Bab Talak (Cerai)
Bab
Talak (Cerai)
- Talak: Adalah melepas seluruh ikatan
suami-isteri ataupun sebagiannya
-
Hikmah disyari'atkannya:
Allah mensyari'atkan pernikahan
untuk mendirikan kehidupan suami isteri yang mapan, dibangun atas kecintaan dan
kasih sayang diantara keduanya, saling menjaga kehormatan pasangannya, mendapat
keturunan dan sebagai penyalur syahwat.
Apabila tujuan-tujuan tersebut
ada yang ternodai ataupun rusak salah satunya yang disebabkan oleh buruknya
akhlak salah satu dari suami-isteri, adanya kebiasaan yang tidak disukai atau
buruknya hubungan diantara keduanya, ataupun lainnya dari penyebab yang
mengarah kepada pertikaian terus menerus yang menjadikan kehidupan suami-isteri
mereka menjadi berat, apabila permasalahannya telah sampai pada batas ini,
Islam telah mensyari'atkan suatu rahmat kepada pasangan tersebut dengan sebuah
jalan keluar, yaitu talak (perceraian).
Allah berfirman:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِذَا طَلَّقۡتُمُ
ٱلنِّسَآءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحۡصُواْ ٱلۡعِدَّةَۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
رَبَّكُمۡۖ لَا تُخۡرِجُوهُنَّ مِنۢ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخۡرُجۡنَ إِلَّآ أَن يَأۡتِينَ
بِفَٰحِشَةٖ مُّبَيِّنَةٖۚ وَتِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۚ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ ٱللَّهِ
فَقَدۡ ظَلَمَ نَفۡسَهُۥۚ لَا تَدۡرِي لَعَلَّ ٱللَّهَ يُحۡدِثُ بَعۡدَ ذَٰلِكَ أَمۡرٗا
١ ﴾ [الطلاق : ١]
"Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah
Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diidzinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang
terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum
Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu
tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru"
(Ath-Thalaaq: 1)
Siapa
yang memiliki hak talak
1- Talak hanya milik suami
saja, karena dia lebih menjaga kelangsungan hidup bersuami isteri yang telah
dikorbankan padanya harta, suami lebih perlahan, sabar dan berfikir dengan
akal, bukannya perasaan.
2- Sedangkan perempuan lebih
cepat marah, lebih sedikit menanggung beban, lebih pendek pandangan, dia tidak
berfikir apa yang akan terjadi setelah perceraian, tidak seperti suami. Jika
talak ini milik kedua suami-isteri, niscaya akan semakin berlipat perceraian
yang disebabkan oleh masalah sepele.
3- Talak berada ditangan suami,
seorang yang merdeka memiliki tiga kali talak, baik itu isterinya seorang
merdeka ataupun budak, sedangkan seorang budak laki-laki memiliki dua kali hak
talak.
- Talak bisa terjadi dari dia
telah baligh, berakal dan bisa memilih. Talak tidak akan sah dari seorang yang
dipaksa, tidak pula seorang mabuk yang hilang akalnya dan tidak pula dari dia
yang sedang sangat marah sehingga tidak mengetahui apa yang dia ucapkan,
sebagaimana juga talak tidak akan sah dari orang yang salah, lalai, lupa, gila
dan semisalnya.
-
Hukum talak:
Talak berhukum mubah ketika dia
diperlukan, seperti ketika buruknya akhlak seorang isteri, atau karena buruknya
pelayanan. Sementara itu talak diharamkan ketika tidak diperlukan, seperti
ketika kehidupan pasangan suami isteri mapan. Talak bisa dianjurkan ketika
dalam keadaan darurat, seperti keadaan isteri yang tersiksa jika terus hidup
bersama suami tersebut, atau karena dia sangat membenci suaminya, dan lainnya.
- Talak akan menjadi wajib
terhadap suami ketika mendapati isterinya tidak melaksanakan shalat, atau dia
tidak bisa menjaga kehormatannya, selama dia tidak mau bertaubat dan tidak juga
menerima nasehat.
- Suami diharamkan untuk
menceraikan isterinya yang masih dalam keadaan haidh dan nifas, juga dalam
keadaan bersih yang telah dia setubuhi padanya, selama belum ada kejelasan
tentang kehamilannya, sebagaimana juga diharamkan untuk menceraikan isterinya
talak tiga sekaligus dengan satu ucapan atau dalam satu majlis.
