menghujat, mencela dan melaknat, ini harus di tinggalkan oleh seorang muslim,
lantas bagaimana kalau seandainya hal itu menjadi penyebab munculnya sebuah
masalah, dan dada terasa bergemuruh (mendengar ucapan yang dikatakannya)? Tidak
mengapa sebetulnya bagimu namun terkadang orang lain terkena penyakit seperti
di atas lalu keluar begitu saja tanpa bersalah dari lidahnya, maka yang terbaik
bagi dirimu jangan terpancing dan jangan di gubris, bertawakallah kepada Allah
Ta'ala dan memohon supaya di selamatkan dari keburukan lidahnya dan di jauhkan
dari kejelekannya.
Tiga puluh Satu
Mengatasi sebuah
masalah bukan berarti menghukumi dan menyelesaikan seluruhnya
Namun jika terjadi sebuah musibah
seperti perceraian misalnya maka cukup berhenti pada solusi yang di dapat untuk
mengatasi permasalahannya dan berhenti pada batasannya, jangan sampai malah menyebar kemana-mana dan
merusak yang lainya, sehingga hubungan setelah perceraian menjadi rusak, apa
lagi jika terjadi perceraian namun di situ melibatkan anak-anak yang di
tinggalkan, (maka) dengan sebab hubungan yang jelek tersebut mereka jadi
korbannya. kemudian juga (pada akhirnya) mungkin permasalahan cerainya sudah
dapat teratasi, semuanya kembali seperti sedia kala, suami kembali lagi bersama
istrinya, ibu kembali kerumahnya lagi dan anak-anak kembali kerumahnya. Maka
cukup hanya dengan mengatasi masalahnya tanpa harus tersebar beritanya kesana-kemari.
Jika ada orang tertimpa musibah
tangannya patah misalkan kemudian datang ke dokter, maka dalam kasus seperti
ini (ada) sebab yang bisa di pahami darinya, karena tanganya mau tidak mau
harus diperban dan gips sampai bisa sembuh sedikit demi sedikit, kemudian diobati
begitu seterusnya sampai sembuh dengan cara yang benar.
Tiga puluh dua
Jangan sampai masalah
itu mengambil seluruh waktu hidupmu
Tidak
dipungkiri bahwa problem yang sedang terjadi itu sangat besar dan sulit untuk
di atasi sebagaimana persangkaan orang, namun hal itu tidak bisa di benarkan
seratus persen sampai menyangka sejauh itu. Jangan sampai sebuah problem
mengambil seluruh waktu yang kamu miliki, jangan sampai waktu-waktu emasmu dan
pikiranmu terkuras habis hanya untuk masalah yang sedang kamu hadapi, yang pada
nantinya justru akan mengantarkan pada problem yang lain, dan membuat pekerjaan
yang lain rusak, demikian juga menambah risau, gelisah dan gangguan psikologi.
Akan tetapi jadikan masalahnya sesuai dengan ukurannya, dudukan pada posisinya
yang pas, kerjakan pekerjaan yang biasa kamu kerjakan, bahkan kalau mungkin
jadikan tambahan waktu untuk melepas lelah, dan menjernihkan pikiran, misalnya
dengan bertemu bersama kenalan atau teman dekat sehingga pikiran bisa
konsentrasi kembali dan melupakan problem yang sedang di hadapinya.
Tiga puluh tiga
Mengetahui kepribadian
orang yang sedang mempunyai masalah bersamamu
Sebagian
problem biasanya di jumpai ada pihak lain dari orang kedua, ketiga dan
seterusnya. Seperti dalam rumah tangga antara suami dan istri atau anak bersama
keluarganya. Dan dengan mengetahui kepribadian orang lain maka menjadikan suatu
hal yang sangat menentukan manakala akan mengambil sebuah keputusan yang cocok,
sebagian di antara mereka ada yang mudah pembawaanya, sebagian lagi ada yang
lembut dan bijaksana, yang lain lagi suka menyesali perbuatanya dan cepat kembali
jika di ingatkan, ada lagi yang jika di ingatkan kepada Allah Ta'ala langsung
takut, demikian seterusnya. Terkadang hal itu menjadi sebab teratasinya sebuah
masalah dengan cara mengetahui kepribadian orang dengan cara yang benar.
