Haji dan Pendidikan Jiwa
Haji dan Pendidikan Jiwa
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, dan kesudahan yang baik
adalah untuk orang yang bertaqwa, shalawat dan salam atas imam para Rasul Nabi
kita Muhammad beserta keluarganya dan sahabatnya
semua. Amma ba’du:
Betapa
agung manfaat dari haji, betapa banyak kebaikan dan keberkahan darinya,
alangkah bagusnya pelajaran dan nasehat darinya, serta faidah mulia yang tak
terhitung. Akan tetapi, tidaklah mudah bagi kebanyakan orang yang berhaji untuk
memperoleh manfaat haji, faidah serta pelajaran yang dapat diambil darinya
padahal hal tersebut sangatlah penting
dan sangat berpengaruh dalam kehidupan
mereka semuanya.
Oleh
karena itu saya menulis risalah ini dengan harapan dapat mewujudkan maksud dan
tujuan yang mulia ini. Saya beri judul tulisan ini: “ Haji dan Pendidikan Jiwa”
dengan harapan semoga Allah menerimanya dengan sebaik-baik penerimaan dan
menjadikannya bermanfaat bagi hamba-Nya. Sesungguhnya Allah yang maha memberi
taufiq, Allahlah sebaik-baik penolong.
Haji Dan
Perbaikan Diri
Sesungguhnya haji adalah
madrasah yang penuh keberkahan untuk membimbing jiwa, mensucikan hati, dan
menguatkan iman. Di dalam proses manasik haji, kaum muslimin memperoleh
pelajaran yang agung, hikmah yang
mengesankan, dan faidah yang mulia dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlaq.
Haji sesungguhnya adalah madrasah pembinaan keimanan yang akan meluluskan orang
beriman yang bertakwa serta hamba Allah yang diberi taufiq. Allah Berfirman:
“dan berserulah kepada
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka..”[1]
Manfaat
dan faidah haji tak mungkin bisa dihitung. Begitu juga dengan hikmah dan pelajaran
yang bisa dipetik. Sesungguhnya firman Allah dalam ayat (ìÏÿ»oYtB)
ia adalah jamak dari manfaat. Kata (ìÏÿ»oYtB)
tampil dalam bentuk nakirah menunjukkan banyaknya manfaat yang terkandung di
dalamnya. Ditunjukkannya menfaat-manfaat ini adalah perkara yang dimaksudkan
dalam ibadah haji karena huruf lam pada firman Allah ( supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka ) adalah lam ta’lil yang berkaitan dengan
firman-Nya ( dan berserulah kepada
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus ) Maksudnya, jika kamu seru
mereka untuk berhaji niscaya mereka akan mendatangimu dengan berjalan kaki atau
berkendaraan supaya mereka menyaksikan manfaat-manfaat haji. Artinya, ia menghadirkan
manfaat tersebut dan yang dimaksud dengan menghadirkan manfaat adalah ia
menghasilkan dan mengambil manfaat dari hajinya.
Oleh
karena itu, diantara bentuk kehormatan
bagi setiap orang yang Allah beri taufiq dan kemudahan dalam melaksanakan ketaatan
dan ibadah ini yaitu Allah berikan semangat yang tinggi dalam memperoleh
manfaat, faidah, dan pelajaran dari hajinya. Di saat yang sama, ia juga
mengharapkan pahala yang besar, pengampunan dosa, dan penghapusan keburukan. Telah ditetapkan dari Nabi bahwasanya beliau
bersabda: “Barangsiapa yang berhaji ke
Baitullah dan ia tidak melakukan keburukan ataupun kefasikan, ia akan kembali
seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya”. (HR Bukhari dan Muslim)[2].
Ditetapkan dari Nabi juga bahwa beliau bersabda: “ Iringilah haji dengan umroh, maka sesungguhnya keduanya menghilangkan
kefakiran dan dosa sebagaimana pandai besi menghilangkan karat besi.” (HR
Nasa’i)[3]
Pantaslah
bagi orang yang memperoleh keuntungan dan memenangkan harta yang berharga ini
untuk kembali ke negerinya dalam keadaan yang suci, jiwa yang baik, dan
kehidupan baru yang dipenuhi oleh iman dan takwa serta kebaikan, perbaikan
diri, keistiqamahan, dan senantiasa mentaati Allah ‘Azza wa Jalla.
Para ulama telah menyebutkan bahwa
perbaikan serta penyucian diri ini jika terdapat pada seorang hamba maka itu
adalah tanda keridhaan dan tanda hajinya diterima. Jika seseorang keadaannya
membaik setelah haji dimana ia berubah dari yang tadinya buruk menjadi baik,
dan yang tadinya baik menjadi lebih baik lagi, maka sungguh itu adalah tanda
bagusnya ia dalam memaknai hajinya. Karena diantara bentuk balasan kebaikan
adalah diberikan kebaikan yang lain. Allah berfirman:
“tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”[4]
Orang
yang bagus ibadah hajinya dan berusaha menyempurnakannya serta menjauhi
pengurang dan perusaknya maka ia keluar dengan kondisi yang lebih baik dan
memiliki kecendrungan pada kebaikan.