- Jatuhnya talak sah jika
bersumber dari suami ataupun wakilnya, seorang wakil boleh menjatuhkan satu
talak kapan saja, kecuali jika suami menentukan waktu dan jumlahnya.
Lafadz talak: Berdasarkan lafadz, talak
terbagi menjadi dua bagian:
1- Talak shorih (jelas): Ini terjadi ketika menggunakan
lafadz yang tidak ada kemungkinan lain selain talak, seperti: saya telah
ceraikan kamu, kamu cerai, kamu seorang wanita yang telah diceraikan, saya akan
menceraikanmu ataupun lainnya.
2- Talak dengan kinayah:
Yaitu dengan sebuah lafadz yang mengandung arti talak dan arti lainnya, seperti
ucapan: kamu bebas, atau pergilah kepada keluargamu, dan semisalnya.
- Talak akan jatuh ketika
menggunakan lafadz shorih, karena kejelasan artinya, sedangkan kinayah tidak
mengharuskannya kecuali jika dibarengi oleh niat yang kemudian diikuti oleh
ucapan.
- Apabila berkata kepada
isterinya (kamu menjadi haram bagiku), pengharaman tidak berarti talak, akan
tetapi sebuah sumpah yang mengharuskan padanya kafarat yamin (sumpah)
-
Talak akan jatuh dari dia yang serius ataupun bercanda, hal ini untuk
memelihara akad nikah dari permainan dan tipuan.
-
Gambaran talak
Talak kalau tidak Munajjaz
(langsung), Mudhofan (disandarkan) atau Mu'allak (digantung), sebagaimana
penjelasan berikut:
1- Talak Munajjaz:
Seperti perkataan terhadap isteri: kamu saya cerai atau saya telah
menceraikanmu, talak seperti ini akan langsung jatuh ketika itu pula, karena
dia tidak mengikat dengan apapun.
2- Talak Mudhof: Seperti
perkataan terhadap seorang isteri: kamu saya cerai besok atau pada awal bulan,
talak seperti ini tidak akan jatuh kecuali setelah sampai pada waktu yang
ditentukan.
3- Talak Mu'allak: Yaitu
ketika seorang suami menjadikan terjadinya talak tergantung pada sebuah syarat,
dia terbagi menjadi dua:
1- Apabila suami bermaksud
dengan talaknya tersebut untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, memberi
atau melarang, atau untuk meyakinkan sebuah berita, dan lainnya, seperti
perkataan: jika kamu pergi ke pasar maka kamu menjadi cerai denganku, dia hanya
bermaksud melarang, maka ini tidak jatuh talak, namun suami tersebut harus
membayar kafarat jika isteri melanggarnya.
Kafaratnya: memberi makan
sepuluh orang miskin, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan budak,
jika tidak mendapatkan semua itu, dibolehkan baginya untuk berpuasa selama tiga
hari.
2- Apabila suami bermaksud
jatuhnya talak ketika hal yang disyaratkan terjadi, seperti perkataan: jika
kamu memberiku sesuatu maka kamu menjadi cerai, dalam permasalahan ini talak
akan jatuh ketika syarat tersebut dilanggar.
- Apabila seorang wanita
diceraikan oleh dia yang belum menentukan mahar, sebelum disetubuhi, maka suami
wajib untuk memberinya sesuatu, bagi seorang kaya sesuai dengan keadaannya dan
bagi orang miskin juga sesuai dengan kemampuannya. Apabila dia dicerai oleh
suami yang belum menentukan mahar namun telah menyetubuhinya, maka dia berhak
untuk mendapat mahar yang sesuai tanpa ada pemberian.
Allah berfirman:
﴿ لَّا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ إِن طَلَّقۡتُمُ
ٱلنِّسَآءَ مَا لَمۡ تَمَسُّوهُنَّ أَوۡ تَفۡرِضُواْ لَهُنَّ فَرِيضَةٗۚ وَمَتِّعُوهُنَّ
عَلَى ٱلۡمُوسِعِ قَدَرُهُۥ وَعَلَى ٱلۡمُقۡتِرِ قَدَرُهُۥ مَتَٰعَۢا بِٱلۡمَعۡرُوفِۖ
حَقًّا عَلَى ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٢٣٦ ﴾ [البقرة: ٢٣٦]
"Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika
kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan
sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah
(pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang
miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang
demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan" (Al-Baqarah:
236)
- Apabila seorang suami
menceraikan isteri yang belum disetubuhi ataupun belum berkholwat dengannya,
namun dia telah menentukan jumlah maharnya, maka wanita tersebut berhak untuk
mendapatkan setengah dari mahar itu, kecuali jika dia ataupun walinya
memaafkannya. Apabila perpisahan dikarenakan oleh permintaannya, maka dia tidak
berhak atas mahar sedikitpun.
