Siksa Kubur dan Kenikmatannya
Siksa Kubur dan Kenikmatannya
Segala puji hanya bagi Allah
SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya
selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Dari Ibnu Umar RA bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian
meninggal maka dia akan diperlihatkan baginya tempat yang baik pada waktu pagi
dan pada waktu petang, jika dia termasuk penghuni surga maka dia menjadi
penghuni surga dan jika ditentukan menjadi penghuni neraka maka dia akan
menjadi penghuni neraka, dan dikatakan kepadanya: Inilah tempatmu sehingga
dirimu dibangkitkan pada hari kiamat”.[1]
Maka hadits ini adalah salah
satu nash berbagai nash yang menjelaskan tentang adanya siksa kubur dan
kenikmatannya, dan kita wajib mengimaninya dan mempersiapkan diri untuknya.
Allah SWT berfirman:
فَأَمَّا إِن
كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِين فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ َ وَأَمَّا إِن كَانَ مِنَ أَصْحَابِ
الْيَمِينِ فَسَلَامٌ لَّكَ
مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ وَأَمَّا
إِن كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ فَنُزُلٌ مِّنْ
حَمِيمٍ وَتَصْلِيَةُ
جَحِيمٍ إِنَّ
هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
Aapun jika dia (orang yang
mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh
ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk
golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan
adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia
mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya
(yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
(QS. Al-Waqi’ah: 88-95)
Ibnu
Katsir berkata, “Tiga keadaan ini adalah keadaan manusia pada saat dia
menghadapi sakratul maut. Seseorang bisa termasuk golongan orang yang
didekatkan kepada Allah, atau orang yang lebih rendah darinya, yaitu golongan
orang kanan, atau dia termasuk golongan orang-orang yang mendustakan lagi sesat
dari petunjuk dan bodoh terhadap perintah Allah. Maka firman Allah SWT yang
mengatakan: فَرَوْحٌ
وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ Maksudnya adalah mereka
mendapat balasan berupa ketentraman dan rizki dan malaikat akan memberikannya
kabar gembira dengan perkara tersebut pada saat kematiannya”.[2]
Sebagian
ulama menyimpulkan bahwa azab kubur benar dan wajib diimani berdasarkan firman
Allah SWT tentang pengikut Fir’aun:
النَّارُ يُعْرَضُونَ
عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ
فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan
neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada
malaikat): "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat
keras". (QS. Gafir: 46)
Ibnu
Katsir berkata, “Maka ruh-ruh mereka diperlihatkan kepada neraka pada waktu
pagi dan petang sampai terjadinya hari kiamat dan pada hari kiamat kelak maka
ruh dan jasad mereka dicampakkan secara bersamaan ke dalam neraka.[3]
Dari Asma’ binti Abi Bakr RA
bahwa Nabi bersabda, “Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan
menghadapi fitnah kubur sama atau seperti fitnah Dajjal, salah seorang di
antara kalian didatangkan dan dikatakan kepadanya: Apakah yang kamu ketahui
tentang lelaki ini?. Adapun orang-orang yang beriman maka dia menjawab: Muhamad
Rasulullah SAW, dia telah datang kepada kami dengan berbagai penjelasan tentang
kebenaran dan petunjuk, maka kamipun menerimanya, beriman kepadanya dan mengikutinya,
maka dikatakan kepadanya: Tidurlah dengan baik, dan sungguh kami telah
mengetahui kamu bahwa dirimu meyakininya, adapun orang-orang munafiq atau
ragu-ragu (aku tidak mengetahui kata yang manakah yang diungkapan oleh Asma’
ra) maka dia berkata: Aku tidak mengetahuinya, aku telah mendengar manusia
berkata tertentu maka akupun mengatakannya”.[4]
Dari Aisyah RA bahwa seorang
wanita Yahudi datang kepadanya dan mengingatkannya tentang azab kubur, maka
Aisyah itu berkata: Semoga Allah menghindarkan kita dari azab kubur. Lalu
Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang azab kubur maka beliau bersabda:
“Benar. Siksa kubur itu benar adanya. Maka Aisyah berkata: Setelah itu
aku tidak melihat Rasulullah SAW melaksanakan shalat kecuali beliau berlindung
dari siksa kubur”.[5]
Dan
Nabi telah menjelaskan kepada umatnya tentang bentuk ujian ini di dalam kubur.
Dari Anas RA bahwa Nabi bersabda, “Seorang hamba bila diletakkan di dalam
kuburnya sementara para shahabatnya telah berlalu meninggalkannya, dan dia
mendengar gesekan sandal-sandal mereka, maka dia akan didatangi dua orang
malaikat dan mendudukannya dan bertanya kepadanya: Apakah pendapatmu tentang
lelaki ini, Muhammad SAW: Maka dia akan menjawab: Aku bersaksi bahwa dia adalah
hamba dan utusan Allah, lalu dikatakan kepadanya: Lihatlah pada tempatnya
di neraka dan Allah telah menggantinya dengan surga, maka Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Dia melihat kedua-duanya”. Adapun orang kafir atau munafiq
maka dia menjawab: Aku tidak mengetahui, aku berkata tentang dirinya seperti
apa yang dikatakan oleh manusia, maka dikatakan kepadanya: Kamu tidak akan
mengetahui dan tidak akan membaca, kemudian dia dipukul dengan sebuah palu dari
besi dengan satu pukulan diantara kedua telinganya, maka dia berteriak dengan
teriakan yang didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia”.[6]
Dari
Barro’ bin Azib RA bahwa Nabi bersabda:
يُثَبِّتُ اللّهُ
الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh.