Dalam
sebuah hadits yang sah dari Nabi, beliau bersabda: ( “Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga”)[5]. Tidak diragukan lagi bahwa semua yang
melaksanakan ibadah haji sangat mengharapkan hajinya mabrur dan usaha serta
amal shalihnya diterima. Ciri yang jelas untuk haji yang mabrur dan diterima
adalah bila seseorang menunaikannya dengan ikhlas karena Allah dan sesuai
dengan sunnah Rasulullah yang mana kedua
hal ini adalah syarat diterimanya semua jenis ibadah. Kemudian keadaannya setelah
haji jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Maka
ada dua ciri haji yang diterima: yang pertama ada pada saat haji berlangsung
dimana sesoerang itu ikhlas karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah dan
ciri yang kedua ada setelah haji yaitu adanya perbaikan keadaan seseorang
setelah haji yang ditandai dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah, menjauhi
dosa dan maksiat, dan ia memulai hidupnya dengan lebih baik yang dihiasi dengan
kebaikan, perbaikan diri, dan istiqamah.
Hal
yang perlu diperhatikan disini bahwa seorang muslim tidak memiliki jalan untuk
memastikan amalannya diterima sebaik apapun dia berusaha. Allah berfirman menjelaskan keadaan orang
mukmin yang sempurna dan keadaan mereka yang mendekatkan diri kepada Allah
dengan berbagai ketaatan:
“dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”[6]
Maksudnya,
mereka melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka dari ibadah,
diantaranya shalat, zakat, haji, puasa, dan selainnya. Mereka takut tidak
diterimanya amalan dan ketaatan mereka saat mempersembahkannya kepada Allah dan
ketika berdirinya mereka dihadapan Allah.
Imam
Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dari Aisyah
berkata: “ Aku bertanya wahai Rasulullah maksud ayat (dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut) Apakah dia seseorang yang
berzina dan minum khomr? Rasulullah menjawab: tidak wahai putri Abu Bakr, atau
putri Ash-Shiddiq, akan tetapi dia adalah orang yang berpuasa, shalat, dan
shadaqah, ia takut Allah tidak menerima amalannya”.[7]
Hasan
Al-Bashri berkata: “ Sesungguhnya seorang mukmin menggabungkan antara iman dan
takut, sedangkan munafik ia menggabungkan antara keburukan dan perasaan
tenang”.[8]
Sungguh
telah terjadi sejak zaman dahulu dan kini dimana sebagian orang setelah selesai
melaksanakan ibadah ini mengucapkan kepada yang lain: “Semoga Allah menerima
ibadah kami dan kalian dan semua orang pun mengharapkan hajinya diterima”[9].
Allah telah menyebutkan di dalam Al Qur’an bahwasanya Nabi-Nya Ibrahim dan
anaknya, Ismail- alaihimassalaam- setelah selesai membangun ka’bah mereka
berdua mengucapkan sebuah doa. Allah berfirman:
“ dan (ingatlah), ketika
Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya
berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami),
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".”[10]
Keduanya
beramal shalih kemudian meminta kepada Allah agar amalnya diterima.
Diriwayatkan oleh Abu Hatim dari Wuhaib bin Al Ward bahwasanya beliau membaca
ayat ini kemudian beliau menangis dan berkata:”Wahai Kekasih Ar Rahman.. Engkau
meninggikan rumah Ar Rahman sedangkan engkau takut amal mu tidak diterima”.[11] Jika keadaan seorang Imam orang-orang yang
hanif dan panutan orang-orang yang bertauhid seperti ini, maka bagaimana orang
selainnya!
Kita
memohon kepada Allah penerimaan dan taufiq untuk semuanya dan agar orang-orang
yang berhaji ke baitullah senantiasa dalam keselamatan dan Ampunan. Semoga
Allah menerima amal shalih kami dan kalian dan semoga Allah menunjuki kita
semua jalan yang lurus. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
[1] Al
Hajj : 27-28
[2]
Shahih Bukhari (1820) dan Shahih Muslim (1350)
[3]
Sunan An Nasa’I (V/115). Dishahihkan oleh Al Albany dalam Shahih Al Jami’
(2901)
[4] Ar
Rahman : 60
[5]
Shahih Muslim (1349)
[6] Al
Mu’minun : 60
[7] Al
Musnad (25705)
[8]
Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az Zuhd (985)
[9]
Ibnu Bathah berkata dalam kitab Al Ibanah (II/873) : “Begitu juga orang yang
telah selesai melaksanakan haji dan umrah apabila ditanya tentang hajinya, ia
berkata:”Sungguh kami telah berhaji dan tidak tersisa kecuali harapan
diterima”. Sebagaimana doa sebagian manusia untuk diri mereka dan orang lain:”
Ya Allah terimalah puasa dan zakat kami” maka dikatakan bagi orang yang
berhaji:”Semoga Allah menerima hajimu dan mensucikan amal mu”. Begitupun dengan orang yang selesai
melaksanakan puasa ramadhan, mereka berkata:”Semoga Allah menerima puasa kami
dan kalian”. Hal ini telah berlangsung sejak dulu dan orang yang belakangan
mencontoh hal tersebut dari pendahulu mereka.
[10]
Al Baqarah : 127
[11]
Diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam tafsirnya sebagaimana yang ada di tafsir Ibnu
Katsir (I/254)
Post a Comment