Allah berfirman:
﴿ وَإِن طَلَّقۡتُمُوهُنَّ مِن قَبۡلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ
وَقَدۡ فَرَضۡتُمۡ لَهُنَّ فَرِيضَةٗ فَنِصۡفُ مَا فَرَضۡتُمۡ إِلَّآ أَن يَعۡفُونَ
أَوۡ يَعۡفُوَاْ ٱلَّذِي بِيَدِهِۦ عُقۡدَةُ ٱلنِّكَاحِۚ وَأَن تَعۡفُوٓاْ أَقۡرَبُ
لِلتَّقۡوَىٰۚ وَلَا تَنسَوُاْ ٱلۡفَضۡلَ بَيۡنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ
بَصِيرٌ ٢٣٧ ﴾ [البقرة: ٢٣٧]
"Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu
bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya,
maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika
isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan
nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu
melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa
yang kamu kerjakan" (Al-Baqarah: 237).
- Apabila dua orang suami
isteri berpisah dari pernikahan fasid (rusak), sebelum mereka bersetubuh, maka
tidak ada mahar dan tidak pula pemberian padanya, sedangkan jika telah
bersetubuh, maka wanita tersebut berhak untuk mendapatkan mahar yang telah
ditentukan sebagai pengganti dihalalkannya kemaluan.
Talak sunnah
dan bid'ah
1- Talak sunnah: Yaitu seorang suami
menceraikan isteri yang telah disetubuhinya dengan satu talak, dalam keadaan
suci (bukan haidh) yang tidak disetubuhi pada waktu suci tersebut. Suami
tersebut berhak untuk rujuk kembali selama dia masih dalam iddahnya yang
berjangka tiga quru' (tiga kali haidh).
Apabila iddahnya telah berlalu
dan dia tidak merujuknya, berarti mereka telah resmi bercerai, wanita tersebut
tidak halal baginya kecuali dengan akad dan mahar baru, sedangkan jika dia
merujuknya dalam waktu iddah, berarti dia masih tetap sebagai isterinya.
- Apabila dia menjatuhkan talak
dua, maka hukum yang ada sama seperti talak pertama, yang mana kalau dia
merujuknya dalam iddah, berarti wanita tersebut masih tetap sebagai isterinya,
sedangkan jika tidak merujuknya sampai iddahnya selesai, maka dia tidak lagi
halal baginya kecuali dengan akad dan mahar baru.
- Kemudian jika dia menjatuhkan
talak ketiga, maka dia menjadi bebas darinya, wanita tersebut tidak halal
baginya sampai dinikahi pleh laki-laki lain dengan nikah yang benar. Talak
dengan sifat dan urutan seperti diatas dinamakan talak sunni dari segi jumlah
dan sunni dari segi waktu.
- Diantara talak sunni: Seorang
suami menceraikan isterinya setelah ada kejelasan tentang kehamilannya, dengan
hanya menjatuhkan satu talak. Apabila isterinya termasuk yang tidak haidh lagi,
seperti manupouse, maka suami bisa menceraikannya kapan saja.
- Allah berfirman:
﴿ ٱلطَّلَٰقُ مَرَّتَانِۖ فَإِمۡسَاكُۢ بِمَعۡرُوفٍ
أَوۡ تَسۡرِيحُۢ بِإِحۡسَٰنٖۗ ........ ﴾ [البقرة: ٢٢٩]
"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh
dirujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik .. "
(Al-Baqarah: 229)
Kemudian dilanjutkan:
﴿ فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُۥ مِنۢ
بَعۡدُ حَتَّىٰ تَنكِحَ زَوۡجًا غَيۡرَهُۥۗ فَإِن طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِمَآ
أَن يَتَرَاجَعَآ إِن ظَنَّآ أَن يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِۗ وَتِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِ
يُبَيِّنُهَا لِقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ ٢٣٠ ﴾ [البقرة: ٢٣٠]
"Kemudian jika sisuami mentalaknya (sesudah talak yang
kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak
ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali
jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kamu yang (mau) mengetahui"
(Al-Baqarah: 230).
