Kezaliman Harta, Kebenaran Risalah, Tauhid yang Lurus, dan Jalan Keselamatan
“Kezaliman Harta, Kebenaran Risalah, Tauhid yang Lurus, dan Jalan Keselamatan”
(QS. An-Nisā’ 161–176)
I. DOSA SOSIAL BESAR: RIBA & MAKAN HARTA BATIL (Ayat 161)
Dalil Al-Qur’an
﴿وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا﴾
Terjemah:
“Dan karena mereka memakan riba padahal mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.” (QS. An-Nisā’: 161)
Penjelasan Ulama
- Tafsir Jalalain: riba telah diharamkan dalam Taurat, namun tetap dilakukan.
- Ibn Katsir: kezaliman harta adalah sebab dicabutnya keberkahan umat.
- Al-Qurthubi: memakan harta batil mencakup suap, manipulasi hukum, dan penipuan.
Hadis Pendukung
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ
“Rasulullah ﷺ melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulisnya, dan dua saksinya.”
(HR. Muslim)
Pesan Ceramah
Riba bukan sekadar transaksi haram, tetapi kezaliman struktural yang menghancurkan iman dan masyarakat.
II. ORANG-ORANG YANG MENDALAM ILMUNYA (Ayat 162)
Dalil Al-Qur’an
﴿لَٰكِنِ الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُونَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ... أُولَٰئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا﴾
Terjemah:
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang beriman, mereka beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu… mereka itulah yang akan Kami beri pahala yang besar.” (QS. An-Nisā’: 162)
Ulasan Ulama
- Jalalain: contoh “rasikhun fil ‘ilm” adalah Abdullah bin Salam.
- Imam Nawawi: ilmu yang benar melahirkan ketundukan, bukan kesombongan.
Hadis
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan pahamkan ia dalam agama.”
(HR. Bukhari & Muslim)
III. KESINAMBUNGAN WAHYU & KEBENARAN NABI ﷺ (Ayat 163–166)
Dalil Al-Qur’an
﴿إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ﴾
Terjemah:
“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya…” (QS. An-Nisā’: 163)
Komentar Ulama
- Ibn Katsir: Muhammad ﷺ bukan agama baru, tetapi kelanjutan risalah tauhid.
- Ayat 166: Allah sendiri menjadi saksi kenabian Muhammad ﷺ.
Hadis
كَانَ النَّبِيُّونَ إِخْوَةً لِعَلَّاتٍ دِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Para nabi itu bersaudara seayah, agama mereka satu.”
(HR. Bukhari)
IV. MENOLAK RASUL = KESESATAN JAUH (Ayat 167–169)
Dalil
﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا ضَلَالًا بَعِيدًا﴾
Terjemah:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah, sungguh mereka telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisā’: 167)
Penjelasan
- Jalalain: yang dimaksud adalah Yahudi yang menyembunyikan sifat Nabi ﷺ.
- Ayat 169: jalan mereka hanya menuju Jahanam.
V. SERUAN GLOBAL: BERIMANLAH, ITU LEBIH BAIK (Ayat 170)
Dalil
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَّكُمْ﴾
Terjemah:
“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu Rasul membawa kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah, itu lebih baik bagimu.” (QS. An-Nisā’: 170)
Ulasan
Allah tidak membutuhkan iman manusia, manusialah yang membutuhkan iman.
VI. LARANGAN GHULUW & PENEGASAN TAUHID (Ayat 171–172)
Dalil
﴿إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ﴾
Terjemah:
“Sesungguhnya Al-Masih Isa putra Maryam hanyalah Rasul Allah…” (QS. An-Nisā’: 171)
Penjelasan Ulama
- Al-Qurthubi: ghuluw (berlebih-lebihan) adalah awal kesyirikan.
- Ayat 172: Isa dan malaikat adalah hamba Allah, bukan Tuhan.
Hadis
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ
“Hindarilah sikap berlebih-lebihan dalam agama.”
(HR. Ahmad)
VII. BALASAN IMAN & KESOMBONGAN (Ayat 173)
Dalil
﴿فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ﴾
Terjemah:
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka…” (QS. An-Nisā’: 173)
Hadis
قَالَ اللَّهُ: الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي
“Kesombongan adalah selendang-Ku…”
(HR. Muslim)
VIII. AL-QUR’AN & NABI ﷺ: BUKTI & CAHAYA (Ayat 174–175)
Dalil
﴿قَدْ جَاءَكُم بُرْهَانٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا﴾
Terjemah:
“Sungguh telah datang kepadamu bukti dari Tuhanmu dan Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang.” (QS. An-Nisā’: 174)
Ulasan
- Ibn Katsir: burhan = Nabi ﷺ, nur = Al-Qur’an.
- Pegang keduanya → jalan lurus.
IX. KEADILAN TERAKHIR: WARISAN KALALAH (Ayat 176)
Dalil
﴿يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَن تَضِلُّوا﴾
Terjemah:
“Allah menjelaskan kepadamu agar kamu tidak sesat.” (QS. An-Nisā’: 176)
Komentar Ulama
- Bukhari–Muslim: ini ayat terakhir tentang faraidh.
- Syariat warisan adalah rahmat & keadilan, bukan sekadar angka.
KESIMPULAN CERAMAH
- Dosa harta menghancurkan iman
- Ilmu sejati melahirkan tunduk
- Semua rasul membawa tauhid
- Ghuluw adalah jalan kesesatan
- Al-Qur’an & Nabi ﷺ adalah cahaya
- Syariat adalah penjaga keadilan
Post a Comment