Hak Pertama HAK ALLAH TA’ALA
Hak Pertama
HAK
ALLAH TA’ALA
Ini
merupakan hak yang paling utama dan paling besar kewajibannya untuk ditunaikan.
Karena dia merupakan hak Allah ta’ala sang Pencipta Yang Maha Agung dan
Berkuasa, Yang Maha Mengatur atas semua perkara. Hak Penguasa, pemilik
Kebenaran dan Penjelasan, Yang Maha Hidup dan Terjaga, yang dengannya langit
dan bumi ditegakkan, Dia menciptakan segala sesuatu dan mengaturnya dengan
penuh kecermatan. Hak Allah yang telah menciptakanmu dari tidak ada dan tidak
disebut sebelumnya. Hak Allah yang telah merawatmu dengan segala ni’mat saat
engkau berada di perut ibumu dalam kegelapan, saat tidak ada seorangpun yang
dapat menyampaikan makanan dan semua kebutuhan untuk pertumbuhanmu. Dialah yang
menyiapkan engkau air susu ibu dan memberimu petunjuk, kemudian disediakannya kedua
orang tua yang memiliki kasih sayang kepadamu. Dia yang memberimu berbagai
ni’mat, akal dan pemahaman serta menyiapkan dirimu untuk menerima ni’mat dan
memanfaatkannya.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (An Nahl: 78).
Seandainya
karunia Allah dihentikan sekejap mata saja niscaya kamu akan binasa, dan
seandainya rahmat Allah diputus sesaat saja niscaya kamu tidak akan hidup. Jika
demikian halnya karunia Allah kepadamu maka hak-Nya merupakan hak yang paling
besar, karena berkaitan dengan hak yang menciptakanmu dan memberimu kesiapan
(menghadapi hidup) dan pertolongan . Dia tidak mengharapkan darimu rizki atau
makanan
"Kami tidak minta rezki darimu, Kamilah
yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa". (Thaha: 132).
Yang
Dia minta dari kita hanyalah satu dan itupun kebaikannya akan kembali kepada
kita, Dia meminta kita untuk beribadah kepada-Nya semata dan tidak
menyekutukan-Nya.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki
sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku
makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezki Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh". (Adz-Dzariyaat:
56-58).
Dia
menginginkan agar kita menjadi hamba-Nya dengan semua makna yang terkandung
dalam kalimat penghambaan, sebagaimana Dia adalah Tuhan kita dengan semua makna
yang terkandung dalam kalimat ketuhanan.
Seorang
hamba yang tunduk kepada-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya dan menghindari
setiap larangan-Nya, membenarkan seluruh berita-Nya, karena semua ni’mat-Nya
meliputi seluruh diri anda, tidakkah kita malu untuk membalas segala ni’mat
tersebut dengan kekufuran?
Seandainya
anda berhutang budi kepada seseorang, niscaya anda enggan untuk melakukan
perbuatan sewenang-wenang terhadapnya atau jelas-jelas menentangnya, maka
bagaimana halnya dengan Rabb-mu yang segala karunia-Nya untukmu, Dialah yang
dengan kasih saying-Nya menghindarkan anda dari berbagai mara bahaya. Dia
berfirman:
"Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila
kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan". (An
Nahl: 53).
Sesungguhnya
hak yang telah Allah wajibkan untuk diri-Nya ini sangatlah mudah bagi siapa
yang Dia berikan kemudahan. Hal itu karena Dia tidak mendatangkan kesulitan dan
kesusahan. Allah ta’ala berfirman:
"Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. Dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu sekalian dan kamu sekalian
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat
dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah
sebaik-baiknya Pelindung dan sebaik-baik Penolong". (Al Hajj: 78).
Hal
tersebut merupakan aqidah yang agung, keimanan terhadap kebenaran serta amal
shaleh yang mendatangkan hasil, aqidah yang batangnya adalah cinta dan
pengagungan sedang buahnya adalah keikhlasan dan kesabaran.
Shalat lima waktu sehari semalam, dengannya Allah
menghapuskan segala kesalahan dan mengangkat derajat serta memperbaiki hati dan keadaan. Seorang hamba dapat
melakukannya sesuai dengan kemampuannya.
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah
semampu kalian". (At Thaghabun:16).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Imran bin Hushain saat dia
sakit:
(( صَلِّ
قَائِماً فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِداً فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبٍ ))
"Shalatlah kamu dengan berdiri, jika
tidak mampu maka duduklah, jika tidak mampu, berbaring dengan miring ke kanan."
(Riwayat Bukhari dan lainnya)
Kemudian
zakat, merupakan sejumlah uang yang tidak seberapa dari harta anda untuk
dibagikan kepada kaum muslimin yang membutuhkan, fakir miskin, Ibnu sabil,
orang-orang yang terlilit hutang dan lain-lainnya yang termasuk golongan
penerima zakat. Zakat bermanfaat bagi orang miskin dan tidak merugikan orang
kaya.
Kemudian
puasa pada bulan Ramadhan sekali dalam setahun, dan siapa yang sakit atau
bepergian (lalu berbuka karenanya), maka (wajiblah dia bepuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain, dan siapa yang tidak mampu
berpuasa selamanya dia wajib memberi makan setiap hari puasa yang tidak
dilakukannya seorang miskin.
Lalu
pergi haji ke Baitullah sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu.
Demikianlah
pokok-pokok ibadah dalam ajaran Allah ta’ala. Adapun yang selainnya diwajibkan
berdasarkan tuntutan yang ada seperti jihad fi sabilillah atau karena
adanya sebab yang mewajibkan perbuatan tersebut seperti menolong orang yang
dizalimi.
Perhatikanlah
-wahai saudaraku- hak Allah yang mudah dilaksanakan dan mendatangkan banyak
pahala. Jika anda melaksanakannya niscaya anda akan menjadi orang yang
berbahagia di dunia dan di akhirat, anda akan selamat dari api neraka dan akan
masuk syurga.
"Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Ali Imran: 185).
Post a Comment