Ciri Orang Bertakwa, Bahaya Waswas, Adab terhadap Al-Qur’an, dan Dzikir yang Menghidupkan Hati
Ciri Orang Bertakwa, Bahaya Waswas, Adab terhadap Al-Qur’an, dan Dzikir yang Menghidupkan Hati
PENDAHULUAN UMUM
Ayat 201–206 Surah Al-A‘rāf adalah penutup surah yang sangat mendalam.
Allah menutup kisah panjang tentang umat-umat terdahulu dengan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), adab terhadap wahyu, dan teladan para malaikat.
Menurut Imam Al-Biqā‘ī:
“Akhir surah Al-A‘rāf mengajarkan bagaimana menjaga iman setelah mengetahui sejarah kehancuran umat terdahulu.”
AYAT 201
Orang Bertakwa dan Cara Mereka Menghadapi Waswas
Teks Arab
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ إِذَا مَسَّهُمْ طَـٰٓئِفٌۭ مِّنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ تَذَكَّرُوا۟ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
Terjemah
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat (kepada Allah), maka seketika itu juga mereka melihat (jalan yang benar).”
Penjelasan Tafsir Jalalain
- طائف: sentuhan cepat, bisikan halus.
- Orang bertakwa tidak bebas dari godaan, tetapi cepat sadar.
- “Mereka melihat” → mampu membedakan hak dan batil.
Dalil Sunnah
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Setan berjalan dalam diri anak Adam seperti aliran darah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Komentar Ulama
- Ibnu Katsir:
Takwa bukan berarti tanpa godaan, tapi kemampuan kembali dengan cepat. - Al-Ghazali:
Dzikir adalah cahaya yang memadamkan api waswas.
AYAT 202
Teman Setan dan Konsistensi dalam Kesesatan
Teks Arab
وَإِخْوَٰنُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِى ٱلْغَىِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُونَ
Terjemah
“Dan teman-teman setan membantu mereka dalam kesesatan, kemudian mereka tidak berhenti-henti.”
Penjelasan
- Yang dimaksud “ikhwānuhum” adalah manusia yang telah menjadi sekutu setan.
- Mereka istiqamah dalam maksiat, sebagaimana orang bertakwa istiqamah dalam ketaatan.
Hadis Pendukung
الْمَرْءُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ
“Seseorang tergantung agama temannya.”
(HR. Abu Dawud)
Ulasan Ulama
- Hasan Al-Bashri:
Maksiat yang diulang tanpa rasa bersalah adalah tanda pertolongan setan. - Ibnu Qayyim:
Konsistensi tanpa kebenaran adalah kebinasaan.
AYAT 203
Wahyu Bukan Karangan Nabi
Teks Arab
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِم بِـَٔايَةٍۢ قَالُوا۟ لَوْلَا ٱجْتَبَيْتَهَا ۚ قُلْ إِنَّمَآ أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ مِن رَّبِّى ۚ هَـٰذَا بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّقَوْمٍۢ يُؤْمِنُونَ
Terjemah
“Apabila engkau tidak membawa suatu ayat kepada mereka, mereka berkata: ‘Mengapa tidak engkau buat sendiri?’ Katakanlah: ‘Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku.’ Al-Qur’an ini adalah bukti nyata, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dalil Sunnah
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ • إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ
(QS. An-Najm: 3–4)
Ulama
- Al-Qurthubi:
Ayat ini mematahkan klaim bahwa Nabi ﷺ mengarang Al-Qur’an. - Asy-Syafi‘i:
Kebenaran wahyu tidak tunduk pada selera manusia.
AYAT 204
Adab Mendengar Al-Qur’an
Teks Arab
وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Terjemah
“Apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.”
Penjelasan
- Menurut Jalalain: ayat ini menjadi dalil larangan berbicara saat khutbah Jumat.
- Juga berlaku umum pada pembacaan Al-Qur’an.
Hadis
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
(HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi
Diam adalah ibadah ketika Al-Qur’an dibacakan.
AYAT 205
Dzikir Batin yang Ikhlas
Teks Arab
وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًۭا وَخِيفَةًۭ وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْـَٔاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَـٰفِلِينَ
Terjemah
“Sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah diri dan rasa takut, tanpa mengeraskan suara, di pagi dan petang, dan janganlah termasuk orang-orang yang lalai.”
Hadis
سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ
“Orang-orang yang banyak berdzikir telah menang.”
(HR. Muslim)
Ibnu Rajab
Dzikir lirih lebih dekat pada keikhlasan.
AYAT 206
Teladan Para Malaikat
Teks Arab
إِنَّ ٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيُسَبِّحُونَهُۥ وَلَهُۥ يَسْجُدُونَ ۩
Terjemah
“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang di sisi Tuhanmu tidak enggan beribadah kepada-Nya, mereka bertasbih dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud.”
Ulasan Ulama
- Fakhruddin Ar-Razi:
Jika makhluk suci tidak sombong, maka manusia lebih layak merendah. - Ibnu Katsir:
Ayat ini menjadi penutup dengan perintah ketundukan total.
KESIMPULAN BESAR CERAMAH
- Takwa bukan bebas waswas, tapi cepat kembali.
- Teman menentukan arah iman.
- Al-Qur’an harus disikapi dengan diam, tunduk, dan hormat.
- Dzikir lirih adalah makanan ruh.
- Kesombongan adalah jalan iblis, sujud adalah jalan malaikat.
Post a Comment