Tiga puluh empat
Lingkungan yang ada di
sekelilingnya
Setiap
problem atau masalah mempunyai lingkungan yang ia tumbuh di dalamnya, maka kita
harus paham dengan adanya orang yang bisa di jadikan sebagai penengah, karena
ada orang yang gampang percaya manakala ada penengah yang di percayainya.
Dengan cara mengirim surat pada penengah tersebut supaya di perhatikan cara
berpikirnya, sejauh mana cara pandangnya, dan apa yang harus di lakukan serta
bagaimana harus berbuat? Demikian, dan sebagian orang ada yang mereka anggap sebagai
tempat untuk mengadu pada setiap urusanya, untuk meminta pendapat padanya siapa
yang harus di mintai pendapatnya? Kepada siapa harus mengungkapkan? Maka
terkadang setelah itu keputusan di ambil lewat cara orang yang di anggap
mempunyai kedudukan sebagai penengah seperti dari kerabat dekat atau teman atau
kenalan atau yang lainnya.
Tiga puluh lima
Mengetahui secara luas
keadaan orang lain
Di
sebagian tempat biasa seseorang berkumpul bersama saudara atau teman dekatnya,
terkadang di dalam pembicaraan mereka ada masalah yang terkadang mirip sekali
dengan masalah yang sedang di hadapinya, maka biarkan orang-orang yang hadir di
situ berbicara dan mengemukan pendapatnya masing-masing guna memilih dan
mencari solusi yang terbaik (bagi masalah tersebut). Adapun dirimu lebih baik
diam dan menyimak pembicaraan mereka sambil memilih jalan terbaik yang paling
sesuai untuk mengatasi masalahmu. Dalam hal seperti ini maka engkau akan
melihat bagaimana keadaan orang lain, dan bagaimana bahwa di antara mereka juga
ada bahkan banyak yang mengalami masalah dan musibah? Bahkan barangkali masalah
dan musibah yang sedang mereka hadapi lebih berat dari yang kamu alami. Dan
dalam pembicaraan orang lain kita bisa menghibur hati, bahwa kiranya engkau
bukan sendirian yang sedang mengalami masalah, dan ternyata tidak ada rumah
melainkan di hampiri masalah (baik masalahnya kecil mau pun besar), namun
keadaaan orang tertutupi, dan isi dalam rumah juga tertutupi sedangkan yang
mengetahui keadaan mereka semua hanya Allah Azza wa jalla.
Tiga puluh enam
Mendatangi konsultan
yang bisa di percaya
Pada zaman
sekarang ini banyak sekali bermunculan kantor atau pusat-pusat konsultasi,
lebih khusus lagi yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, dan bagaimana cara
menyelesaikan perselisihan dan perbedaan yang ada antara keduanya.
Demikian
juga ada kosultan yang menangani bagaimana cara mendidik anak. Dan yang paling
bagus cara mendidik mereka dan di antara pusat pelayanan kosultasi tersebut
adalah yang berada di bawah yayasan sosial, seperti proyek Syaikh Abdul Aziz
untuk membantu remaja menikah. Di antaranya juga ada berdiri sendiri atau
berhubungan dengan yayasan yang lain. Mungkin dengan mendatangi tempat-tempat
seperti itu ada ide dan gagasan yang bagus dan berguna.
Tiga puluh tujuh
Meminta pendapat pada
orang lain
Jika
seseorang terkena masalah dari permasalahan dunia, maka dirinya membutuhkan
cara untuk bisa menyelesaikan dan lepas dari masalah tersebut dengan meminta
bantuan orang yang mempunyai pemikiran yang bagus dan jernih, untuk membantu
menyelesaikan masalahnya, tentunya setelah meminta pertolongan terlebih dahulu
kepada Allah Azza wa jalla. Namun di sini muncul sebuah pertanyaan yang sangat
penting dalam kasus yang semacam ini, pada siapa kita seharusnya meminta
pendapat? Kepada siapa kita tuangkan segala unek-unek dan keluh kesah kita?