Apabila perceraian telah
sempurna dan telah berpisah keduanya, disunnahkan bagi suami untuk memberinya
sesuatu sesuai dengan keadaan finansialnya, sebagai penghibur ketakutan wanita
tersebut dan juga untuk memenuhi sebagian dari haknya, sebagaimana firman
Allah: "Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh
suaminya) mut'ah (pemberian) menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi
orang-orang yang takwa" (Al-Baqarah: 241)
2- Talak bid'ah: Yaitu talak yang menyelisihi
syari'at, dia terbagi menjadi dua:
1- Bid'ah dalam waktu: Seperti
ketika menceraikannya dalam keadaan haidh, nifas atau dalam keadaan suci yang
telah disetubuhinya namun belum ada kejelasan hamil ataupun tidaknya. Talak seperti
ini haram namun tetap jatuh, akan tetapi pelakunya berdosa, dia harus
merujuknya kembali jika itu bukan talak tiga.
Apabila suami itu merujuk
kembali wanita yang dalam keadaan haidh atau nifas, hendaklah dia menahannya
sampai suci, kemudian haidh, kemudian suci, lalu setelah itu jika mau dia boleh
menceraikannya. Bagi dia yang menceraikan dalam keadan wanita tersebut suci
namun disetubuhi padanya, hendaklah dia menahannya sampai haidh kemudian suci,
lalu setelah itu dia boleh menceraikannya.
1-
عن ابن عمر رضي الله عنه أنه طلّق امرأته وهي حائض, فذكر ذلك عمر للنبي صلى
الله عليه وسلم فقال: " مره فليراجعها , ثمّ ليطلّقها طاهرًا أو حاملاً
" أخرجه مسلم
1- Bahwasanya Ibnu Umar r.a menceraikan isterinya yang masih
dalam keadaan haidh, pergilah Umar memberitahu Nabi SAW tentang hal tersebut,
maka beliaupun bersabda: "Perintahkan dia untuk merujuknya, kemudian
menceraikannya dalam keadaan wanita tersebut suci atau hamil" H.R
Muslim[1]
2-
عن ابن عمر رضي الله عنه أنه طلّق امرأته وهي حائض, فسأل عمر عن
ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: " مره فليراجعها حتى تطهر , ثمّ تحيض
حيضة أخرى , ثم تطهر ثمّ يطلّق بعد أو يمسك " متفق عليه
2- dari Ibnu Umar r.a bahwa dia
menceraikan isterinya dalam keadaan haidh, bertanyalah Umar kepada Rasulullah
SAW tentangnya, beliau menjawab: "Perintahkan dia untuk merujuknya
sampai wanita tersebut suci, kemudian haidh lagi yang berikutnya, kemudian suci
kembali, kemudian setelah itu ceraikanlah atau hendaklah dia menahannya"
Muttafaq Alaihi[2].
2- Bid'ah dalam jumlah: Seperti dengan menjatuhkan
talak tiga dalam satu kalimat, atau menceraikannya tiga kali berurutan dalam
satu majlis, seperti perkataan: kamu cerai, kamu cerai, kamu cerai.
Talak seperti ini haram, namun
tetap jatuh, pelakunya berdosa. Talak tiga dengan satu kalimat atau beberapa
kalimat berurutan dalam keadaan satu suci tidak jatuh kecuali hanya satu talak
dibarengi dengan dosa.
Talak Roj'i
dan Bain
1- Talak Roj'i: Seorang suami menceraikan
isterinya yang telah disetubuhi dengan satu talak, dia memiliki hak untuk
merujuknya jika mau, selama masih dalam iddahnya. Apabila dia merujuknya
kemudian menjatuhkan talak kedua, diapun masih memiliki hak untuk merujuknya
kembali selama masih dalam iddahnya. Dalam dua keadaan tersebut dia masih
sebagai isterinya, mereka berdua masih saling mewarisi, dan wanita tersebut
masih berhak untuk mendapat nafkah dan tempat tinggal.
Wajib bagi wanita yang dicerai
dengan talak roj'i, yaitu dia yang mendapat talak satu dan dua setelah
disetubuhi atau berkholwat, untuk tetap tinggal
dan beriddah dirumah suaminya, dengan harapan agar dia merujuknya
kembali, dianjurkan baginya untuk berdandan dihadapannya agar berkeinginan
untuk merujuknya, tidak dibolehkan bagi suami untuk mengeluarkannya dari rumah,
walaupun dia tidak merujuknya, sampai iddahnya selesai.
