SAAT SEMUA DIBUKA, SAAT TIDAK ADA YANG BISA DISANGKAL

SAAT SEMUA DIBUKA, SAAT TIDAK ADA YANG BISA DISANGKAL”

(Tafsir Jalalain QS. An-Nisā’: 41–60)


BAGIAN I

HARI KETIKA RASUL MENJADI SAKSI (QS. An-Nisā’: 41–42)

Ma‘āsyiral muslimīn rahimakumullāh…

Pernahkah kita membayangkan…
hari ketika mulut ini terkunci,
dan seluruh hidup kita berbicara?

Allah berfirman:

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا

“Maka bagaimanakah keadaan mereka nanti, apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat, dan Kami mendatangkan engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu?”
(QS. An-Nisā’: 41)

Wahai jamaah…
Nabi yang kita cintai,
Nabi yang kita sebut dalam shalawat,
akan berdiri menjadi saksi… atas kita.

Bukan saksi untuk membela,
tetapi saksi atas apa yang kita lakukan terhadap ajarannya.

Apakah sunnahnya kita hidupkan?
Atau hanya kita banggakan di lisan?

Ibnu Katsir رحمه الله berkata:

“Ayat ini adalah ancaman terbesar bagi umat Muhammad, sebab Rasul menjadi saksi atas ketaatan dan kemaksiatan mereka.”

Lalu Allah lanjutkan:

يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّىٰ بِهِمُ الْأَرْضُ

“Pada hari itu, orang-orang kafir dan yang mendurhakai Rasul berharap seandainya mereka diratakan saja dengan tanah.”
(QS. An-Nisā’: 42)

Wahai saudara-saudaraku…
ada hari ketika manusia berharap tidak pernah diciptakan.
Bukan minta surga…
bukan minta ampun…
tetapi minta lenyap.

BAGIAN II

IBADAH TANPA KESADARAN (QS. An-Nisā’: 43)**

(Nada tegas namun penuh luka)

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendekati shalat ketika kalian mabuk, sampai kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.”

Ulama menjelaskan:
bukan hanya mabuk khamar…
tetapi mabuk dunia.

Berapa banyak orang shalat…
tapi pikirannya di pasar.
Bibir membaca Al-Fatihah…
tapi hati sibuk dengan urusan dunia.

Imam Al-Ghazali رحمه الله berkata:

“Shalat tanpa kehadiran hati adalah jasad tanpa ruh.”

(hening)

Apakah shalat kita selama ini…
menjaga kita dari dosa?
Atau hanya menggugurkan kewajiban?

BAGIAN III

AGAMA YANG DIPERMUDAHKAN, BUKAN DIPERMALUKAN (QS. An-Nisā’: 43)**

Allah membuka pintu rahmat:

فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا

“Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik.”

Islam bukan agama yang memberatkan,
tetapi agama yang jujur.

Namun celakanya…
ada manusia yang mencari-cari keringanan untuk bermaksiat,
bukan keringanan untuk taat.

BAGIAN IV

KEBENARAN YANG DIPERMAINKAN (QS. An-Nisā’: 44–47)**

(Nada naik, penuh peringatan)

Allah menggambarkan kaum yang diberi kitab:

يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ

“Mereka memutarbalikkan kalimat dari tempatnya.”

Wahai jamaah…
ayat ini hidup sampai hari ini.

Ketika ayat dipelintir demi kepentingan,
ketika agama dipakai untuk membela hawa nafsu,
itulah bentuk tahrif modern.

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

“Kesesatan terbesar bukan tidak tahu kebenaran, tetapi tahu lalu menolaknya.”

(hening)


BAGIAN V

DOSANYA SYIRIK DAN PENYAKIT MERASA SUCI (QS. An-Nisā’: 48–50)**

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik.”

Syirik bukan hanya menyembah berhala…
tetapi menggantungkan hidup pada selain Allah.

Lalu Allah mengingatkan:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ

“Tidakkah kamu melihat orang-orang yang menyucikan diri mereka sendiri?”

Wahai jamaah…
merasa suci adalah awal kehancuran.

Hasan Al-Basri رحمه الله berkata:

“Mukmin melihat dosanya seperti gunung yang akan menimpanya.”


BAGIAN VI

API ATAU NAUNGAN (QS. An-Nisā’: 56–57)**

(Suara pelan, dalam)

Allah menggambarkan neraka:

كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا

“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain.”

Bukan sekali…
tetapi terus-menerus.

Namun Allah juga membuka harapan:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ

Surga…
untuk yang beriman dan beramal,
bukan yang pandai berbicara agama.


BAGIAN VII

AMANAH, KEADILAN, DAN KETAATAN (QS. An-Nisā’: 58–60)**

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا

Agama ini berdiri di atas amanah,
bukan pencitraan.

Lalu Allah menutup dengan peringatan keras:

يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ

Mereka mengaku beriman…
tetapi tidak mau hukum Allah.

(hening panjang)


PENUTUP EMOSIONAL

(Suara diturunkan, lirih)

Wahai jamaah…
jika hari ini kita masih diberi waktu,
itu bukan karena kita layak…
tetapi karena Allah Maha Penyayang.

