Isi Cangkir Lebih Utama Dibanding Bentuknya
Isi Cangkir Lebih Utama Dibanding Bentuknya
(Renungan Tasawuf dari Kitab Fīhī Mā Fīhī)
Mukadimah
Alhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn. Segala puji bagi Allah yang tidak menilai rupa, tidak menakar kemuliaan dari bentuk, tetapi menimbang hamba-Nya dari isi hati dan amal batin. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, sang kekasih Allah, teladan akhlak dan kedalaman makna.
Jamaah yang dirahmati Allah, Dalam kitab Fīhī Mā Fīhī, Maulana Rumi mengajarkan kepada kita satu pelajaran agung: yang dinilai bukanlah bentuk luar, melainkan isi batin. Bukan cangkirnya, tetapi apa yang ada di dalam cangkir itu.
1. Makna Perumpamaan Cangkir dan Anggur
Maulana Rumi berkata:
“Aku tidak mencintai cangkir, aku mencintai anggurnya.”
Maknanya, bentuk lahiriah manusia—jabatan, pakaian, ilmu, ibadah—semuanya hanyalah cangkir. Sedangkan iman, ikhlas, mahabbah, dan ma’rifat kepada Allah adalah anggurnya.
Dalil Al-Qur’an
Allah Ta‘ala berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
(QS. Al-Kahfi: 46)
Artinya:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal-amal saleh yang kekal lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik untuk menjadi harapan.”
Penjelasan Ulama
Imam Al-Ghazali رحمه الله menjelaskan dalam Ihyā’ ‘Ulūmiddīn:
“Amal tanpa ikhlas ibarat jasad tanpa ruh.”
Artinya, bentuk amal ada, tapi nilainya kosong jika tidak diisi dengan keikhlasan dan kesadaran hati.
2. Cinta Menentukan Nilai
Majnun mencintai Layla bukan karena wajahnya, tetapi karena makna yang ada dalam dirinya. Begitu pula orang beriman: ia mencintai Allah bukan karena nikmat dunia, tetapi karena Allah itu sendiri.
Hadis Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
(HR. Muslim)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan jasad kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”
Ulasan Ahlussunnah
Kiai-kiai NU sering menegaskan:
“Hati itu raja, amal itu tentaranya. Kalau rajanya baik, tentaranya akan lurus.”
3. Lapar Ruhani Menentukan Penglihatan
Orang kenyang melihat roti hanya sebagai roti. Orang lapar melihat roti sebagai kehidupan. Begitu pula orang yang lapar ruhani akan melihat makna di balik ibadah, sedangkan yang kenyang dunia hanya melihat rutinitas.
Dalil Al-Qur’an
Allah berfirman:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ
(QS. Ar-Ra‘d: 19)
Artinya:
“Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran sama dengan orang yang buta?”
Penjelasan Ulama
Imam Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari berkata:
“Bukan karena mata tidak melihat, tetapi karena hati tertutup.”
4. Makna “Mati Sebelum Mati”
Maulana Rumi menjelaskan bahwa para wali Allah telah “mati sebelum mati”, yaitu mati dari ego, hawa nafsu, dan kepentingan diri.
Hadis Nabi ﷺ
مُوتُوا قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا
(Diriwayatkan dalam makna oleh para ulama tasawuf)
Artinya:
“Matilah kalian sebelum kalian mati.”
Penjelasan Tasawuf NU
Yang dimaksud bukan mati jasad, tetapi:
- Mati dari kesombongan
- Mati dari riya’
- Mati dari cinta dunia berlebihan
Sehingga yang bergerak dalam dirinya bukan lagi ego, tetapi kehendak Allah.
5. Perbuatan Batin Lebih Utama dari Bentuk Lahir
Puasa, shalat, dan ibadah bisa berubah bentuknya sepanjang zaman. Namun hakikat perbuatan—ikhlas, khusyuk, taat—tidak pernah berubah.
Dalil Al-Qur’an
Allah berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(QS. Yasin: 82)
Artinya:
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata: ‘Jadilah’, maka terjadilah ia.”
Penjelasan
Kata (kalam) lahir dari kehendak. Kehendak lahir dari makna batin. Maka batin lebih dulu daripada lahir.
6. Khauf dan Raja’: Takut dan Harap
Tasawuf Ahlussunnah wal Jama‘ah mengajarkan keseimbangan:
- Takut kepada Allah
- Berharap kepada rahmat-Nya
Dalil Al-Qur’an
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا
(QS. As-Sajdah: 16)
Artinya:
“Mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap.”
Keterangan Ulama
Imam An-Nawawi رحمه الله:
“Takut tanpa harap membawa putus asa, harap tanpa takut membawa lalai.”
7. Penutup: Carilah Isi, Bukan Bungkus
Jamaah yang dimuliakan Allah, Agama bukan sekadar simbol, pakaian, jargon, atau seremonial. Semua itu cangkir. Yang Allah cari adalah isi: iman, ikhlas, adab, dan cinta kepada-Nya.
Mari kita perbaiki:
- Shalatnya → isinya khusyuk
- Ilmunya → isinya tawadhu’
- Amalannya → isinya ikhlas
Semoga Allah menjadikan kita cangkir-cangkir sederhana yang berisi anggur iman, bukan piala emas yang kosong.
Doa Penutup
Allāhumma ya Allah, isi hati kami dengan iman yang hidup, cinta yang tulus, dan amal yang Engkau ridai. Jangan Engkau jadikan kami hamba yang sibuk dengan bentuk tetapi kosong dari makna.
Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.
Post a Comment