Ketika Kebenaran Datang Berulang, Tapi Hati Tetap Terkunci

“Ketika Kebenaran Datang Berulang, Tapi Hati Tetap Terkunci”

QS. Al-A‘rāf: 101–120


I. PEMBUKAAN TEMATIK: SEJARAH YANG BERULANG

Allah berfirman:

تِلْكَ الْقُرَىٰ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَائِهَا

Terjemah:
“Negeri-negeri itu Kami ceritakan kepadamu sebagian dari kisah-kisahnya.”
(QS. Al-A‘rāf: 101)

📌 Catatan Tafsir (Jalalain & Ibnu Katsīr):
Allah tidak menceritakan kisah umat terdahulu untuk nostalgia sejarah,
tetapi peringatan bagi umat setelahnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ

Terjemah:
“Kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

➡️ Makna dakwah:
Jika sebab kehancuran mereka sama,
maka akibatnya pun bisa sama.


II. HATI YANG TERKUNCI: AKAR SEMUA KESESATAN

Dalil Al-Qur’an

كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِ الْكَافِرِينَ

Terjemah:
“Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang kafir.”
(QS. Al-A‘rāf: 101)

📌 Penjelasan Ulama:

  • Ibnu Katsīr:

    Penguncian hati bukan sebab kekafiran, tapi akibat penolakan berulang.

  • Al-Qurṭubī:

    Hati yang menolak kebenaran terus-menerus akhirnya kehilangan kemampuan menerima.

Allah menegaskan lagi:

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِم مِّنْ عَهْدٍ

Terjemah:
“Kami tidak mendapati kebanyakan mereka menepati janji.”
(QS. Al-A‘rāf: 102)

➡️ Makna janji:

  • Janji tauhid
  • Janji fitrah
  • Janji taat ketika berdoa saat sempit

Rasulullah ﷺ bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ… وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ

Terjemah:
“Tanda munafik itu tiga… jika berjanji ia mengingkari.”
(HR. Bukhari & Muslim)


III. MUSA DAN FIRAUN: KEBENARAN VS KEKUASAAN

Pengutusan Musa

ثُمَّ بَعَثْنَا مِن بَعْدِهِم مُّوسَىٰ بِآيَاتِنَا

Terjemah:
“Kemudian Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami.”
(QS. Al-A‘rāf: 103)

📌 Ayat-ayat (mu‘jizat) Musa berjumlah sembilan, di antaranya:

  • Tongkat menjadi ular
  • Tangan bercahaya
  • Banjir, belalang, kutu, katak, darah

Keangkuhan Firaun

قَالَ مُوسَىٰ يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ

Terjemah:
“Wahai Firaun, sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A‘rāf: 104)

Namun kekuasaan sering membuat orang tidak mau tunduk.

فَمَاذَا تَأْمُرُونَ

Terjemah:
“Apa yang kalian sarankan?”
(QS. Al-A‘rāf: 110)

📌 Ibnu ‘Āsyūr:

Penguasa zalim selalu mengumpulkan penasihat, bukan untuk mencari kebenaran, tapi mempertahankan kekuasaan.


IV. SIHIR VS MUKJIZAT: KEBOHONGAN AKAN RUNTUH

Sihir yang Menipu Mata

سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ

Terjemah:
“Mereka menyihir mata manusia dan menakut-nakuti mereka.”
(QS. Al-A‘rāf: 116)

📌 Pelajaran penting:
Kebatilan sering:

  • Heboh
  • Menakutkan
  • Menguasai opini

Tapi tidak pernah punya substansi.


Kebenaran yang Menelan Kebatilan

فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

Terjemah:
“Maka tongkat itu menelan semua kebohongan mereka.”
(QS. Al-A‘rāf: 117)

فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Terjemah:
“Nyatalah kebenaran dan lenyaplah kebatilan.”
(QS. Al-A‘rāf: 118)

Allah menegaskan dalam ayat lain:

إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Terjemah:
“Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.”
(QS. Al-Isrā’: 81)


V. KEIMANAN PARA AHLI SIHIR: TAUBAT SEJATI

وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ

Terjemah:
“Para ahli sihir itu tersungkur bersujud.”
(QS. Al-A‘rāf: 120)

📌 Keajaiban hidayah:

  • Mereka paling tahu sihir
  • Mereka paling cepat sujud

Ibnu Katsīr:

Orang yang mengenal kebatilan secara mendalam akan paling cepat mengenali kebenaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

Terjemah:
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa.”
(HR. Ibnu Mājah)


VI. PELAJARAN AKHIR UNTUK UMAT INI

  1. ❗ Kebenaran bisa datang berkali-kali,
    tapi hati yang terkunci tidak akan menerima.
  2. ❗ Kekuasaan dan kepentingan sering menolak kebenaran.
  3. ❗ Kebatilan bisa heboh, tapi pasti runtuh.
  4. ❗ Hidayah bisa datang sekejap, jika hati jujur.

Allah menutup dengan pelajaran besar:

فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ

“Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berpikir.”


PENUTUP MAKNAWI

Hadirin yang dirahmati Allah…
ayat-ayat ini bukan sedang bertanya tentang Firaun,
tetapi bertanya kepada kita:

Apakah aku seperti Musa… atau seperti Firaun?
Apakah aku pencari kebenaran… atau penjaga kepentingan?



Tidak ada komentar