Biografi Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu
Biografi Ali bin
Abi Thalib Radhiyallahu’anhu
Ini
adalah cuplikan dari kehidupan seorang tokoh terkemuka umat ini, dan seorang
pahalwan. Dia adalah seorang shahabat Rasulullah saw yang mulia. Kita akan
berusaha memetik beberapa pelajaran penting dan ibroh dari perjalanan
kehidupannya. Shahabat yang satu ini lahir pada tahun kedua puluh sebelum
kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang
pertama yang masuk Islam dari golongan anak keci;. Nabi saw bersabda kepadanya:
Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku sama seperti
kedudukan Harun terhadap Musa as, hanya sanya tidak ada nabi setelahku”.[1]
Dan
beliau juga bersabda: Tidaklah orang yang mencintai kecuali dia sebagai orang
yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang munafiq”.[2]
Dia telah mengikuti semua
peperangan bersama Rasulullah saw kecuali perng Tabuk, dia terkenal dalam
ketangguhan dalam menunggang kuda dan keberanian, dia salah seorang yang diberi
kabar gembira untuk memasuki surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah
kesatria umat Islam ini, amirul Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin
Abi Thalib bin Abdul Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan
kekerabatan dengan Nabi saw, sebagai anak dari paman beliau saw dan suami dari
putri Rasulullah saw, Fathimah ra.
Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna
hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, berbadan besar, berwajah tampan,
dan kunyahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.[3]
Shahabat yang satu ini memiliki
memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas
keberaniannya dalam membela agama ini. Di antaranya, dia menginap di ranjang
Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk
sebuah kematian demi membela Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama
Hamzah dan Ubaidah bin Al-harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan
dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah saw pada
perang Uhud.
Di
antara bukti kepahlwanannya adalah apa yang tanpak jelas pada perang Khandak,
pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, di mana orang ini adalah salah
seorang penunggang kuda tangguh terkenal suku Quraisy, dia dengna bertopeng
besai berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding. Dia
berkata: Di manakah surga yang kalian claim bahwa jika mati kalian pasti
memasukinya?. Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berperang
melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut
berkata: Kemblilah wahai anak saudaraku, dan siapakah paman-pamanmu yang lebih
tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darah seorang lelaki
sepertimu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak
sedikitpun merasa benci menumphkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun
lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menantang Ali
dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan sebuah perisai lalu
Amru menyabetkan pedang nya hingga menancap pada perisai tersebut dan melukai
kepala Ali, kemudian Ali memukulkan pedangnya kepundak musuhnya sehingga
musuhnya tersungkur hingga terdengarlah suara gaduh (para prajurit), Kemudian
setelah Rasulullah saw mendengar suara takbir maka beliau mengetahui bahwa Ali
telah menewaskan musuhnya, lalu Ali melantunkan sebuah syair:
Dia
membela batu-batuan (berhala) karena kebodohannya
Dan
aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar
Jangan
kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamnya
Begitu
juga NabiNya, hai bala tentara yang akan berperang
Dan
di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat benteng Khaibar sangat sulit
ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Nabi saw bersabda: Aku pasti akan
memberikan pedang ini kepada seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan
agama ini di tangannya, dia mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para
shahabatpun melalui malam mereka dengan penuh tanda Tanya kepada siapakah
panji Islam itu akan diberikan?. Pada
saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi saw dan setiap mereka ingin jika
bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. Maka Rasulullah saw
bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab: Wahai Rasulullah dia
sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali: Hendaklah ada orang yang pergi
memberitahukan agar dia datang‘. Maka diapun datang menghadap, lalu Rasulullah
saw meludahi kedua matanya dan akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah
terkena penyakit apapun, barulah beliau saw memberikan bendera peperangan
kepadanya, dan Ali bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasullah apakah aku
akan memerangi mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka
Rasulullah saw bersabda: Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi
mereka pada halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan
beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka
dari hak-hak Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah
disebabkan karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”.[4]
Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka raja mereka bernama Murhib keluar sambil memainkan
pedangnya dengan menyenandungkan sebuah sya’ir :
Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib
Senjata terhunus dan pahlawan yang berpengalaman
Pada saat peperangan telah berkobar
Lalu Ali berkata
menjwabnya:
Aku telah diberi nama oleh ibuku nama Haidarah
Seperti singa hutan yang berperwakan menyeramkan
Aku akan menebas kalian secepat kilat dengan pedangku
Murhib dan Ali saling berduel dengan kedua pedang mereka, dan
tebasan pedang Ali lah yang mengahiri hidup musuhnya, sehingga Allah memberikan
kemenangan atas kaum muslimin.
Selain sebagai seorang pemberani beliau juga seorang ulama bagi
para shahabat, seorang
dari suku Arab yang cerdas, dan telah didatangkan kepada Umar seorang wanita
kepada Umar dan telah melahirkan seorang anak yang telah berumur enam bulan
lalu memerintahkan agar wanita tersebut direjam.