Beliau bersabda: Ayat ini turun dalam
kaitan siksa kubur, maka dikatakan baginya: Siapakah tuhanmu, maka dia
menjawab: Tuhanku adalah Allah dan Nabiku adalah Muhammad SAW dan itulah firman
Allah SWT yang mengatakan:
يُثَبِّتُ اللّهُ
الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاء
Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa
yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)
Nabi
mensyari’atkan untuk memintakan ampun bagi orang yang telah meninggal dunia dan
berdo’a baginya agar diteguhkan, dari Utsman RA bahwa apabila Nabi telah
selesai menguburkan orang yang meninggal maka beliau berdiri dan berkata, “Mintakanlah
ampun bagi saudara kalian dan mohonkanlah agar dia diberikan keteguhan, sebab
dia sekarang sedang ditanya”.[7]
Dan Nabi Muhammad SAW
memperbanyak isti’adzah terahadap azab kubur dan beliau memerintahkan para
shahabat melakukan hal yang sama. Dari Abi Sa’id Al-Khudri RA bahwa Nabi
bersabda, “Sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya, seandainya
kalau bukan karena kalian saling menguburkan niscaya aku berdo’a kepada Allah
agar Dia berkenan memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang aku
dengar, kemudian beliau berbalik menghadap kita dan bersabda, “Berlindunglah
kepada Allah SWT dari siksa neraka, maka para shahabat berkata: Kami
berlindung kepada Allah dari siksa neraka, lalu beliau kembali berkata, “Berlindunglah
kepada Allah dari siksa kubur, maka para shahabat berkata: Kami berlindung
kepada Allah SWT dari siksa kubur”.[8]
Kubur adalah sebagai tempat
permulaan alam akherat. Dari Utsman bin Affan RA bahwa pada saat dirinya
berdiri di sisi kubur maka dia menangis sehingga jenggotnyapun menjadi basah,
lalu dikatakan kepadanya, “Engkau mengingat surga dan neraka namun dirimu tidak
menangis dan engkau menangis karena kubur ini?. Dia menjawab: Aku telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kubur adalah permulan bagi
alam akherat, jika dia selamat darinya maka apa-apa yang sesudahnya akan lebih
mudah baginya dan apabila dia tidak selamat darinya maka apa yang sesudahnya
akan lebih susah baginya. Dan aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan kecuali alam kubur lebih
mengerikan darinya”.[9]
Dan seseorang akan terjepit di dalam kubur dan tidak ada seorangpun yang bisa
selamat darinya.
Dari
Aisyah RA bahwa Nabi bersabda, “Sesungguhnya di dalam kubur itu ada
penekanan, seandainya ada yang selamat darinya niscaya Sa’d bin Mu’adzlah yang
pantas selamat darinya”.[10]
Hendaklah setiap orang di
antara kita membayangkan bagiamana keadaan dirinya pada saat dia dipikul pada
pundak-pundak orang-orang yang memikulnya, lalu diletakkan menyendiri pada
lubang, gelap gulita tanpa teman, sahabat, harta dan anak-anak, kubur menjadi
tempat tinggalnya, tanah menjadi ranjangnya, ulat-ulat menjadi teman yang
menyertainya, pada saat itu harta tidak bermanfaat, jabatan tidak memberi arti
apapun, begitu juga dengan penghargaan-penghargaan. Allah SWT berfirman:
وَمَا
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُم بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِندَنَا زُلْفَى
إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ لَهُمْ جَزَاء الضِّعْفِ بِمَا
عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ
Dan sekali-kali bukanlah harta
dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun;
tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah
yang memperoleh balasan yang berlipat ganda, disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).
(QS. Saba’: 37)
Dari Anas RA bahwa Nabi bersabda,
“Yang meingikuti orang yang telah meninggal itu tiga golongan, dua golongan
akan kembali pulang dan akan tetap bersamanya satu golongan, dia akan diikuti
oleh keluarga, harta dan amalnya, maka keluarga dan hartanya akan pulang
sementara amalnya akan tinggal bersamanya”.[11]
Maka
hendaklah bagi seorang yang beriman untuk memperbaiki dirinya dan bersegera
bertaubat dengan taubat nasuha, harus bagi dirinya untuk tetap dalam ketaatan
dan ketaqwaan, dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Tuhannya. Seorang
penyair berkata:
Wahai orang yang sibuk dengan
dunianya
Dan termangu dengan
angan-angan panjang
Kematian datang menjemput
secara tiba-tiba
Dan kubur adalah wadah bagi
kumpulan amal
Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1]
Shahih Bukhari: 1/423 no: 1379 dan shahih Muslim: 4/2199 no: 2866
[2]
Tafsir Ibnu Katsir: 4/30
[3]
Tafsir Ibnu Katsir: 4/81
[4]
Shahih Bukhari: 1/332 no: 1053 dan shahih Muslim: 2/624 no: 905
[5]
Shahih Bukhari: 1/422 no: 1372 dan shahih Muslim: 1/410 no: 584
[6]
Shahih Bukhari: 1/410 no: 1338 dan shahih Muslim: 4/2201 no: 2870
[7]
Sunan Abu Dawud: 3/215 no: 3221 dan dishahihkan oleh Al-Hakim.
[8]
shahih Muslim: 4/2200 no: 2867
[9]
Sunan Turmudzi: 4/553-554 no: 2308
[10]
Musnad Imam Ahmad: 6/98
[11]
Shahih Bukhari: 4/194 no: 6514 dan shahih Muslim: 4/2273 no: 2960
Post a Comment