Berkata Umar
bin Khattab semoga Allah meridhoinya: "Jangan membicarakan (masalahmu)
pada orang yang tidak bisa membantumu, kenali musuhmu, hati-hati pada temanmu
kecuali orang yang bisa di percaya, dan tidak ada yang bisa di percaya
melainkan orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla, jangan (coba-coba)
berjalan bersama orang fajir karena dia akan mengajari kamu bagaimana berbuat fajir.
Jangan sebarkan rahasia pribadimu dan jangan mengajak bermusyawarah pada
perkaramu melainkan orang-orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla".
Siapa yang
mau memperhatikan keadaan para konsultan pada zaman ini maka dia akan
terheran-heran, karena di antara mereka ada yang memang tidak berpengalaman
dalam masalah ini. Ada lagi yang lain yang tidak mempunyai ilmu dan paham
dengan ilmu syar'i, yang bisa menunjuki pekerjaannya, yang lain lagi ada
konsultan di kalangan perempuan, (yang) di dapati ketika ada orang yang
berkonsultasi dengannya maka dia dengan terburu-burunya memberi keputusan
dengan menganjurkan supaya meninggalkan suaminya, sambil panjang lebar
menjelaskan bahwa tidak ada faidahnya tinggal bersamanya lagi, kemudian sang
wanita yang berkonsultasi tersebut setelah selesai berbicara dengannya,
langsung menemui suaminya dan minta cerai darinya. Dia biarkan wanita malang
tersebut merasakan pahitnya akibat dari anjuran sang konsultan tersebut dengan
perceraian dan perpisahan bersama suaminya. Bahkan di sana ada orang yang
setelah berkonsultasi pada mereka itu
pulangnya membawa iri dan dengki yang membara di dalam hatinya.
Adapun usalan
yang pertama hendaknya berkonsultasi kepada orang-orang yang jauh hubungan
darinya, sehingga bisa menjaga rahasia dan permasalahanya, jauh untuk
menyebarkan luaskan.
Sedangkan
usulan yang lain bahwa orang yang sebaiknya di ajak untuk berkonsultasi
hendaknya mereka para ulama dan orang sholeh, karena akan terjaga rahasianya
dan tidak di sebarkan ke seorang pun, karena melihat begitu banyaknya orang
yang datang kepada para ulama dan para syaikh, sedangkan yang lain karena
mereka adalah orang-orang yang sholeh dan wara' yang akan menunjukan kepadamu
untuk menyelesaikan masalah dengan ilmu dan cahaya dengan izin Allah Ta'ala.
Dan tidak mengapa kalau sekiranya kamu lebih banyak lagi berhubungan atau
berkonsultasi dengan para penuntut ilmu yang mumpuni, karena melepas problem
bukan seperti meminta fatwa.
Karena sudah
menjadi kebiasaan bahwa yang namanya sebuah problem, biasanya harus panjang
lebar menjelaskan duduk permasalahanya, maka saya anjurkan supaya menghubungi
para penuntut ilmu terlebih dahulu sebelum para masyayaikh besar, dikarenakan
sempitnya waktu yang mereka miliki dan kesibukan yang mereka hadapi dengan
urusan memberi fatwa. Bersamaan dengan itu juga dirinya harus teliti di dalam
memilih pendapat secara adil yaitu dengan membandingkan pendapat yang lain
secara imbang sehingga penyelesaianya bisa lebih positif hasilnya.
Tiga puluh delapan
Kerjakan sholat
Istikharoh
Setelah engkau mendengar dan
mempunyai beberapa solusi yang ingin engkau pilih, yang melekat di dalam hati,
maka setelah berkonsultasi pada orang yang kamu anggap mampu dan mendengar
pendapat dan anjurannya untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi, maka
lakukanlah sholat istikharoh yang telah di ajarkan oleh Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam kepada kita sebagaimana telah shahih dalam sebuah hadits.
