IMAN YANG BENAR MENURUT AHLUS SUNNAH WAL JAM‘AH



IMAN YANG BENAR MENURUT AHLUS SUNNAH WAL JAM‘AH

(Telaah Irsyādul ‘Ibād dan Aqidah Salaf)


Pendahuluan

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullāh,

Di zaman fitnah, iman sering hanya dijadikan status, bukan komitmen hidup. Banyak orang mengaku beriman, tetapi amalnya bertolak belakang. Maka penting bagi kita memahami: apa itu iman menurut Al-Qur’an, Sunnah, dan pemahaman para ulama salaf.


I. Pengertian Iman Secara Bahasa

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

“Iman secara bahasa adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk.”

Beliau mengkritik orang yang memaknai iman hanya tashdīq (pembenaran) tanpa inqiyād (ketundukan).

Penjelasan Ilmiah

  • Īmān adalah fi‘il lāzim (tidak membutuhkan objek)
  • Taṣdīq adalah fi‘il muta‘addi (butuh objek)
  • Artinya: iman bukan sekadar tahu, tapi menerima dan tunduk

📚 (Syarh Al-Arba‘īn An-Nawawiyyah, hlm. 34)


II. Definisi Iman Menurut Ulama

1. Definisi Ahlus Sunnah wal Jamā‘ah (Pendapat Mayoritas Salaf)

Imam Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Al-Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, para ulama Madinah, dan ahli hadits:

Iman adalah:

  • Keyakinan dalam hati
  • Ucapan dengan lisan
  • Amal dengan anggota badan
  • Bertambah dan berkurang

Dalil Al-Qur’an

لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ
“Agar bertambah iman mereka di atas iman mereka yang telah ada.”
(QS. Al-Fath: 4)

🖊 Komentar Imam Ibnu Katsir:

“Ayat ini adalah dalil tegas bahwa iman bisa bertambah.”


Dalil Sunnah

Hadits cabang iman:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ»

“Iman itu memiliki lebih dari tujuh puluh cabang…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

🖊 Imam An-Nawawi:

“Hadits ini membuktikan bahwa iman mencakup ucapan, perbuatan, dan akhlak.”


III. Pendapat-Pendapat Menyimpang Tentang Iman

1. Murji’ah

  • Iman cukup dengan hati dan lisan
  • Amal bukan bagian dari iman
  • Pelaku dosa besar → iman sempurna

🖊 Ibnu Taimiyah:

“Pendapat Murji’ah membuka pintu meremehkan syariat.”


2. Jahmiyyah

  • Iman = sekadar pengetahuan hati
  • Konsekuensi fatal:
    • Fir’aun beriman
    • Iblis beriman

Dalil Bantahan Al-Qur’an

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ
“Mereka mengingkarinya padahal hati mereka meyakininya.”
(QS. An-Naml: 14)

🖊 Syaikh Al-‘Utsaimin:

“Ini bukti bahwa ilmu tanpa ketundukan bukan iman.”


3. Khawarij & Mu’tazilah (Wa‘īdiyyah)

  • Iman tidak bertingkat
  • Pelaku dosa besar → kafir / kekal di neraka

🖊 Imam Ahmad:

“Mereka berlebih-lebihan dalam ancaman dan menyelisihi Sunnah.”


IV. Pernyataan Tegas Para Imam Ahlus Sunnah

Imam Asy-Syafi’i

“Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.”

Imam Ahmad bin Hanbal

“Ia bertambah dengan amal dan berkurang dengan maksiat.”

Imam Al-Bukhari

“Aku bertemu lebih dari seribu ulama, semuanya sepakat iman adalah ucapan dan perbuatan.”

📚 (Fathul Bāri 1/60)


V. Kesimpulan Aqidah Ahlus Sunnah

Karakter Iman

  1. Keyakinan hati
  2. Ucapan lisan
  3. Amal perbuatan
  4. Bertambah
  5. Berkurang

➡ Bisa diringkas menjadi:

  • Ucapan dan amal
  • Amal mencakup amal hati

Penutup & Nasihat

Ma’asyiral muslimin,

Iman bukan warisan, bukan slogan, bukan sekadar identitas KTP.
Iman adalah perjalanan seumur hidup.

Jika iman kita tidak bertambah, maka ia sedang berkurang.

Mari kita jaga iman dengan:

  • Ilmu
  • Amal
  • Keikhlasan
  • Istiqamah

اللَّهُمَّ زِدْنَا إِيمَانًا وَيَقِينًا وَفِقْهًا فِي الدِّينِ



Tidak ada komentar