MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR DAN MENYINARI

MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR DAN MENYINARI

(Keagungan Hakiki Para Wali dan Bebasnya Mereka dari Kategori “Atas–Bawah”)


Pendahuluan

Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Dialah yang meninggikan siapa yang Dia kehendaki tanpa harus mengangkatnya secara lahir, dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki meski duduk di singgasana dunia. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, matahari petunjuk yang cahayanya tidak pernah padam, baik beliau di Makkah, Madinah, di gua, di medan perang, bahkan saat jasad beliau telah wafat.

Tema ini mengajarkan kepada kita hakikat keagungan, bahwa cahaya sejati tidak bergantung pada posisi, pengakuan, ataupun pengagungan manusia.


I. Orang Suci Tidak Membutuhkan Pengagungan

Dalam Fīhī Mā Fīhī, Jalaluddin Rumi menjelaskan:

Orang suci tidak membutuhkan pengagungan. Mereka diagungkan di dalam dan atas nama mereka sendiri.

Keagungan wali bukan hasil pujian manusia, tetapi anugerah Ilahi.

Dalil Al-Qur’an

﴿إِنَّ ٱللَّهَ يَرْفَعُ مَن يَشَآءُ وَيَخْفِضُ مَن يَشَآءُ﴾
“Sesungguhnya Allah meninggikan siapa yang Dia kehendaki dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki.”
📖 (QS. Al-Hajj: 18 – makna global ayat)

Ulasan Ulama

Imam Al-Qurthubi رحمه الله menjelaskan:

“Pengangkatan derajat tidak selalu tampak pada kekuasaan atau kedudukan, tetapi pada cahaya ketaatan dan keteguhan hati.”


II. Matahari Tetap Matahari, Di Atas atau Di Bawah

Rumi mengibaratkan orang suci seperti matahari:

Bila matahari berada di bawah, ia tetap matahari. Namun manusia yang akan berada dalam kegelapan.

Artinya: nilai wali tidak berubah meski manusia menolak, menghina, atau mengabaikan mereka.

Dalil Al-Qur’an

﴿نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ﴾
“Cahaya di atas cahaya. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.”
📖 (QS. An-Nūr: 35)

Ulasan Ulama

Imam Ibn Katsir رحمه الله:

“Cahaya iman dan ma‘rifat tidak bergantung pada sarana lahiriah, tetapi pada kesiapan hati.”


III. Orang Suci Bebas dari Kategori ‘Atas’ dan ‘Bawah’

Rumi menegaskan:

Kategori ‘atas’ dan ‘bawah’ hanya milik dunia fisik, bukan dunia makna.

Ketika seseorang telah merasakan cahaya rahmat Ilahi, ia tidak lagi sibuk dengan status, jabatan, atau pengakuan.

Dalil Al-Qur’an

﴿وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ﴾
“Dan kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman.”
📖 (QS. Al-Munāfiqūn: 8)

Ulasan Ulama

Imam Al-Ghazali رحمه الله:

“Siapa yang mencari kemuliaan selain dari Allah, niscaya Allah hinakan ia dengan apa yang ia cari.”


IV. Hadis Nabi ﷺ: Jangan Mengunggulkan Karena ‘Kenaikan’

Hadis

لَا تُفَضِّلُونِي عَلَىٰ يُونُسَ بْنِ مَتَّىٰ
“Janganlah kalian mengunggulkan aku atas Yunus bin Matta.”
📖 (HR. Bukhari dan Muslim)

Makna Hadis

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa:

  • Hakikat kedekatan dengan Allah tidak ditentukan oleh peristiwa luar biasa
  • Yunus di perut ikan dan Nabi ﷺ di Mi‘raj sama-sama dalam hadirat Allah

Penjelasan Ulama

Imam An-Nawawi رحمه الله:

“Hadis ini adalah puncak adab Nabi ﷺ dan penegasan bahwa maqam para nabi ditentukan oleh Allah, bukan oleh perbandingan manusia.”


V. Banyak Manusia Melayani Tujuan Tuhan Tanpa Sadar

Rumi menjelaskan:

Banyak manusia melakukan sesuatu demi hawa nafsu, padahal hakikatnya mereka sedang melayani kehendak Allah.

Dalil Al-Qur’an

﴿وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ﴾
“Dan kalian tidak dapat berkehendak kecuali bila Allah menghendaki.”
📖 (QS. At-Takwīr: 29)

Ulasan Ulama

Syaikh Ibn ‘Athaillah As-Sakandari رحمه الله:

“Kadang Allah menggerakkanmu dengan syahwat, padahal Dia sedang menunaikan hikmah-Nya.”


VI. Keagungan Bukan pada Bentuk, Tapi Hakikat

Rumi berkata:

Dirham bisa berada di langit-langit, tetapi emas di bawah tangga tetap lebih tinggi nilainya.

Dalil Al-Qur’an

﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ﴾
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”
📖 (QS. Al-Hujurāt: 13)

Ulasan Ulama

Imam Hasan Al-Bashri رحمه الله:

“Takwa itu di hati, bukan di pakaian, jabatan, atau kedudukan.”


Penutup: Matahari Tidak Meminta Dipuji

Orang suci:

  • Tidak butuh dipuja
  • Tidak rugi bila dihina
  • Tidak redup bila ditinggalkan

Merekalah matahari ruhani. Bila kita merasa gelap, bukan mataharinya yang padam—tetapi mata kita yang tertutup.

Doa Penutup

Ya Allah, jadikan hati kami mampu mengenali cahaya-Mu, mencintai para kekasih-Mu, dan tidak terjebak pada bentuk lahir semata. Amin.



Tidak ada komentar