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalau salah seorang di
antara kalian hendak melakukan sesuatu hal, hendaknya ia melaksanakan sholat
dua rakaat selain sholat wajib, kemudian berdoa:
[
اللهم إني أستخيرك بعلمك، وأستقدرك بقدرتك، وأسألك من فضلك العظيم، فإنك تقدر ولا
أقدر، وتعلم ولا أعلم وأنت علام الغيوب، اللهم فإن كنت تعلم هذا الأمر وتسميه
باسمه، خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري فاقدره ويسره لي ثم بارك لي فيه؛ اللهم
وإن كنت تعلمه شرًا لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري، فاصرفني عنه واصرفه عني، واقدر
لي الخير حيث كان، ثم رضني به ولا حول ولا قوة إلا بالله ]
"Ya Allah, aku memohon pilihan kepadaMu dengan
ilmuMu, aku memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon
kepadaMu keutamaanMu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara
aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya
Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan apa yang menjadi
persoalannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka
takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkanya, kemudian
berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara
ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka jauhkanlah
perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang
baik buat diriku bagaimanapun adanya, kemudian buatlah aku ridha dengannya,
tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah". HR Thabrani dari
Ibnu Umar.
Tiga puluh Sembilan
Semuanya memerlukan
waktu
Waktu
adalah bagian dari solusi (sebuah masalah) bahkan bisa jadi waktu adalah solusi
yang (akan mengobati masalah), yang berjalan dengan sendirinya bersama
berlalunya hari demi hari, dan malam
yang tiada henti, orang yang di tinggal meninggal sudah lupa akan musibahnya,
perempuan yang di cerai telah menikah kembali anaknya yang kecilpun sudah mulai
tumbuh besar, dan ibunya pun telah melupakan anaknya yang telah di susui. Dan
Allah lah tempat meminta pertolongan.
Biarkanlah
hari berlalu, carilah amal sholeh yang bisa mendekatkan dirimu sedekat-dekatnya
kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, hari akan datang silih berganti
mengambil bagiannya. Dan nafas kita ini akan berhenti pada ketentuanNya,
kemudian datanglah penghancur segala kenikmatan membawa hati yang berduka, dan
akal yang telah lelah untuk berpikir, kemudian setelah itu tinggal pembalasan
dan perhitungan di hadapan Allah Ta'ala. Innaa lillahi wa inaa ilaihi
raji'un.
Empat puluh
Menyerahkan semua
urusannya kepada Allah Ta'ala
Seorang
manusia seberapa pun sedih dan merananya di dunia ini, tidak ada yang lain
kecuai sesuatu yang telah di takdirkan baginya oleh Allah Azza wa jalla, maka
jika dia telah berusaha dengan segala kemampuannya, meminta nasehat kesana
kemari pada orang yang dia percayai, sholat istikharoh juga sudah di kerjakan,
namun semua perkaranya berada di tangan Allah Azza wa jalla, yang mengatur
segala urusan makhlukNya sesuai dengan apa yang di kehendakiNya. Oleh karena
itu selalu berbaik sangkalah pada hukum dan ketentuan Allah Azza wa jalla,
terlebih jika dirimu telah berusaha sekuat tenaga. Memujilah kepada Allah
Ta'ala yang telah memberi takdir pada setiap perkara, dan wajib bagimu merasa
bahagia dan senang karena dirimu bisa kembali untuk berpegang pada tiang yang
kokoh dan pada Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lihatlah
keadaan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika dirinya merasa sedih
sekali tatkala di tolak oleh kaumnya setelah usaha dan kemampuan yang beliau
korbankan untuk mendakwahi mereka, maka Allah Azza wa jalla berfirman kepada
beliau, dengan firmanNya:
قال الله تعالى: ) فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ
عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ( ( سورة فاطر: 8)
"Maka janganlah dirimu binasa
karena kesedihan (yang kamu rasakan) terhadap mereka". QS Faathir: 8.
Penutup
Saudaraku,
jika rasa sakit dan kesedihan menerpa dirimu di sebabkan sebuah musibah, dan
segala usaha telah engkau tempuh, namun kegelapan menutup jalannmu, sadarilah
bahwa itu termasuk kejadian dunia yang telah di takdirkan. Oleh karena itu
dirimu harus tunduk dan merasa ridho
dengan apa yang telah di tentukan dan di takdirkan oleh Allah Azza wa jalla, ,
karena ridho dengan qadha dan takdir Allah Azza wa jalla itulah kedudukan yang
utama. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ) قُل لَّن يُصِيبَنَآ
إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ ( ( سورة التوبة : 51)
"Katakanlah: "Sekali-kali
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami.
Dialah pelindung kami". QS at-Taubah: 51.