2- Talak Bain: Yaitu talak yang menjadikan
isteri terpisah bersama suaminya secara menyeluruh, dia terbagi menjadi dua:
- Bain shughra (kecil): Jika talak masih kurang dari
tiga, ketika suami menceraikan isterinya satu talak, seperti yang telah lalu,
kemudian iddahnya habis dan dia tidak merujuknya, keadaan ini disebut talak
bain shughra.
Suami tersebut masih memiliki
hak yang sama dengan lelaki lainnya, yaitu menikahinya dengan akad dan mahar
baru, walaupun wanita tersebut tidak menikah dengan laki-laki lain. Begitu pula
ketika dia telah menjatuhkan talak kedua dan tidak dirujuknya ketika masih
dalam iddahnya, maka ia dapat menikahinya dengan akad dan mahar baru walaupun
belum dinikahi oleh laki-laki lain.
- Bain kubra (besar): Yaitu talak yang telah lengkap
menjadi tiga, ketika seorang pria telah menjatuhkan talak ketiga, berpisahlah
keduanya secara keseluruhan, wanita tersebut tidak halal baginya sehingga
menikah lagi dengan laki-laki lain secara syar'i dan dengan niat hidup bersama.
Laki-laki kedua ini berkholwat serta menyetubuhinya setelah iddahnya selesai,
dan jika dia menceraikannya lalu wanita tersebut selesai dari iddahnya, barulah
diperbolehkan bagi suami pertama untuk menikahinya kembali dengan akad dan
mahar baru, seperti lainnya.
- Wanita yang mendapat talak
tiga beriddah dirumah keluarganya, karena dia tidak halal lagi bagi suaminya,
sebagaimana dia tidak berhak lagi atas nafkah dan tidak pula tempat tinggal,
namun dia tetap tidak boleh keluar dari rumah keluarganya kecuali jika memiliki
kepentingan.
- Apabila seorang suami merasa
ragu dalam mentalak atau ketika memberi syarat padanya, maka secara asal
pernikahannya tetap berjalan sampai ada kepastian akan hal tersebut.
- Apabila suami berkata kepada
isterinya (permasalahan ini terserah kamu), ketika itu permasalahan talak
berada ditangan isteri dan dia bisa menceraikan dirinya sampai tiga kali
menurut sunnah, kecuali jika suaminya berniat hanya memberikan satu talak saja.
-
Kapan diperbolehkan bagi wanita untuk meminta talak?
Diperbolehkan bagi seorang
wanita untuk meminta talak dihadapan qodi (hakim pengadilan) jika dia merasa
tersiksa oleh permasalahan yang menjadikannya tidak sanggup lagi hidup dibawah
lindungannya, sebagaimana dalam beberapa gambaran berikut:
1- Ketika suami tidak memberi nafkah.
2- Pada saat suami memberikan
mudharat kepada isterinya sehingga dia tidak bisa untuk selalu hidup
bersamanya, seperti dengan cacian, pukulan, gangguan yang berlebihan atau
memaksanya untuk melakukan kemungkaran maupun lainnya.
3- Ketika dia merasa tidak
tahan akan omongan suaminya diluar tentang dirinya, sehingga takut kalau
terjadi fitnah atas dirinya.
4- Ketika suaminya dipenjara
dalam waktu panjang dan dia merasa tersiksa oleh perpisahannya.
5- Ketika isteri melihat pada
suaminya sebuah penyakit yang mapan, seperti kemandulan, atau ketidak
mampuannya untuk bersetubuh atau mengidap penyakit berbahaya, ataupun lainnya.
- Seorang wanita diharamkan
untuk menuntut suaminya agar menceraikan isterinya yang lain, dengan tujuan
agar hanya dirinya yang menjadi isteri laki-laki tersebut.
- Apabila suami berkata kepada
isterinya: kalau haidh berarti kamu cerai, maka dia akan mendapat cerai
langsung ketika sampai pada haidhnya.
- Akan jatuh talak bain ketika
suami menceraikan dengan meminta imbalan kepada isteri, atau sebelum
menyetubuhinya ataupun ketika terjadi talak ketiga.
- Ketika suami berkata kepada
isterinya: apabila kamu melahirkan anak laki-laki maka kamu saya cerai dengan
talak satu dan jika anaknya perempuan maka kamu aku jatuhi dua talak, apabila
dia melahirkan seorang bayi laki maka dia langsung mendapat talak satu,
kemudian dia melahirkan bayi perempuan maka terjadilah talak bain, dan dia
dalam keadaan tidak memiliki iddah.
Post a Comment