Maka Ali wa berkata kepada Umar: Wahai Amirul Mu’minin tidakkah
engakau mendengar firman Allah Ta’ala:
Ali berkata: Masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya
dalam masa dua tahun.
Maka Umarpun
menggagalkan eksekusi rejam dan dia berkomentar: Sebuah perkara yang seandainya
Abu Hasan tidak memberikan pendapat padanya maka niscaya aku binasa.
Di antara
ungkapannya yang agung adalah (Kebaikan itu bukanlah jika harta dan anak-anakmu
banyak, namun kebaikan yang sebenarnya adalah ilmumu bertambah banyak, sikap
santunmu agung, engkau berlomba-lomba dengan orang lain dalam beribadah kepada
Tuhanmu, jika kamu berlaku baik engkau memuji Allah dan jika berlaku buruk engkau meminta ampun
kepada Allah).
Di antara perkataannya
adalah, “ambillah lima perkara dariku janganlah seorang hamba mengharap kecuali
kepada Tuahannya, tidak khawatir kecuali terhadap dosa-dosanya, janganlah orang
yang tidak mengetahui merasa malu bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya,
dan janganlah orang yang alim merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih
mengetahui” jika dia ditanya tentang
perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan sama seperti
kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa kesabaran”.[5]
Dikatakan
kepadanya: Wahai
amirul Mu’minin berithaukanlah kami tentang dunia, dia menjawab: “aku akan
ceritakan kepada kalian tentang sebuah kehidupan barangsiapa yang butuh
kepadanya maka dia akan bersedih dengannya, barangsiapa yang kaya padanya dia
akan terfitnah dengannya, orang yang sehat padanya dia akan merasa aman, yang
halal darinya akan dihisab dan yang haram akan diazab”.
Dia juga berkata: Balasan
kemaksiatan adalah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, sedikit
kenikmatan. Ditanyakan kepadanya apakah yang dimaksud dengan kenikmatan yang
sedikit?. “ Tidak akan terpenuhi baginya keinginan yang halal kecuali akan
dating kepadanya perkara yang akan mengeruhkan kelezatannya”.[6]
Ibnu Katsir berkata: Nabi saw
telah memberitahukan kepada Ali bahwa dia akan mati terbunuh, maka kewafatannya
sama seperti apa yang diberitahukan oleh Nabi saw.[7]
Dari Ammar bin Yasar ra bahwa
Nabi saw bersabda: Tidakkah aku mmberitahukan kepada kalian tentang dua orang
yang paling buruk?. Kami menjawab: Kami mau wahai Rasulullah. Beliau menjawab: Uhaimir Tsamud yang telah
menye,belih onta dan orang yang membunuhmu wahai Ali pada bagian ini,
(makasudnya adalah bahwa Nabi saw menyamakannya), sehingga bagian ini menjadi
berdarah, yaitu bagian jenggotnya.
Dan Ali terbunuh oleh seorang
yang buruk dari golongan khawaraij, Abdurrohman bin Muljim pada tahun keempat
puluh hijriyah tanggal dua puluh tujuh bulan ramadhan. Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﭽ ﮓ ﮔ
ﮕ ﮖ ﮗ
ﮘ ﮙ ﮚ
ﮛ ﮜ ﮝ
ﮞ ﮟ ﮠ
ﮡ ﮢ ﮣ ﭼ النساء: ٩٣
Dan
barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal
ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. QS. Al-NIsa’:
93
Imam Al-Dzahabi rahimhullah
berkata: Menurut orang-orang rawafidh Ibnu Muljim di akherat kelak adalah orang
yang paling sengsara, dan menurut pendapat ahlis sunnah dia termasuk salah
seorang yang kita harapkan masuk
neraka dan bisa jadi Allah mengampuninya, tidak seperti apa yang dikatakan oleh
Khawarij dan Rawafidh, dia sama seperti pembunuh Utsman, Zubair, Thalhah,
Sai’id bin Jubair, Ammar, Kharijah dan Al-Husain. Kita berlepas idir dari semua
orang ini dan kita membencinya karena Allah, namun perkaranya tetap kita
serahkan kepada Allah Azza Wa Jalla.[8]
Semoga Allah memberikan
keridhaan kepada Ali, dan semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadanya,
semoga Allah mengumpulkan kita dengannya di surganya yang mulia, dan segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
[1]
Bagian dari hadits di dalam kitab shahih Muslim 4/1870 no: 2404
[2]
Shahih Muslim: 1/86 no: 78
[3]
Tarikhul Khulafa’: Halaaman: 132-133
[4]
Shahih Muslim: 4/1872 no: 2406
[5]
Tarikhul Khulafa’ halaman: 147
[6]
Tarikhul Khulafa’ halaman: 144
[7]
Al-Bidayah Wan Nihayah: 9/204
[8]
Tarikhul Islam halaman: 654
Post a Comment