Kemudian
tingkatan yang kedua adalah sabar dengan musibah yang menimpa, dan tingkatan
sabar ini bagi orang yang tidak mampu untuk ridho dengan qadha Allah Ta'ala,
karena rasa ridha adalah sesuatu yang di anjurkan sedang sabar adalah suatu
kewajiban bagi seorang mukmin kokoh.
Ketahuilah
bahwasanya ketika dirimu ditimpa suatu musibah yang tidak engkau senangi, maka
pahamilah bahwa yang telah mentakdirkan (adanya musibah) adalah Allah Dzat yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Dzat yang berbuat sesuai dengan yang di
kehendaki dan menghukumi apa yang di inginkan. Begitu juga bahwasanya Allah
Ta'ala telah memberi rahmatNya yang bermacam-macam kepada hambaNya tanpa
pamrih, kemudian setelah itu Allah Ta'ala memberi rahmat dan taufikNya kepada
hambaNya untuk bisa bersyukur, merahmatinya dan memberinya ujian, kemudian
setelah itu memberi rahmat dan taufikNya untuk bisa bersabar, maka keridhoan
kepada Allah Ta'ala di dahulukan atas segala yang telah kita rencanakan, karena
manusia merencanakan tetapi Allahlah yang menentukan, Allah Ta'ala juga
menyayangi dengan menjadikan adanya musibah tersebut sebagai penghapus dosa dan
kesalahannya serta menambah kebaikan dan mengangkat derajatnya.
Daftar isi
- Pendahuluan
- Pembukaan
- Mengucapkan kalimat istirjaa' tatkala
terkena musibah
- Tidak terburu-buru
- Sabar
- Berbaik sangka
- Menutupi problemnya dan tidak mengatakan
pada orang lain
- Jadikan sesuai dengan porsinya dan tidak
membesar-besarkan masalahnya
- Mencari solusi dengan cara yang baik
- Seseorang melihat seberapa jauh problem
yang sedang di hadapinya sampai dia sadar kalau itu bukan yang
sesungguhnya
- Banyak beristighfar
- Berdo'a dengan do'a-do'a yang shahih dari
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
- Tawakal kepada Allah Azza wa jalla
- Berbuat baik pada orang lain dengan
ucapan, perbuatan dan berbagai macam kebaikan yang lainnya
- Memperbanyak dzikir kepada Allah Azza wa
jalla
- Jangan sampai mendatangi yang haram
- Engkau mengira kalau itu buruk bagimu
padahal itu adalah yang terbaik buatmu
- Mengingat kematian, alam kubur, dan hari
kiamat
- Mencari ridho Allah Azza wa jalla
- Sebisa mungkin hindari dahulu menggunakan
badan hukum, seperti polisi atau pengadilan, selagi perkaranya bisa di
selesaikan secara kekeluargaan
- Bertutur kata yang lembut dan mempunyai
tata krama dalam memberi dan mengambil
- Menambah wawasan bagiamana cara
menyelesaikan sebuah masalah
- Berdo'a dan banyak beribadah kepada Allah
Azza wa jalla
- Jangan usil pada orang lain
- Segera mendatangi sholat jama'ah
- Kabar gembira untuk mendapat pahala yang
besar
- Mengetahui bahwa itu bukan musibah yang
terbesar
- Memperhatikan nikmat-nikmat Allah Azza wa
jalla yang lainnya
- Ketika mengambil keputusan, timbang baik
buruknya secara matang
- Memasukan orang ketiga untuk di mintai
pendapatnya
- Berusaha mencari sebab munculnya masalah
- Menjaga lisan
- Mengatasi sebuah masalah bukan berarti
menghukumi dan menghabisi seluruhnya
- Jangan sampai masalah itu mengambil
seluruh waktu hidupmu
- Mengetahui kepribadian orang yang sedang
mempunyai masalah bersamamu
- Lingkungan yang ada di sekelilingnya
- Mendatangi konsultan yang bisa di percaya
- Meminta pendapat pada orang lain
- Kerjakan sholat Istikharoh
- Semuanya memerlukan waktu
- Menyerahkan semua urusannya kepada Allah
Ta'ala
- Penutup
Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah Kami kembali.
kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Dan disunatkan menyebutnya waktu ditimpa musibah
baik besar maupun kecil.
Post a Comment