Ikhlas dan Keutamaannya

Zuhud & Kelembutan Hati

Ikhlas dan Keutamaannya


Mukadimah

Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn.
Segala puji bagi Allah ﷻ yang tidak menerima amal kecuali yang ikhlas karena-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, manusia paling ikhlas dalam ibadahnya, yang mengajarkan kepada kita bahwa amal sekecil apa pun bernilai besar bila ikhlas, dan amal sebesar apa pun menjadi sia-sia bila tercemar riya’.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Tema ikhlas bukan tema ringan. Ia bukan sekadar teori, melainkan poros agama, jantung ibadah, dan rahasia diterimanya amal.


1. Kedudukan Ikhlas dalam Agama

Ikhlas merupakan asas agama, bahkan seluruh agama ini berputar di atasnya. Karena tujuan penciptaan manusia adalah ibadah, dan ibadah tidak sah tanpa ikhlas.

Dalil Al-Qur’an

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.”
(QS. al-Bayyinah [98]: 5)

Ulasan Ulama

Ibnu Katsīr رحمه الله berkata:

“Ayat ini mencakup seluruh bentuk ibadah, baik keyakinan, ucapan, maupun perbuatan. Semuanya tidak diterima kecuali dengan ikhlas.”

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله menegaskan:

“Agama seluruhnya adalah ikhlas, siapa yang tidak ikhlas maka dia tidak beragama.”

Ikhlas bagi amal seperti ruh bagi jasad. Jasad tanpa ruh hanyalah bangkai, dan amal tanpa ikhlas hanyalah lelah tanpa pahala.


2. Ikhlas dan Larangan Syirik

Ikhlas tidak akan sempurna selama masih ada syirik, baik besar maupun kecil (riya’).

Dalil Al-Qur’an

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia beramal shalih dan jangan mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”
(QS. al-Kahfi [18]: 110)

Komentar Ulama

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di رحمه الله berkata:

“Ayat ini menggabungkan dua syarat diterimanya amal: ikhlas kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.”

Tanpa ikhlas, amal tertolak. Tanpa sunnah, amal tersesat.


3. Ikhlas dalam Sunnah Nabi ﷺ

Hadis Pokok tentang Ikhlas

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Ulama

Al-Khaththābi رحمه الله berkata:

“Keabsahan amal dan nilai hukumnya bergantung kepada niat.”

Ibnu Rajab al-Hanbali رحمه الله berkata:

“Hadis ini adalah timbangan amal secara batin, sebagaimana hadis ‘barang siapa mengada-adakan’ adalah timbangan amal secara lahir.”

Oleh sebab itu, para ulama menyebut hadis ini sebagai sepertiga agama, bahkan fondasi seluruh amal.


4. Perhatian Ulama Salaf terhadap Ikhlas

Para ulama salaf takut tidak ikhlas, bukan merasa sudah ikhlas.

Perkataan Ulama Salaf

  • Al-Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله:

    “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah diselamatkan Allah dari keduanya.”

  • Imam asy-Syafi’i رحمه الله:

    “Jika engkau berusaha meraih ridha semua manusia, engkau tidak akan mampu. Maka ikhlaskan amalmu hanya kepada Allah.”

  • Abu Idris رحمه الله:

    “Seseorang tidak akan mencapai hakikat ikhlas sampai ia tidak suka dipuji atas amalnya.”


5. Beratnya Ikhlas dan Pengakuan Ulama

Yusuf bin al-Husain رحمه الله berkata:

“Yang paling berat di dunia ini adalah ikhlas. Setiap kali aku berusaha menghilangkan riya’, ia muncul dalam bentuk lain.”

Imam Ahmad رحمه الله ketika ditanya, “Apakah engkau menuntut ilmu karena Allah?” beliau menjawab dengan rendah hati:

“Menuntut ilmu karena Allah itu berat, namun kami berharap demikian.”

Ini pelajaran besar: orang ikhlas tidak pernah mengaku ikhlas.


6. Menyembunyikan Amal: Jalan Para Salaf

Para salaf berusaha menyembunyikan amal sebagaimana mereka menyembunyikan dosa.

Dalil Al-Qur’an

إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

“Jika kamu menampakkan sedekah, itu baik. Tetapi jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang fakir, itu lebih baik bagimu.”
(QS. al-Baqarah [2]: 271)

Kisah Salaf

  • Ali bin al-Husain bersedekah malam hari, baru diketahui setelah wafatnya.
  • Ada yang menangis dalam shalat puluhan tahun, istri sendiri tidak mengetahuinya.

Mereka takut dikenal manusia, karena takut kehilangan pahala di sisi Allah.


7. Bahaya Riya’ dan Akibatnya

Dalil Al-Qur’an

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ … الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat… yang berbuat riya’.”
(QS. al-Mā’ūn [107]: 4–6)

Hadis yang Menggetarkan

Hadis tentang tiga golongan pertama masuk neraka: mujahid, alim, dan dermawan—karena niatnya ingin dipuji.
(HR. Muslim)

Pelajaran Besar

Mereka:

  • Beramal besar
  • Dipuji manusia
  • Tapi dibinasakan karena niat

Pujian manusia adalah upah yang fana.
Jika sudah dibayar di dunia, tidak tersisa di akhirat.


8. Buah Ikhlas di Dunia dan Akhirat

Dalil Al-Qur’an

كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“Demikianlah agar Kami memalingkan darinya kejahatan dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas.”
(QS. Yusuf [12]: 24)

Ikhlas:

  • Menjaga dari maksiat
  • Menguatkan istiqamah
  • Mendatangkan pertolongan Allah

Penutup & Doa Penyembuhan Hati

Doa Ikhlas dan Penyembuhan Hati

اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَعْمَالَنَا مِنَ السُّمْعَةِ، وَنِيَّاتِنَا مِنَ الْفَسَادِ.
اللَّهُمَّ اشْفِ قُلُوبَنَا شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا، وَاجْعَلْ أَعْمَالَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ.
اللَّهُمَّ لَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَارْزُقْنَا صِدْقَ التَّوَجُّهِ إِلَيْكَ.

Artinya:
“Ya Allah, sucikanlah hati kami dari riya’, amal kami dari ingin didengar, dan niat kami dari kerusakan. Ya Allah, sembuhkan hati kami dengan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit. Jadikan amal kami murni hanya untuk-Mu. Jangan Engkau serahkan kami kepada diri kami sendiri walau sekejap mata.”



Tidak ada komentar