Jangan tunggu hari
ketika kita berharap menjadi tanah.


DOA PENUTUP 

(Terikat QS. An-Nisā’ 41–60)**

(Suara diturunkan, kepala menunduk, jeda sejenak)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

(hening)

Ya Allah…
kami mendengar firman-Mu tentang hari ketika setiap umat didatangkan saksinya,
dan Engkau datangkan Nabi kami Muhammad ﷺ
sebagai saksi atas kami.

Ya Allah…
hati kami bergetar…
apakah kami termasuk orang
yang dibela oleh kesaksiannya,
atau termasuk yang dipermalukan olehnya?

اللَّهُمَّ لَا تُخْزِنَا يَوْمَ الشَّهَادَةِ
وَلَا تُفْضِحْنَا يَوْمَ الْعَرْضِ عَلَيْكَ

(hening)

Ya Allah…
kami takut pada hari
ketika orang-orang yang mendurhakai Rasul-Mu
ingin menjadi tanah karena dahsyatnya penyesalan.

Ya Allah…
jangan Engkau jadikan kami
orang-orang yang terlambat menyesal,
yang baru menangis
ketika pintu taubat telah tertutup.

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مِنَ النَّادِمِينَ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ النَّدَمُ

(hening lebih panjang)

Ya Allah…
Engkau melarang kami mendekati shalat
dalam keadaan tidak sadar akan apa yang kami ucapkan.

Ampuni kami, ya Allah…
betapa sering tubuh kami berdiri shalat,
namun hati kami pergi jauh dari-Mu.

Ya Allah…
hidupkanlah shalat kami,
hadirkanlah kekhusyukan dalam rukuk dan sujud kami,
jadikan shalat sebagai penolong kami,
bukan saksi yang menuntut kami.

اللَّهُمَّ أَحْيِ قُلُوبَنَا فِي صَلَاتِنَا
وَلَا تَجْعَلْهَا حُجَّةً عَلَيْنَا

(hening)

Ya Allah…
Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun,
Engkau bukakan jalan tayammum
bagi yang lemah dan terhalang.

Kami mengaku, ya Allah…
kami sering menyalahgunakan kelonggaran-Mu,
kami cari-cari alasan untuk bermaksiat,
bukan alasan untuk taat.

Ampuni kami, ya Allah…
bimbing kami agar ringan dalam ketaatan,
berat dalam kemaksiatan.

(hening)

Ya Allah…
Engkau mengingatkan tentang kaum
yang memutarbalikkan ayat-ayat-Mu,
yang bermain dengan agama demi hawa nafsu.

Lindungilah kami, ya Allah…
dari lisan yang menyelewengkan kebenaran,
dari hati yang membenarkan kebatilan,
dari ilmu yang tidak melahirkan ketundukan.

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

(hening)

Ya Allah…
Engkau tegaskan bahwa Engkau tidak mengampuni dosa syirik.

Kami berlindung kepada-Mu, ya Allah…
dari syirik yang kami sadari
dan syirik yang tersembunyi di hati kami.

Jika kami pernah menggantungkan harap
pada selain Engkau,
jika kami pernah takut kepada makhluk
melebihi takut kepada-Mu,
ampuni kami… dan luruskan kembali hati kami.

اللَّهُمَّ نَقِّي قُلُوبَنَا مِنَ الشِّرْكِ كُلِّهِ

(hening panjang)

Ya Allah…
Engkau mencela orang-orang
yang merasa suci dengan dirinya sendiri.

Kami bersaksi, ya Allah…
kami penuh dosa,
kami penuh kekurangan,
kami tidak pantas menyombongkan amal.

Sucikan kami hanya dengan rahmat-Mu,
bukan dengan pujian kami sendiri.

(hening)

Ya Allah…
Engkau gambarkan neraka
dengan kulit yang diganti berulang kali,
agar manusia benar-benar merasakan azab.

Ya Allah…
kami lemah…
kami tidak sanggup menanggungnya.

Selamatkan kami, ya Allah…
dari api neraka,
dari panas Jahannam,
dari kehinaan azab-Mu.

اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ
اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ
اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ

(hening)

Ya Allah…
Engkau janjikan surga
bagi orang-orang beriman dan beramal saleh,
naungan yang tidak pernah sirna.

Masukkanlah kami, ya Allah…
bersama orang-orang yang Engkau cintai,
bersama Nabi-Mu Muhammad ﷺ,
meski dengan rahmat-Mu semata.

(hening)

Ya Allah…
Engkau perintahkan kami menunaikan amanah
dan berlaku adil.

Ampuni kami, ya Allah…
atas amanah yang kami khianati,
atas keadilan yang kami abaikan.

Jadikan kami hamba yang jujur,
pemimpin yang adil,
dan umat yang tunduk pada hukum-Mu.

(hening)

Ya Allah…
jika kami berselisih,
kembalikan kami kepada Al-Qur’an dan Sunnah,
jangan Engkau biarkan kami
berhukum kepada hawa nafsu dan tagut.

Teguhkan iman kami hingga akhir hayat,
jangan Engkau biarkan setan
menyesatkan kami sejauh-jauhnya.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
وَتُبْ عَلَيْنَا
إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ



Tidak ada komentar